Wednesday, January 11, 2012

KEBUDAYAAN DAN PENDIDIKAN SEBAGAI LANDASAN SOSIAL BUDAYA

I.I Latarbelakang
Setiap bagian roda kehidupan manusia tidak pernah lepas dari unsur sosial dan budaya. Sepanjang kegiatan kehidupan manusia, aktivitasnya tidak terlepas dari kelompok manusia lainnya. Karena hal itu dikatakan bahwa manusia adalah mahluk sosial karena memerlukan kehadiran dan bantuan serta peran serta orang lain. Sosial budaya ini tercermin pada kegiatan sekelompok manusia secara bersama-sama.   
Manusia adalah makhluk hidup yang diberikan berbagai potensi oleh Tuhan, setidaknya manusia diberikan panca indera dalam hidupnya. Namun tentu saja potensi yang dimilikinya harus digunakan semaksimal mungkin sebagai bekal dalam menjalani hidupnya. Untuk memaksimalkan semua potensi yang dimiliki oleh kita sebagai manusia, tentunya harus ada sesuatu yang mengarahkan dan membimbingnya, supaya berjalan dan terarah sesuai dengan apa yang diharapkan. Mengingat begitu besar dan berharganya potensi yang dimiliki manusia, maka manusia harus dibekali dengan pendidikan yang cukup sejak dini. Dilain pihak manusia juga memiliki kemampuan dan diberikan akal pikiran yang berbeda dengan makhluk yang lain. Sedangkan pendidikan itu adalah usaha yang disengaja dan terencana untuk membantu perkembangan potensi dan kemampuan manusia.

Hal-hal yang dikerjakan manusia, cara mengerjakannya, bentuk pekerjaan yang diinginkan merupakan unsur sebuah budaya. Maka, aspek sosial ditinjau dari hubungan antarindividu, antar masyarakat serta aspek budaya ditinjau dari proses pendidikan manusia tersebut melalui materi yang dipelajari, cara belajarnya, bagaimana kegiatan belajarnya, bentuk-bentuk belajar serta pengerjaannya.
Pendidikan pada hakikatnya adalah kegiatan sadar dan disengaja secara penuh tanggung jawab yang dilakukan orang dewasa kepada anak sehingga timbul interaksi dari keduanya agar anak tersebut mencapai kedewasaan yang dicita-citakan yang dilakukan secara bertahap berkesinambungan di semua lingkungan yang saling mengisi (rumah tangga, sekolah, masyarakat).
Secara sosiologi pendidikan adalah sebuah warisan budaya dari generasi kegenerasi, agar kehidupan masyarakat berkelanjutan, dan identitas masyarakat itu tetap terpelihara. Sosial budaya merupakan bagian hidup manusia yang paling dekat dengan kehidupan sehari-hari, dan hampir setiap kegiatan manusia tidak terlepas dari unsursosialbudaya.

Memasuki abad ke-21 dan menyongsong milenium ketiga tentu akan terjadi banyak perubahan dalam kehidupan masyarakat sebagai akibat dari era globalisasi. Dan pada kenyataannya masyarakat mengalami perubahan sosial yang begitu cepat, maju dan memperlihatkan gejala desintegratif yang meliputi berbagai sendi kehidupan dan menjadi masalah, salah satunya dirasakan oleh dunia pendidikan. Tidak hanya perubahan sosial, budaya pun berpengaruh besar dalam dunia pendidikan akibat dari pergeseran paradigma pendidikan yaitu mengubah cara hidup, berkomunikasi, berpikir, dan cara bagaimana mencapai kesejahteraan. Dengan mengetahui begitu pesatnya arus perkembangan dunia diharapkan dunia pendidikan dapat merespon hal-hal tersebut secara baik dan bijak.

Interaksi antar individu, antar kelompok, terjadi karena ada aksi dan reaksi (dalam fisika dinyatakan sebagai Hukum 3 Newton), yaitu hubungan antara gaya dua benda yang besarnya sama namun arahnya berlawanan. Interaksi ini terjadi dalam dunia persekolahan sebagai bagian kecil dari masyarakat pendidikan yang membentuk karakter peserta didik.

Dari interaksi sosial ini akan memunculkan budaya-budaya, seperti : budaya berpakaian, budaya bertingkah laku, budaya berkarakter, budaya belajar, budaya menulis, budaya mendengarkan, budaya mengajar, serta budaya-budaya yang lain yang terjadi dari interaksi sosial tersebut.
Nah, yang menjadi permasalahannya. Sebagai landasan pendidikan, peran dan pandangan sosial budaya dari kacamata Islam dan Kristen, sebagaimana aturan atau norma agama termasuk aturan yang mengikat keteraturan harmonisasi hubungan antar individu dan antar kelompok yang perlu dibahas serta dipertajam keberadaannya agar berbagai macam budaya dan latar belakang sosial yang dibawa oleh peserta didik tidak berbenturan.

Aspek-aspek benturan antara nilai-nilai barat dan timur tidak dapat dihindari lagi, namun dapat disaring dan disesuaikan agar beresonansi dengan aspek sosial budaya yang sudah berakar dan berkembang di masyarakat Indonesia terutama dalam kaitannya dengan dunia pendidikan ini.

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Budaya dan Pendidikan
Hampir semua orang dikenai pendidikan dan melaksanakan pendidikan. Sebab pendidikan tidak pernah terpisah dengan kehidupan manusia. Anak-anak menerima pendidikan dari orang tuanya dan manakala anak-anak ini sudah dewasa dan berkeluarga mereka juga akan mendidik snsk-anaknya. Pendidikan adalah khas milik dan alat manusia. Tidak ada makhluk lain selain manusia. Secara garis besar pengertian pendidikan dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: a) pendidikan, 2) teori umum pendidikan, 3) Ilmu pendidikan.

Pengertian yang pertama mengacu pada pendidikan pada umumnya, yaitu pendidikan yang dilakukan oleh masyarakat umum. Pendidikan seperti ini sudah ada semenjak manusia ada dimuka bumi. Pekerjaan mendidik mencakup banyak hal, yaitu segala sesuatu yang bertalian dengan perkembangan manusia. Mulai dari perkembangan fisik, kesehatan, keterampilan, pikiran, perasaan, kemauan, sosial, sampai kepada perkembangan iman, semuanya ditangani oleh pendidik.  Mendidik bertujuan membuat manusia menjadi lebih sempurna, menjadikan manusia meningkatkan hidupnya dari kehidupan alamiah menjadi berbudaya.    Mendidik berarti membudayakan manusia. Sedangkan budaya adalah segala hasil  pikiran perasaan, kemauan dan hasil karya manusia secara individual atau secara singkat adalah cara hidup yang telah dikembangkan oleh masyarakat. Pendidikan juga dapat diartikan sebagai keseluruhan sistem berpikir, nilai, moral, norma dan keyakinan (belief) manusia yang dihasilkan masyarakat. Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan yang diyakininya dan digunakannya sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertingkah laku. Sedangkan  pendidikan adalah suatu usaha yang sadar dan sistematis dalam mengembangkan potensi peserta didik.

Budaya bisa  berbentuk benda-benda konkrit dan bisa juga bersifat abstrak. Benda-benda konkret misalnya, bangunan rumah, mobil, televisi, barang-barang seni, cara berpakaian dan sebagainya. Seedangkan contoh yang abstrak adalah cara berpikir ilmiah, kemampuan menciptakan sesuatu, imajinasi, cita-cita kemauan yang kuat untuk mencapai sesuatu, keimanan dan sebagainya.
   
Ada lima komponen utama kebudayaan, yaitu gagasan, ideologi, norma, teknologi, dan benda (Imran Manan, 1989). Komponen gagasan misalnya tentang jembatan suramadu. Komponen ideologi misalnya ideologi pancasila, pluralisme dan sebagainya. Komponen norma misalnya pembatasan hubungan lelaki-perempuan sebelum kawin, sikap hormat kepada orang yang lebih tua, dan sebagainya. Komponen teknologi misalnya prinsip membangun gedung bertingkat, prinsip membuat kendaraan yang digerakkan oleh sinar matahari dan sebagainya. Komponen benda misalnya buku, ubin, dan sebagainya.
   
Pendidikan dan budaya ada bersama dan saling memajukan. Makin banyak orang  menerima pendidikan makin banyak juga seseorang berbudaya. Dan makin tinggi kebudayaan makin tinggi pula pendidikan atau cara mendidiknya. Selain mendidik dikatakan membudayakan manusia, mendidik juga dikatakan memanusiakan anak manusia. Anak manusia akan menjadi manusia hanya apbila ia menerima pendidikan. Anak manusia bila dibesarkan oleh seekor binatang di tengah hutan akan bertingkah seperti binatang sebab tingkah laku binatang itulah yang sempat ia tiru. Oleh sebab itu, untuk membuat anak manusia menjadi manusia mutlak diperlukan pendidikan.
   
Teori umum pendidikan  berawal dari pandangan John Dewey, seorang ahli pendidikan di abad ke-19 di Amerika Serikat. Dia mengatakan pendidikan adalah The General theory of education. Dibagian lain dia juga mengatakan  Philosophy is the general theory of education.  Disini Jhon Dewey tidak membedakan  filsafat pendidkan dengan teori pendidikan atau filsafat pendidikan disamakan dengan teori pendidikan.
Seni mendidik bukanlah milik khusus teori umum pendidikan, melainkan juga milik pendidikan secara umum dan milik ilmu pendidikan. Sebab ketiga praktik pendidikan ini pada umumnya selalu disertai kiat atau seni mendidik. Masyarakat umum dalam mendidik putrinya di rumah memakai seni mendidik, walaupun mungkin tidak mereka sadari.

Diatas telah dijelaskan tentang pendidikan dan teori umum pendidikan. Sekarang waktunya menguraikan pendidikan sebagai suatu ilmu. Pandangan ini berasal dari Eropa Barat, khususnya Belanda dengan ahli pendidikannya yang terkenal bernama Langeveld.  Seperti diketahui bahwa suatu pengetahuan dapat berubah mejadi suatu ilmu bila memenuhi persyaratan ilmu. Tampaknya pengetahuan tentang pendidikan ini dipandang sudah memneuhi persyaratan sebgai ilmu. Syarat-syarat ilmu yang dimaksud secara umum yaitu:

1.    Memiliki objek
2.    Punya metode penyelidikan
3.    Sistematis
4.    Punya tujuan sendiri

mengenai syarat suatu ilmu harus mempunyai tujuan tersendiri, pendidikan juga sudah memenuhi persyaratan itu. Seperti kita ketahui tentang tujuan ilmu pendidikan sudah tercantum pada dokumen-dokumen sejumlah negara. Di indonesia tujuan pendidikan itu bisa dibaca pada undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003, dan pada sejumlah peraturan pemerintah tentang pendidikan. Secara garis besar tujuan ilmu pendidikan itu adlah untuk mengembangkan individu baik jasmani maupun rohani secar optimal, agar mampu meningkatkan hidup dan kehidupan dirrri, keluarga, dan masyarakatnya.
 
    2.2  Kebudayaan dan Pendidikan sebagai Landasan Sosial Budaya
Sosial budaya merupakan bagian hidup manusia yang paling dekat dengan kehidupan sehari-hari. Setiap kegiatan manusia hampir tidak pernah lepas dari iunsur sosial budaya. Sebab sebagian terbesar dari kegiatan manusia dilakukan secara kelompok. Pekerjaan dirumah, di kantor, di perusahaan, diperkebunan, di bengkel dan sebagainya, hampir semuanaya dikerjakan oleh lebih dari seoarang. Ini berarti bahwa unsur sosial ada pada kegiatan-kegiatan itu. Selanjutnya tentang apa yang dikerjakan dan cara mengerjakannya serta bentuk yang dinginkan merupakan unsur dari suatu budaya.  Misalnya membenahi kebun di rumah, dikerjakan oleh pembantu dibawah arahan ibu rumah tangga, bertujuan agar kebun itu bersih dan indah. Ini merupakan suatu budaya.

Sosial mengacu kepada hubungan antarindividu, antarmasyarakat, dan individu dengan masyarakat. Unsur sosial inierupakan aspek individu secara alami, artinya aspek itu telah ada sejak manusia dilahirkan. Karena itu, aspek sosial melekat pada diri individu yang perlu dikembangkan dalam perjalanan hidup peserta didik agar menjadi matang. Disamping tugas pendidikan mengembangkan aspek sosial, aspek itu sendiri sangat berperan dalam membantu anak dalam upaya mengembangkan dirinya. Maka segi sosial ini perlu diperhatikan dalam proses pendidikan. Sedangkan aspek budaya sama halnya dengan aspek sosial. Aspek budayapun sangat berperan dalam proses pendidikan. Malah dapat dikatakan tidak ada pendidikan yang tidak dimasuki unsur budaya. Materi yang dipelajari anak-anak adalah budaya, cara belajar mereka adlah budaya, begitu pula kegiatan-kegiatan mereka dan bentuk-bentuk yang dikerjakan juga budaya. Dengan demikian budaya tidak pernah lepas dari proses pendidikan itu sendiri.
Ada beberapa landasan sosial budaya hubungannya dengan pendidikan dan kebudayaan, yaitu: 1) sosiologi dan pendidikan , 2) kebudayaan dan pendidikan, 3) masyarakat dan sekolah, 4) masyarakat Indonesia dan pendidikan, 5) implikasi dan konsep pendidikan.

A.    Sosiologi dan Pendidikan
Sosiologi adalah ilmu yang memepelajari hubungan antara manusia dalamkelompok-kelompok dan struktur sosialnya. Jadi, sosiologi mempelajari bagaimana manusia itu berhubungan satu dengan yang lain dalam kelompoknya dan bagaimana sususnan unit-unit masyarakat atau sosial di suatu wilayah serta kaitannya satu dengan yang lain.

Sama halnya dengan pengertian manusia, pengertian pendidikan banyak sekali ragam dan berbeda satu dengan lainnya. Hal ini tergantung dari sudut pandang masing-masing. Menurut Driyakarya, pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia muda. Crow and Corw berpendapat bahwa pendidikan adalah proses yang berisi berbagai macam kegiatan yang cocok bagi individu untuk kehidupan sosialnya, membantu meneruskan adat dan budaya serta kelembagaan sosial dari generasi ke generasi. Sedangkan Ki Hajar Dewantara juga berpendapat bahwa pendidikan berarti daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek)danjasmanianak.

Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 bab 1 ayat 1 dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri, kepribadian kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan adalah asas, dasar atau fondasi yang memperkuat dan memperkokoh dunia pendidikan dalam rangka untuk menciptakan pendidikan yang berkualitasdanbermutu.
Dari beberapa pendapat tentang pengertian pendidikan di atas, pada dasarnya pendidikan merupakan suatu proses mendidik, yakni proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik agar mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dalam lingkungannya sehingga akan menimbulkan perubahan dalam dirinya, yang dilakuakan dalam bentuk pembimbingan, pengajaran, dan atau pelatihan.
Sosiologi mempunyai ciri-ciri sebagai uraian berikut:
1.    Empiris, adalah ciri utama sosiologi sebagai ilmu. Sebab ia bersumber dan diciptakan dari kenyataan yang terjadi dilapangan.
2.    Teoretis, adalah peningkatan fase penciptaan tadi yang menjadi salah satu bentuk budaya yang bisa disimpan dalam waktu lama dan dapat diwariskan kepada geberasi muda.
3.    Komulatif, sebagai akibat penciptaan terus menerus sebagai konsekuensi dari terjadinya perubahan dimasyarakat yang memebuat teori-teori itu akan berkomulasi mengarah pada teori yang lebih baik.
4.    Nonetis, karena teori ini menceritadan apa adnya tentang masyarakat beserta individu-individu didalamnya, tidak menilai apakah  hal itu baik atau buruk.
Sejalan dengan lahirnya pemikiran tentang pendidikan kemasyarakatan, maka pada abad ke-20 sosiologi memegang peranan penting dalam dunia pendidikan.  Pendidikan yang diiinginkan oleh aliran kemasyarakatan ini ialah proses pendidikan yang bisa mmepertahankan dan meningkatkan keselarasan hidup dalam pergaulan manusia. 
Salahsatu bagian sosiologi yang dapat dipandang sebagai sosiologi khusus adalah sosiologi pendidikan. Sosiologi pendidikan ini membhas tentang sosiologi yeng terdapat pada pendidikan. Wuradji (1988) menulis bahwa sosiologi pendidikan meliputi (1)interaksi guru- siswa, (2) struktur  dan fungsi sistem pendidikan, (3) dinamika kelompok dikelas dan diorganisasi intrasekolah, (4) sistem-sistem masyarakat dan pengaruhnya terhadap pendidikan.
Sosiologi dan sosiologi pendidikan saling terkait. Bisa dilihat bagaimana bagian-bagian sosiologi memberi bantuan kepada pendidikan dalam wujud sosiologi pendidikan, yang pertama adalah tentang konsep proses sosial, yaitu suatu cara berhubungan antarindividu atau antar kelompok  atau individu dengan kelompok yang menimbulakan bentuk  hubungan tertentu. Proses sosial atau sosialisasi ini menjadikan seseorang atau kelompok yang belum tersosialisasi  atau masih rendah tingkat sosialnya menjadi tersosialisasi atau sosialisasinya semakin meningkat. Dia atau mereka semakin kenal, lebih mudah akrab dan sebagainya. Dalam proses sosial terdapat interaksi sosial yaitu suatu hubungan sosila yang dinamis. Interaksi sosial akan terjadi apabila memenuhi syarat (1) kontak sosial, dan (2) komunikasi. Baik kontak sosila maupun komunikasi dapat menghasilkan interaksi sosial yang positifdan dapat pula negatif, tergantung kepada hasil akhir dari interaksi sosial itu.
B.    Kebudayaan dan Pendidikan
Kebudayaan menurut Taylor adalah totalitas yang kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, hukum. Moral, adat dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh orang sebagai anggota masyarakat (Imran Manan, 1989). Kebudayaan  produk perseorangan ini tidak disetujui Hassan (1983). Ia mengemukakan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan hasil manusia hidup bermasyarakat yang berisi aksi-aksi terhadap dan oleh sesama manusia sebagai anggota masyarakat yang merupakaian kepandaian,  kesenian, moral, adt-istiadat dan lain-lain. Dsedangkan Kneller mengatakan kebudayaan adalah cara hidup yang telah dikembangkan oleh anggota-anggota masyarakat(Imran Manan, 1989).
Dari ketiga definisi kebudayaan diatas, tampaknya definisi terakhir yang paling tepat karena mencakiup semua cara hidup ditambah dengan kehidupan manusia  yang diciptakan oleh manusia itu sendiri sebagai warga masyarakat. Hassan (1983) misalnya mengatakan kebudayaan berisi (1) norma, (2) folkways yang mencakup kebiasaan, adat, tradisi, (3) mores. Sementara itu Imran Manan (1989) menunjukkan lima komponen kebudayaan sebagai berikut:
1.    Gagasan
2.    Ideologi
3.    Norma
4.    Teknologi
5.    Benda
Agar menjadi lengkap, perlu ditambah bebrapa komponen lagi, yaitu:
1.    Kesenian
2.    Ilmu
3.    Kepandaian
Orang sering sulit membedakan antara kebuadayaan dengan peradaban. Menurut Hassan (1983) peradaban adalah kebudayaan yang sudah maju. Diktakannya lebih lanjut orang sering menyebut peradaban Majapahit, Sriwijaya, Yunani, dan sebagainya, karena bangsa atau masyarakat itu telah memiliki kebudayaan yang tinggi pada zaman keemasannya.
Kebudayaan dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu:
1.    Kebudayaan umum, misalnya kebudayaan Indonesia.
2.    Kebudayaan daerah, misalnya kebudayaan Jawa, Bali, Sunda dan sebagainya.
3.    Kebudayaan populer, suatu kebudayaan yang masa berlakunya rata-rata lebih pendek daripada kedua macam kebudayaan terdahulu. Yang termasuk kebudayaan populer misalnya lagu-lagu populer, mode-mode pakaian, dan sebagainya.
Kneller mengemukakan ada dua tonggak yang membuat kebudayaan berkembang dengan pesat (Imran Manan, 1989), yaitu:
1.    Revilusi industri I dengan ditemukannya mesin uap abad ke-18 yang memebuat hasil produksi melimpah serta memberi keuntungan yang besar. Hidup orang-orang menjadi makmur.
2.    Revolusi industri II sejak tahu 1945 yang menggunakan bahan atom, kimia, mempergunakan alat komputer, yang memebuat serba otomatis, dengan menggunakan tenaga profesional.
Sebuah kebudayaan akan berubah sejalan dengan perkembangan zaman, percepatan perkembangan ilmu dan teknologi, serta perkembangan kepandaian manusia. Pendidikan adalah bagian dari kebudayaan. Pendidikan dan kebudayaan mempunyai pengaruh timbal balik. Bila kebudayaan berubah maka pendidikan juga bisa berubah dan bila pendidikan berubah akan dapatmengubah kebudayaan. Disini tampah bahwa peranan pendidikan dalam delam mengembangkan kebudayaan sangatlah besar. Sebab pendidikan adalah tempat manusia-manusi dibina, ditumbuhkan, dan dikembangkan potensi-potensinya.Semakin potensi seseorang dikembangkan semakin mampu ia menciptakan atau mengembangkan  kebudayaan, sebab kebudayaan dikembangkan oleh manusia.
    Kerber dan Smith (Imran Manan, 1989) menyebutkan ada enam fungsi utama kebudayaan dalam kehidupan manusia , yaitu:
1.    Penerus keturunan dan pengasuh anak. Suatu fungsi yang menjamin kelangsungan hidup biologis kelompok sosial. Budaya mendidik yang baik akan membuat orang banyak melaksanakan KB, proses persalinan yang tidak menakutkan, dan pengasuhan anak secara profesional.
2.    Pengembangan kehidupan berekonomi. Pendidikan sebagai budaya akan membuat orangn mampu menjadi pelaku ekonomi yang baik, bisa berproduksi secara efektif dan efisien, dan mengembangkan bakat ekonomi bidang tertentu. Bisa menjadi tenaga kerja yang baik, dan juga menjadi konsumen yang rasional.
3.    Tranmisi budaya. Salah satu tugas pendidikan sebagai bagian dari kebudayaan adalah mampu membentuk dan mengembangkan generasi barumenjadi orang dewasa yang berbudaya, terutama berbudaya nasional.
4.    Meningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pendidkan sebgai budaya haruslah dapat membuat anak-anak mengembangkan kata hati dan perasaannya taat ajaran-ajaran agama yang dipeluknya.
5.    Pengendalian sosial yaitu pelembagaan konsep-konsep untuk melindungi kesejahteraan individu dan kelompok.
6.    Rekreasi, yaitu kegiatan-kegiatan yang memberi kesempatan kepada orang untuk memuaskan kebutuhannya untuk main-main.

C.    Masyarakat dan Sekolah
Asal mula munculnya sekolah adalah atas dasar anggapan dan kenyataan bahwa pada umumnya para orang tua tidak mampu mendidik anak mereka secara sempurna dan lengkap. Karena itu mereka membutuhkan bantuan kepada pihak lain, dalam hal ini adalah Lembaga Pendidikan, untuk mengembangkan anak-anak mereka secara relatif sempurna, walaupun cita-cita ini tidak otomatis tercapai. Warga masyarakat dan parapersonalia sekolah masih memerlukan perjuangan keras untuk mencapai cita-cita itu, yang sampai sekarang belum pernah berhenti. Sebab sejalan dengan perkembangan kebudayaan, makin banyak yang perlu dipelajari dan perjuangan di sekolah.
Sekolah tidak dibenarkan sebagai menara air, yaitu melebur menjadi satu dengan masyarakat tanpa memberikan identitas apa-apa. Ia juga tidak dibenarkan sebagai menara gading yang mengisolasi diri terhadap masyarakat sekitarnya. Lembaga pendidikan yang benar adalah ibarat menara mercusuar yakni menara penerang, yaitu berada di masyarakat dan sekaligus memberi penerangan kepada masyarakat setempat. Lembaga pendidikan harus tetap berakar pada masyarakat setempat, memperhatikan ide-ide masyarakat setempat, melaksanakan aspirasi mereka, memanfaatkan fasilitas setempat untuk belajar, dan menyesuaikan diri dengan kebiasaan-kebiasaan hidup masyarakat setempat. Sementara itu ia berusaha meningkatkan cara hidup dan kehidupan masyarakat dengan cara memberi penerangan, menciptakan bibit unggul, menciptakan teknologi baru, merintis cara beternak dan bertani yang lebih baik, dan sebagainya.
Manfaat pendidikan bagi masyarakat adalah untuk meningkatkan peranan mereka sebagai warga masyarakat, baik yang berkaitandengan kewajiban maupun dengan hak mereka. Dalam rangka pendidikan seumur hidup misalnya, warga bisa belajar tentang apa saja sesuai dengan minat dan bakat mereka, sehingga pemahaman, keterampilan tertentu, dan sikap mereka semakin meningkat. Hal ini membuat mereka merasa semakin mantap sebagai warga negara (Made Pidarta, 1997 : 170).
Hubungan yang erat antara sekolah dengan masyarakat karena saling membutuhkan satu dengan yang lain, membuat kemungkinan terbentuknya badan kerja sama yang relatif lama. Badan kerja sama ini yang anggota-anggotanya adalah wakil-wakil oarang tua siswa, para tokoh masyarakat, dan beberapa guru bertugas membantu mensukseskan misi pendidikan. Pada masa sekarang badan ini banyak berkecimpung dalam perencanaan dan pelaksanaan kurikulum muatan lokal, di samping mengurusi dukungan-dukungan masyarakat terhadap sekolah seperti telah diuraikan di atas.
Berdasarkan uaraian di atas, dapatlah kita sarikan penjelasan masyarakat dan sekolah ini sebagai berikut:
1)    Sekolah tidak dapat dipisahkan dari masyarakat
2)    Sekolah bermanfaat bagi kemajuan budaya masyarakat, khususnya pendidikan anak-anak.
3)    Masyarakat memberi sejumlah dukungan kepada sekolah.
4)    Perlu ada badan kerja sama antara sekolah dengan masyarakat dalam mensukseskan pendidikan.

D.    Masyarakat Indonesia dan Pendidikan
Sebagian besar masyarakat Indonesia sekarang sudah sadar akan pentingnya pendidikan untuk meningkatkan hidup dan kehidupan. Dimana-mana tampak anak muda mereka berebut untuk mendapatkan sekolah, walaupun ada sejumlah kasus orang tua menolak menyekolahkan anak dengan dalih untuk membantu mencari nafkah.  Bagi masyarakat yang berada digaris menengah keatas berusaha untuk menyekolahkan anak-anaknya setinggi mungkin. Meskipun tidak diterima disekolah di perguruan tinggi negeri, mereka siap menyekolahkan anak-anaknya di perguruan tinggi swasta. Mereka berasumsi bahwa makin tinggi ijazah yang dapat diraih makin cepat dapatpekerjaan serta makin tinggi gaji yang diterima. Namun kenyataan menunjukkan tidak persis seperti itu.
Siutuasi keluarga yang harmonis dan damai serta masyarakat maguyuban yang tolong menolong sudah mulai menyusut. Paling sedikit ada empat faktor sebagai penyebabnya, yaitu:
1.    Pertumbuhan ekonomi manusia, membuat ekonomi masyarakat kelas menengah keats semakin meningkat
2.    Akibat kemampuan daya beli menignkat, maka kewajaran manusia yang mencintai harta benda semakin terpenuhi. Kepuasan ini mendorong orang-orang untuk mencari uang lebih banyak, tidak cukup oleh suami saja.
3.    Gerakan emansipasi mepercepat prosses meperkerjakan perempuan. Akibatnya banyak suami istri dalam keluarga bekerja keduanya.
4.    Ketiga butir diatas tidak terlepas dari pengaruh globalisasidunia.
Tidak banyak keluarga yang sadar akan pentingnya pendidikan dalam keluarga. Bagi yang sadar, walaupun suami istri bekerja, mereka tetap menguapayakan agar komunikasi, pembinaan, kemesraan, dan kasih sayang tetap ada dalam keluarga walaupun frwkuensinya sangat terbatas. Mereka sadar bahwa pendidikan dalam keluarga adalah mendasari pendidikan lebih lanjut.
     Ada beberapa tokoh pendidikan yang menghendaki terjadinya pergeseran paradigma pendiidkan antara lain oleh Rektor IKIP Yogyakarta dalam forum Simposium Nasonal yang diadakan di Yogyakarta tahun 1996. Dikatakan paradigma bergerak, yaitu:
1.    Pendidikan adalah uasaha sadar ke pendidikan sebagai usaha sadar dan tidak disadari.
2.    Pendidikan sekolah kependidikan sekolah dan luar sekolah.
3.    Pendidikan dan pengajaran kebudayaan.
4.    Proses asembling ke proses membangun dari awal.
Perubahan paradigma ini mungkin bisa dilengkapi butir lain yang bersumber  dari pemikiran Anita (1996) sebagai inspirasi, yaitu:
1.    Anak yang patuh ke anak yang mandiri.
2.    Anak sebagai makhluk yanhg terlindungi, ke anak yang berkompetensi.
Untuk membuat kebudayaan, termasuk pendidikan di masyarakat, sebagai sesuatu yang tidak selalu disadari oleh pendidik, menjadi wadah proses belajar sehingga anak dapat berkembang wajar sejak awal, membutuhkan sejumlah pembenahan, yaitu:
1.    Kerja sama orang tua, masyarakat, dan pemerintah dalam memperbaiki pendidikan ditingkatkan.
2.    Pendidikan nonformal dan informal, ditangani secar serius, paling sedikit sama intensitasnya dengan penanganan pendiidkan jalur formal.
3.    Kebudayaan, terutama tayangan televisi, yang paling banyak pengaruhnya terhadap perkembangna anak dan remaja, perlu ditangani dengan baikseperti telah diuraikkan diatas.
4.    Kebudayaan-kebudayaan yang negatif yang lain perlu dihilangkan dengan berbagai cara
E.    Implikasi Konsep Pendidikan
Konsep pendidikan mengangkat derajat manusia sebagai makhluk budaya yaitu makhluk yang diberkati kemampuan untuk menciptakan nilai kebudayaan dan fungsi budaya dan pendidikan adalah kegiatan melontarkan nilai-nilai kebudayaan dari generasi ke generasi. Kebudayaan masyarakat jika dikaitkan dengan pendidikan maka ditemukan sejumlah konsep pendidikansebagai berikut:
1)    Keberadaan sekolah tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat sekitarnya, keduanya saling menunjang. Sekolah seharusnya menjadi agen pembangunan di masyarakat.
2)    Perlu dibentuk badan kerja sama antara sekolah dengan tokoh-tokoh masyarakat, termasuk wakil-wakil orang tua siswa untuk ikut memajukan pendidikan.
3)     Proses sosialisasi anak-anak perlu ditingkatkan.
4)    Dinamika kelompok dimanfaatkan untuk belajar.
5)    Kebudayaan menyangkut seluruh cara hidup dan kehidupan manusia yang diciptakan oleh manusia ikut mempengaruhi pendidikan atau perkembangan anak. Sebaliknya pendidikan juga dapat mengubah kebudayaan.
6)     Akibat kebudayaan masa kini, ada kemungkinan pergeseran paradigma pendidikan, yaitu dari sekolah ke masyarakat luas dengan berbagai pengalaman yang luas.
7)    Untuk itu perlu kebudayaan ditertibkan antara lain dengan cara:
a)    Tayangan televisi, terutama televisi swasta:
1.    Maksimal 50%menayangkan lagu-lagu laur negeri.
2.    Minimal 50% menaynaghkan kesenian-kesenian daerah.
3.    Hanya menayangkan film-film action yang tidak berbau kekerasan.
4.    Tidak menayangkan fil-film yang berbau erotis.
5.    Tidak menayangkan film-film yang bersifat sadis atau ketus.
b)    Memberantas kebudayaan yang merusak remaja seperti menuman keras, menanhgkal perkelahian, dan sebagainya.
8)    Akreditasi ditingkatkan untuk meningkatkan mutu lembaga pendidikan, yang tidak lulus akreditasi digabungkan, seleksi masuk diketatkan. Dengan cara ini sekolah-sekolah kejuruan akan lebih diminati.
9)    Materi pelajaran dikaitkan dengan keadaan dan masalah masyarakat setempat.
10)    Metode belajar ditekankan pada kegiatan anak baik individual maupun kelompok, melakukan survei di masyarakat, ikut memecahkan masalah masyarakat, dan diberi kesempatan berkreasi atau menanamkan ide-ide baru.
11)    Ujuan negara lambat laun diubah menjadi ujian sekolah, sehingga memungkinkan memberi ujian bersifat komprehensif untuk mendukung perkembangan manusia seutuhnya
BAB III
PENUTUP
Simpulan
•    Sosiologi merupakan ilmu yang membahas atau mempelajari interaksi dan pergaulan antara manusia dalam kelompok dan struktur sosial.
•     Kebudayaan adalah totalitas yang kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat dan kemampuan-kemampuan serat kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh orang sebagai anggota masyarakat.
•    Sosiologi pendidikan, yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang hubungan dan interaksi manusia, baik itu individu atau kelompok dengan persekolahan sehingga terjalin kerja sama yang sinergi dan berkesinambungan antara manusia dengan pendidikan.
•    Pendidikan adalah bagian dari kebudayaan. Apabila kebudayaan berubah maka pendidikan juga berubah, dan apabila pendidikan berubah akan dapat mengubah kebudayaan.
•    Hubungan antara lembaga pendidikan dengan masyarakat dapat dianalogikan sebagai selembar kain batik. Dalam hal ini motif-motif atau pola-pola gambarnya adalah lembaga pendidikan, sedangkan kain latarnya adalah masyarakat itu sendiri. Antara lembaga pendidikan dengan masyarakat akan terjadi hubungan timbal balik simbiosis mutualisme, yakni lembaga pendidikan memberi manfaat untuk ningkatkan peranan mereka sebagai masyarakat.

Artikel Bersangkutan

0 comments:

 
Indonesia dulu dikenal sebagai bangsa yang toleran dan penuh sikap tenggang rasa. Namun, kini penilaian tersebut tidak dapat diamini begitu saja, karena semakin besarnya keragu-raguan dalam hal ini. Kenyataan yang ada menunjukkan, hak-hak kaum minoritas tidak dipertahankan pemerintah, bahkan hingga terjadi proses salah paham yang sangat jauh.
free counters

Blog Archive

Seseorang yang mandiri adalah seseorang yang berhasil membangun nilai dirinya sedemikian sehingga mampu menempatkan perannya dalam alam kehidupan kemanusiaannya dengan penuh manfaat. Kemandirian seseorang dapat terukur misalnya dengan sejauh mana kehadiran dirinya memberikan manfaat kearah kesempurnaan dalam sistemnya yang lebih luas. Salam Kenal Dari Miztalie Buat Shobat Semua.
The Republic of Indonesian Blogger | Garuda di DadakuTopOfBlogs Internet Users Handbook, 2012, 2nd Ed. Avoid the scams while doing business online

Kolom blog tutorial Back Link PickMe Back Link review http://miztalie-poke.blogspot.com on alexa.comblog-indonesia.com

You need install flash player to listen us, click here to download
My Popularity (by popuri.us)

friends

Meta Tag Vs miztalie Poke | Template Ireng Manis © 2010 Free Template Ajah. Distribution by Automotive Cars. Supported by google and Mozila