Kata-kata “teror” dan “terorisme” kian mencuat pada tahun-tahun terakhir ini. Ironisnya, kata-kata ini pun dinisbatkan kepada Islam yang notabene merupakan agama yang mengajarkan rahmat.
Semua ini tak lepas dari sisa-sisa efek negatif dari pengeboman gedung WTC bertanggal sebelas September itu serta tragedi-tragedi pengeboman yang membuntutinya. Bukan cuma itu, ternyata tidak hanya masyarakat non-Islam saja yang merasa ketakutan, bahkan kaum muslimin pun merasa terteror dengan aksi-aksi semacam ini. Sehingga, tidak hanya orang-orang di luar Islam takut terhadap agama yang mulia ini, bahkan justru sebagian orang Islam merasa curiga terhadap saudaranya se-Islam, lebih parah lagi bisa jadi seorang muslim menjadi keluar dari agama ini lantaran aksi brutal ini. Maka, kami tulis artikel ringkas ini sebagai bentuk penjelasan kepada kaum muslimin mengenai sikap yang tepat dalam menghadapi fitnah yang begitu besar ini. Harapan kita tentu saja, kaum muslimin semakin sadar betapa berbahayanya pemikiran yang bercokol di otak-otak para teroris ini sehingga berhati-hati dari pemikiran sesat ini, di lain pihak, tidak kemudian sembarangan mencurigai saudaranya semuslim sebagai bagian dari komplotan ini. Wa billâhit taufîq…
Teroris… Hanya Dari Muslim?
Pembaca yang mulia, -baik secara sadar atau tidak- bahwasanya kata teroris yang sekarang banyak dicitrakan adalah seorang atau kelompok pengacau keamanaan yang hanya berasal dari kaum muslimin. Demikianlah kita digiring. Namun, apakah benar demikian? Asy-Syaikh ‘Abdul ‘Aziz Âlusy Syaikh memberikan penerangan dalam sebuah artikel ilmiah beliau mengenai asal kata “teror” (Arab: Irhâb), “teroris” (Ar: Irhâbiy), dan “terorisme” (Ar: Irhâbiyyah), beliau berkata, “Semua ini (kata teroris, teror, dan terorisme) belum diberi batasan secara resmi.” Kemudian beliau melanjutkan, “Sehingga, hal ini mengakibatkan kita menghadapi masalah seperti: kita memusuhi suatu kelompok dengan alasan bahwa mereka adalah teroris, padahal mereka bukan.” Lanjut beliau, “Demikian pula, di antara kesulitan ketidakadaan batasan ini adalah suatu kelompok dibiarkan saja, padahal kelompok tersebut sangat bengis, kejam, dan lebih banyak merusak.”
Setelah beliau menyebutkan definisi-definisi teror yang telah ada, beliau berkata, “Jadi, seluruhnya -atau sebagian besar- sepakat bahwa teror adalah sengaja menakut-nakuti. Tetapi, seberapa kadarnya, dengan cara apa, hingga kapan sampai ke tingkatan ini? [Semua ini masih samar].” Adapun mulai munculnya kata teror ini, sebagaimana yang disebutkan dalam buku “Mausû’atul ‘Âlamiyyah”, kata beliau, muncul semenjak Peristiwa Kebangkitan Perancis (th. 1789-1799) saat orang-orang kebangkitan membangun kekuasaan di atas tirani dan kebengisan.
Apa contoh aksi teror ini? Contoh terbesar adalah apa yang dilakukan oleh tokoh Nazi Jerman, Adolf Hitler, yang membunuh ratusan nyawa tanpa alasan yang benar. Demikian pula apa yang dilakukan oleh Benito Mussolini di Uni Soviet waktu itu. Dengan dua contoh ini -masih ada beberapa contoh yang disebutkan oleh Asy-Syaikh ‘Abdul ‘Aziz- bisa ditarik kesimpulan berikut ini:
1. Munculnya kata teror pada akhir abad ke-18, padahal Islam telah muncul semenjak lebih dari dua belas abad sebelumnya.
2. Yang pertama disebut dengan kata teroris adalah Eropa, bukan Arab, apalagi muslimin.
3. Sejarah mencatat bahwa istilah teroris ini bukannya disandang oleh kaum muslimin.
4. Adanya sekelompok atau individu muslim yang berbuat seperti ini bukan berarti agama Islam yang menyebabkan aksi teror ini, karena agama Islam sudah ada semenjak lebih dari 14 abad silam, jika Islam merupakan sebab teror, berarti teror sudah ada semenjak 14 abad silam. [artikel beliau ini bisa dilihat di dalam situs www.sahab.net dengan judul artikel “Al-Irhâb wa Wasâ`ilul ‘Ilâj”, Asy-Syaikh ‘Abdul ‘Aziz Âlusy Syaikh, mufti umum kerajaan Saudi Arabia]
Dari penjelasan beliau ini bisa kita ambil pelajaran bahwa teror, teroris, dan terorisme bukannya hanya berhak disandang kaum muslimin saja. Akan tetapi, ternyata banyak di antara orang kafir yang lebih berhak menyandangnya, seperti Yahudi di Palestina dan lain-lainnya.
Adakah Teror di Dalam Agama Islam?
Kalimat tanya ini mungkin muncul di benak sebagian kita menyusul adanya sekelompok orang yang berbaju muslim mengadakan aksi teror dan memberinya label jihad fi sabilillah. Untuk menjawab hal ini ada beberapa ayat-ayat suci dan hadits-hadits shahih yang perlu kita perhatikan.
1. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
﴿وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ﴾
“Dan tidaklah Kami mengutusmu (Muhammad) kecuali sebagai rahmat bagi sekalian alam.” [Al-Anbiyâ`:107].
Apakah membunuh orang-orang -walaupun kafir- merupakan perbuatan rahmat bagi sekalian alam?!! Apakah Rasulullah pernah mengajarkan untuk membunuh sembarang orang kafir?!! Bukankah Rasulullah hidup di Madinah dalam keadaan beliau memiliki perjanjian damai dengan beberapa kelompok Yahudi?!!
2. Sebuah hadits disebutkan oleh Al-Imam Muslim di dalam kitab Shahih beliau yang diriwayatkan dari Abû Hurairah ,
قِيْلَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، اُدْعُ عَلَى الْمُشْرِكِيْنَ، قال: “إِنِّيْ لُمْ أُبْعَثْ لَعَّانًا، وَإِنَّمَا بُعِثْتُ رَحْمَةً”
Dikatakan kepada Rasulullah , “Wahai Rasulullah, berdoalah kejelekan kepada orang-orang musyrik.” Beliau pun menjawab, “Aku tidak diutus sebagai pelaknat, hanyalah aku diutus sebagai rahmat.”
Jikalau Rasulullah menolak untuk mendoakan kejelekan bagi orang-orang musyrik dikarenakan beliau diutus sebagai rahmat, maka membunuh orang-orang kafir yang tidak memerangi Islam dan belum mengerti tentang Islam -apalagi jika ternyata ada orang muslim yang menjadi korban dari tindakan ini- apakah beliau akan menyetujuinya??!!
3. Allah berfirman mendeskripsikan Nabi Muhammad :
﴿فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ﴾
“Maka dengan rahmat Allah Engkau berbuat lemah lembut kepada mereka. Jikalau Engkau kasar ucapannya dan kasar kalbunya, mereka akan lari dari sisimu.” [Âli ‘Îmrân:159].
4. Seseorang datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan melaporkan bahwa dirinya sengaja terlambat mendatangi sholat jama’ah karena Fulan mengimami dengan surat yang panjang, beliau pun marah dan bersabda:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ مِنْكُمْ مُنَفِّرِينَ ، فَأَيُّكُمْ مَا صَلَّى بِالنَّاسِ فَلْيَتَجَوَّزْ ، فَإِنَّ فِيهِمُ الْمَرِيضَ وَالْكَبِيرَ وَذَا الْحَاجَةِ
Wahai manusia! Sesungguhnya di antara kalian ada yang membuat lari! Maka barang siapa kalian mengimami manusia, hendaklah dia ringkas karena di antara mereka ada yang sakit, orang tua, dan orang yang memiliki kebutuhan. [H.R. Al-Bukhârî dan Muslim di dalam kitab Shahih keduanya dengan lafazh yang bebeda-beda].
Allah menjelaskan bahwa sebagian sebab larinya orang dari dakwah Islam adalah kerasnya kata-kata dan hati. Hadits yang kita sebut juga menyiratkan bahwa mengimami dengan bacaan surat yang panjang -walaupun hukum asal membaca surat yang panjang adalah sunnah- mengakibatkan larinya seseorang dari dakwah. Lalu, pengeboman yang dilakukan para teroris Khowarij ini (akan datang Insyâ Allah apa itu “Khowarij”) apakah menyebabkan orang-orang masuk ke dalam agama Islam?!! Atau justru lebih parah daripada sekedar membaca surat yang panjang?!! Atau justru sebagian kaum muslimin sendiri phobi dengan agama mereka sendiri?!! Allahul musta’ân wa ilaihil musytakâ.
Maka, kami menanyakan kepada kalian yang melegitimasi aksi-aksi semacam ini, apa yang kalian dapat dari aksi ini?!!
Pembaca yang mulia, -baik secara sadar atau tidak- bahwasanya kata teroris yang sekarang banyak dicitrakan adalah seorang atau kelompok pengacau keamanaan yang hanya berasal dari kaum muslimin. Demikianlah kita digiring. Namun, apakah benar demikian? Asy-Syaikh ‘Abdul ‘Aziz Âlusy Syaikh memberikan penerangan dalam sebuah artikel ilmiah beliau mengenai asal kata “teror” (Arab: Irhâb), “teroris” (Ar: Irhâbiy), dan “terorisme” (Ar: Irhâbiyyah), beliau berkata, “Semua ini (kata teroris, teror, dan terorisme) belum diberi batasan secara resmi.” Kemudian beliau melanjutkan, “Sehingga, hal ini mengakibatkan kita menghadapi masalah seperti: kita memusuhi suatu kelompok dengan alasan bahwa mereka adalah teroris, padahal mereka bukan.” Lanjut beliau, “Demikian pula, di antara kesulitan ketidakadaan batasan ini adalah suatu kelompok dibiarkan saja, padahal kelompok tersebut sangat bengis, kejam, dan lebih banyak merusak.”
Setelah beliau menyebutkan definisi-definisi teror yang telah ada, beliau berkata, “Jadi, seluruhnya -atau sebagian besar- sepakat bahwa teror adalah sengaja menakut-nakuti. Tetapi, seberapa kadarnya, dengan cara apa, hingga kapan sampai ke tingkatan ini? [Semua ini masih samar].” Adapun mulai munculnya kata teror ini, sebagaimana yang disebutkan dalam buku “Mausû’atul ‘Âlamiyyah”, kata beliau, muncul semenjak Peristiwa Kebangkitan Perancis (th. 1789-1799) saat orang-orang kebangkitan membangun kekuasaan di atas tirani dan kebengisan.
Apa contoh aksi teror ini? Contoh terbesar adalah apa yang dilakukan oleh tokoh Nazi Jerman, Adolf Hitler, yang membunuh ratusan nyawa tanpa alasan yang benar. Demikian pula apa yang dilakukan oleh Benito Mussolini di Uni Soviet waktu itu. Dengan dua contoh ini -masih ada beberapa contoh yang disebutkan oleh Asy-Syaikh ‘Abdul ‘Aziz- bisa ditarik kesimpulan berikut ini:
1. Munculnya kata teror pada akhir abad ke-18, padahal Islam telah muncul semenjak lebih dari dua belas abad sebelumnya.
2. Yang pertama disebut dengan kata teroris adalah Eropa, bukan Arab, apalagi muslimin.
3. Sejarah mencatat bahwa istilah teroris ini bukannya disandang oleh kaum muslimin.
4. Adanya sekelompok atau individu muslim yang berbuat seperti ini bukan berarti agama Islam yang menyebabkan aksi teror ini, karena agama Islam sudah ada semenjak lebih dari 14 abad silam, jika Islam merupakan sebab teror, berarti teror sudah ada semenjak 14 abad silam. [artikel beliau ini bisa dilihat di dalam situs www.sahab.net dengan judul artikel “Al-Irhâb wa Wasâ`ilul ‘Ilâj”, Asy-Syaikh ‘Abdul ‘Aziz Âlusy Syaikh, mufti umum kerajaan Saudi Arabia]
Dari penjelasan beliau ini bisa kita ambil pelajaran bahwa teror, teroris, dan terorisme bukannya hanya berhak disandang kaum muslimin saja. Akan tetapi, ternyata banyak di antara orang kafir yang lebih berhak menyandangnya, seperti Yahudi di Palestina dan lain-lainnya.
Adakah Teror di Dalam Agama Islam?
Kalimat tanya ini mungkin muncul di benak sebagian kita menyusul adanya sekelompok orang yang berbaju muslim mengadakan aksi teror dan memberinya label jihad fi sabilillah. Untuk menjawab hal ini ada beberapa ayat-ayat suci dan hadits-hadits shahih yang perlu kita perhatikan.
1. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
﴿وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ﴾
“Dan tidaklah Kami mengutusmu (Muhammad) kecuali sebagai rahmat bagi sekalian alam.” [Al-Anbiyâ`:107].
Apakah membunuh orang-orang -walaupun kafir- merupakan perbuatan rahmat bagi sekalian alam?!! Apakah Rasulullah pernah mengajarkan untuk membunuh sembarang orang kafir?!! Bukankah Rasulullah hidup di Madinah dalam keadaan beliau memiliki perjanjian damai dengan beberapa kelompok Yahudi?!!
2. Sebuah hadits disebutkan oleh Al-Imam Muslim di dalam kitab Shahih beliau yang diriwayatkan dari Abû Hurairah ,
قِيْلَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، اُدْعُ عَلَى الْمُشْرِكِيْنَ، قال: “إِنِّيْ لُمْ أُبْعَثْ لَعَّانًا، وَإِنَّمَا بُعِثْتُ رَحْمَةً”
Dikatakan kepada Rasulullah , “Wahai Rasulullah, berdoalah kejelekan kepada orang-orang musyrik.” Beliau pun menjawab, “Aku tidak diutus sebagai pelaknat, hanyalah aku diutus sebagai rahmat.”
Jikalau Rasulullah menolak untuk mendoakan kejelekan bagi orang-orang musyrik dikarenakan beliau diutus sebagai rahmat, maka membunuh orang-orang kafir yang tidak memerangi Islam dan belum mengerti tentang Islam -apalagi jika ternyata ada orang muslim yang menjadi korban dari tindakan ini- apakah beliau akan menyetujuinya??!!
3. Allah berfirman mendeskripsikan Nabi Muhammad :
﴿فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ﴾
“Maka dengan rahmat Allah Engkau berbuat lemah lembut kepada mereka. Jikalau Engkau kasar ucapannya dan kasar kalbunya, mereka akan lari dari sisimu.” [Âli ‘Îmrân:159].
4. Seseorang datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan melaporkan bahwa dirinya sengaja terlambat mendatangi sholat jama’ah karena Fulan mengimami dengan surat yang panjang, beliau pun marah dan bersabda:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ مِنْكُمْ مُنَفِّرِينَ ، فَأَيُّكُمْ مَا صَلَّى بِالنَّاسِ فَلْيَتَجَوَّزْ ، فَإِنَّ فِيهِمُ الْمَرِيضَ وَالْكَبِيرَ وَذَا الْحَاجَةِ
Wahai manusia! Sesungguhnya di antara kalian ada yang membuat lari! Maka barang siapa kalian mengimami manusia, hendaklah dia ringkas karena di antara mereka ada yang sakit, orang tua, dan orang yang memiliki kebutuhan. [H.R. Al-Bukhârî dan Muslim di dalam kitab Shahih keduanya dengan lafazh yang bebeda-beda].
Allah menjelaskan bahwa sebagian sebab larinya orang dari dakwah Islam adalah kerasnya kata-kata dan hati. Hadits yang kita sebut juga menyiratkan bahwa mengimami dengan bacaan surat yang panjang -walaupun hukum asal membaca surat yang panjang adalah sunnah- mengakibatkan larinya seseorang dari dakwah. Lalu, pengeboman yang dilakukan para teroris Khowarij ini (akan datang Insyâ Allah apa itu “Khowarij”) apakah menyebabkan orang-orang masuk ke dalam agama Islam?!! Atau justru lebih parah daripada sekedar membaca surat yang panjang?!! Atau justru sebagian kaum muslimin sendiri phobi dengan agama mereka sendiri?!! Allahul musta’ân wa ilaihil musytakâ.
Maka, kami menanyakan kepada kalian yang melegitimasi aksi-aksi semacam ini, apa yang kalian dapat dari aksi ini?!!
Berkenalan Dengan Khowarij
Kita telah menyinggung istilah “Khowarij”, apa itu Khowarij? Khowarij adalah sebuah kelompok sesat yang mulai muncul semenjak zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ciri mereka yang paling nampak adalah sembarangan dalam mengkafirkan seorang muslim. Bahkan, para sahabat Nabi pun tak lepas dari vonis ngawur mereka ini. Sehingga, mereka pun tak segan-segan memerangi para sahabat yang merupakan pilihan Allah subhanahu wa ta’ala.
Bapak Khowarij, Dzul Khuwaishiroh, adalah orang yang berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam saat beliau membagikan harta rampasan perang, “Berbuat adillah wahai Muhammad, Engkau tidak adil!” Demikianlah kedunguan dan kekasaran orang ini, sampai-sampai berkata kata-kata yang demikian kasar ini kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, padahal beliau adalah orang yang paling dipercaya oleh Dzat Yang Ada di Atas Langit (Allah ). Setelah orang ini meninggalkan Rasulullah , beliau pun bersabda
إِنَّ هَذَا وَأَصْحَاباً لَهُ يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لاَ يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ يَمْرُقُونَ مِنَ الدِّينِ كَمَا يَمْرُقُ الْمِرْمَاةُ مِنَ الرَّمِيَّةِ
“Sungguh, orang ini dan komplotannya membaca Al-Qur`ân namun tidak melewati tenggorokannya. Mereka keluar dari agama ini seperti keluarnya anak panah dari sasarannya.” [H.R. Ibnu Majah, Ahmad, Ibnu Hibban dan lainnya, dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani].
Ternyata, orang-orang Khowarij ini bukan orang yang suka berbuat maksiat. Bahkan, mereka adalah orang yang gemar beribadah, mereka sering membaca Al-Qur`ân. Akan tetapi, bacaan Al-Qur`ân mereka hanya berhenti pada lisan-lisan mereka, tidak sampai ke dalam hati, bahkan tidak sampai melewati tenggorokan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mendeskripsikan ciri-ciri komplotan ini:
Kita telah menyinggung istilah “Khowarij”, apa itu Khowarij? Khowarij adalah sebuah kelompok sesat yang mulai muncul semenjak zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ciri mereka yang paling nampak adalah sembarangan dalam mengkafirkan seorang muslim. Bahkan, para sahabat Nabi pun tak lepas dari vonis ngawur mereka ini. Sehingga, mereka pun tak segan-segan memerangi para sahabat yang merupakan pilihan Allah subhanahu wa ta’ala.
Bapak Khowarij, Dzul Khuwaishiroh, adalah orang yang berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam saat beliau membagikan harta rampasan perang, “Berbuat adillah wahai Muhammad, Engkau tidak adil!” Demikianlah kedunguan dan kekasaran orang ini, sampai-sampai berkata kata-kata yang demikian kasar ini kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, padahal beliau adalah orang yang paling dipercaya oleh Dzat Yang Ada di Atas Langit (Allah ). Setelah orang ini meninggalkan Rasulullah , beliau pun bersabda
إِنَّ هَذَا وَأَصْحَاباً لَهُ يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لاَ يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ يَمْرُقُونَ مِنَ الدِّينِ كَمَا يَمْرُقُ الْمِرْمَاةُ مِنَ الرَّمِيَّةِ
“Sungguh, orang ini dan komplotannya membaca Al-Qur`ân namun tidak melewati tenggorokannya. Mereka keluar dari agama ini seperti keluarnya anak panah dari sasarannya.” [H.R. Ibnu Majah, Ahmad, Ibnu Hibban dan lainnya, dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani].
Ternyata, orang-orang Khowarij ini bukan orang yang suka berbuat maksiat. Bahkan, mereka adalah orang yang gemar beribadah, mereka sering membaca Al-Qur`ân. Akan tetapi, bacaan Al-Qur`ân mereka hanya berhenti pada lisan-lisan mereka, tidak sampai ke dalam hati, bahkan tidak sampai melewati tenggorokan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mendeskripsikan ciri-ciri komplotan ini:
يَخْرُجُ فِيكُمْ قَوْمٌ تَحْقِرُونَ صَلاَتَكُمْ مَعَ صَلاَتِهِمْ ، وَصِيَامَكُمْ مَعَ صِيَامِهِمْ ، وَعَمَلَكُمْ مَعَ عَمَلِهِمْ
“Akan memberontak kalian sebuah kaum, yang mana kalian meremehkan sholat kalian dibanding sholat mereka, puasa kalian dibanding puasa mereka, dan amalan kalian dibanding amalan mereka.” [H.R. Al-Bukhârî dan Muslim, dari Abû Sa’îd Al-Khudri].
Ternyata, mereka adalah kaum yang gemar melakukan sholat, puasa, dan amalan lainnya, sampai-sampai para sahabat merasa sholat, puasa, dan amalan Khowarij lebih banyak daripada apa yang dilakukan para sahabat. Akan tetapi, ternyata amalan mereka ini tidak ada artinya, sebagaimana seseorang yang membidik dengan panahnya tepat ke sasaran, namun anak panahnya malah menembus sasaran tersebut dan tidak mendapatkan apa-apa. Dia lihat di mata panahnya tidak ada apa-apa, dia lihat di lembing panahnya tidak ada apa-apa, dia lihat di bulu panahnya tidak ada apa-apa. Maka, sungguh rugi orang yang semacam ini.
Tak heran, Rasulullah pun mengatakan tentang kelompok sesat ini:
الْخَوَارِجُ كِلاَبُ النَّارِ
“Khowarij anjing-anjing neraka.” [H.R. Ibnu Majah dan Ahmad dari sahabat Ibnu Abî Aufâ, dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani. Ini lafazh Ibnu Majah].
Dalam riwayat lain disebutkan:
كِلاَبُ النَّارِ شَرُّ قَتْلَى تَحْتَ أَدِيمِ السَّمَاءِ خَيْرُ قَتْلَى مَنْ قَتَلُوهُ
“Anjing-anjing neraka. [Mereka adalah] mayat yang paling jelek di bawah kolong langit, mayat yang paling baik adalah yang mereka bunuh.” [H.R. At-Tirmidzi -dan ini lafazh beliau- serta Ahmad, dari Abû Umâmah Al-Bâhili. Asy-Syaikh Al-Albani mengatakan “Hasan Shahih”]
Sehingga, pantaslah jika para sahabat Rasulullah kemudian memerangi mereka sepeninggal beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Khowarij ini diperangi oleh sahabat pada perang Naĥrawân dan para sahabat berhasil membabat komplotan ini.
Teroris yang Mengatasnamakan Islam = Khowarij Masa Kini
Nah, para teroris “Islami” (namun jauh dari ajaran Islam) inilah yang kemudian mewarisi jejak-jejak Khowarij. Maka, sepantasnya kita menyebut teroris jenis ini dengan istilah “Teroris Khowarij” karena seperti kita sebutkan di muka bahwa terorisme tidak mesti berasal dari agama Islam. Mungkin sebagian mereka menolak untuk dikatakan Khowarij, tapi amalan-amalan mereka bersaksi dan mengakui bahwa mereka mewarisi pemikiran-pemikiran Khowarij.
Apa kesamaan mereka dengan Khowarij?
1. Tergesa-gesa dalam mengkafirkan kaum muslimin, sebagaimana Khowarij dulu mengkafirkan ‘Ali bin Abî Thâlib.
2. Berpandangan bolehnya memberontak pemerintah -walaupun muslim- yang sah.
3. Dan satu poin yang pokok, mereka dan Khowarij sama-sama pendek pikirannya, sebagaimana sabda Rasulullah :
يَأْتِى فِى آخِرِ الزَّمَانِ قَوْمٌ حُدَثَاءُ الأَسْنَانِ، سُفَهَاءُ الأَحْلاَمِ، يَقُولُونَ مِنْ خَيْرِ قَوْلِ الْبَرِيَّةِ، يَمْرُقُونَ مِنَ الإِسْلاَمِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرَّمِيَّةِ، لاَ يُجَاوِزُ إِيمَانُهُمْ حَنَاجِرَهُمْ، فَأَيْنَمَا لَقِيتُمُوهُمْ فَاقْتُلُوهُمْ، فَإِنَّ قَتْلَهُمْ أَجْرٌ لِمَنْ قَتَلَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Akan datang di akhir zaman suatu kaum yang muda usianya, lemah pikirannya, mereka mengatakan sebagian ucapan baik manusia. Namun, mereka keluar dari Islam, sebagaimana anak panah keluar dari sasarannya. Iman mereka tidak melewati tenggorokan mereka. Di mana saja kalian menjumpai mereka, bunuhlah, karena membunuh mereka mengandung pahala yang besar pada hari kiamat bagi yang membunuhnya.” [Diriwayatkan oleh Al-Jamâ’ah (yaitu Al-Bukhârî, Muslim, Abû Dâwûd, At-Tirmidzi, An-Nasâ`i, dan Ibnu Mâjah) dari ‘Ali bin Abî Thâlib].
Sungguh benar apa yang dikatakan Rasulullah , para khowarij ini rata-rata muda usianya dan pendek pikirannya (bukan berarti orang yang muda usianya tidak bisa diambil ilmunya secara mutlak, namun dipersyaratkan orang yang muda tersebut sudah memahami ilmu tersebut dengan matang. Sebagaimana Ibnu ‘Abbas, Imam Syafi’i dan lainnya yang sudah matang dalam ilmunya semenjak muda. Allahu a’lam). Sayangnya, mereka tidak mau mengembalikan urusan besar ini kepada ahlinya yang sudah matang dan tua dalam keilmuan. Sehingga, tak jarang para Khowarij ini justru mencela para ulama -bahkan tak segan untuk mengkafirkannya- sebagaimana dilakukan oleh anak-anak muda ini terhadap mufti umum kerajaan Saudi Arabia pada zamannya, Asy-Syaikh Ibnu Bâz raĥimahullah dan ulama-ulama lain semisal beliau.
Satu catatan lagi, perintah membunuh mereka di dalam hadits yang telah disebut, bukan kemudian sembarangan membunuh mereka. Akan tetapi, ini adalah hak pemerintah. Apabila pemerintah mengijinkan para Khowarij ini dibunuh, barulah dibenarkan untuk membunuh mereka agar tidak terjadi kekacauan. Jadi, apabila pemerintah mengijinkan membunuh Fulan yang merupakan teroris, silakan saja, karena di dalamnya terkandung pahala yang besar, dan juga mengembalikan keamanan dan stabilitas masyarakat (jika tidak mengandung resiko yang besar) …
Apakah Teroris Khowarij Sedang Berjihad?
Akidah penting yang dianut oleh para pendahulu kita adalah seperti tercantum di dalam Al-‘Aqîdatuth Thaĥâwiyyah:
Sungguh benar apa yang dikatakan Rasulullah , para khowarij ini rata-rata muda usianya dan pendek pikirannya (bukan berarti orang yang muda usianya tidak bisa diambil ilmunya secara mutlak, namun dipersyaratkan orang yang muda tersebut sudah memahami ilmu tersebut dengan matang. Sebagaimana Ibnu ‘Abbas, Imam Syafi’i dan lainnya yang sudah matang dalam ilmunya semenjak muda. Allahu a’lam). Sayangnya, mereka tidak mau mengembalikan urusan besar ini kepada ahlinya yang sudah matang dan tua dalam keilmuan. Sehingga, tak jarang para Khowarij ini justru mencela para ulama -bahkan tak segan untuk mengkafirkannya- sebagaimana dilakukan oleh anak-anak muda ini terhadap mufti umum kerajaan Saudi Arabia pada zamannya, Asy-Syaikh Ibnu Bâz raĥimahullah dan ulama-ulama lain semisal beliau.
Satu catatan lagi, perintah membunuh mereka di dalam hadits yang telah disebut, bukan kemudian sembarangan membunuh mereka. Akan tetapi, ini adalah hak pemerintah. Apabila pemerintah mengijinkan para Khowarij ini dibunuh, barulah dibenarkan untuk membunuh mereka agar tidak terjadi kekacauan. Jadi, apabila pemerintah mengijinkan membunuh Fulan yang merupakan teroris, silakan saja, karena di dalamnya terkandung pahala yang besar, dan juga mengembalikan keamanan dan stabilitas masyarakat (jika tidak mengandung resiko yang besar) …
Apakah Teroris Khowarij Sedang Berjihad?
Akidah penting yang dianut oleh para pendahulu kita adalah seperti tercantum di dalam Al-‘Aqîdatuth Thaĥâwiyyah:
والحج والجهاد ماضيان مع أولي الأمر من المسلمين، برهم وفاجرهم إلى قيام الساعة، لا يبطلهما شيء، ولا ينقضهما
“Dan urusan haji dan jihad berlangsung bersama Ulil Amr (pemerintah) kaum muslimin, walaupun Ulil Amr itu baik atau lalim. Hal itu berlangsung hingga tegaknya kiamat. Tidak ada sesuatu pun yang membatalkannya atau menghapuskannya.”
Apakah mereka berjihad bersama pemerintah?!! Kalau ya, pemerintah yang mana?!! Mana wilayahnya?!!
Marilah kita dengar wasiat Nabi dalam riwayat Ashĥabus Sunan kecuali An-Nasâ`i, Aĥmad, dan lainnya, dari sahabat Al-‘Irbâdh bin Sâriyah , dan dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani raĥimahullah, Rasulullah bersabda:
Apakah mereka berjihad bersama pemerintah?!! Kalau ya, pemerintah yang mana?!! Mana wilayahnya?!!
Marilah kita dengar wasiat Nabi dalam riwayat Ashĥabus Sunan kecuali An-Nasâ`i, Aĥmad, dan lainnya, dari sahabat Al-‘Irbâdh bin Sâriyah , dan dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani raĥimahullah, Rasulullah bersabda:
أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدًا حَبَشِيًّا فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِى فَسَيَرَى اخْتِلاَفًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِى وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
“Aku wasiatkan kalian untuk bertakwa kepada Allah, mendengar dan taat [kepada pemerintah], walaupun dia adalah seorang budak Etiopia. Karena siapa saja yang masih hidup di antara kalian setelahku, niscaya dia melihat perselisihan yang banyak. Maka, wajib kalian berpegang teguh dengan sunnahku (yakni jalanku) dan sunnah Khulafâ`ur Râsyidîn (yakni jalan yang mereka tempuh)…” [ini lafazh Abû Dâwûd].
Jihad dilakukan di medan pertempuran, bukan di negeri yang aman.
Jihad memiliki tata cara tersendiri seperti dijelaskan dalam kitab-kitab fikih, bukan sembarang bom seperti itu.
Jihad tidak dibenarkan dengan cara bunuh diri (dan bunuh diri sendiri merupakan dosa besar).
Orang yang mati dalam medan peperangan -walau benar-benar medan jihad- belum pasti mati syahid -apalagi dijemput bidadari- dan kita tidak boleh memastikan bahwa seseorang mati syahid. Ini adalah akidah kaum muslimin sebagaimana tercantum di dalam Al-‘Aqîdatuth Thaĥâwiyyah. Ambillah pelajaran dari sebuah hadits di dalam riwayat Al-Bukhârî dan Muslim, dari Ummul ‘Alâ` radhiyallahu ‘anhâ berkata kepada sahabat ‘Utsmân bin Mazh’ûn , saat meninggal akibat terkena panah di dalam medan jihad:
Jihad dilakukan di medan pertempuran, bukan di negeri yang aman.
Jihad memiliki tata cara tersendiri seperti dijelaskan dalam kitab-kitab fikih, bukan sembarang bom seperti itu.
Jihad tidak dibenarkan dengan cara bunuh diri (dan bunuh diri sendiri merupakan dosa besar).
Orang yang mati dalam medan peperangan -walau benar-benar medan jihad- belum pasti mati syahid -apalagi dijemput bidadari- dan kita tidak boleh memastikan bahwa seseorang mati syahid. Ini adalah akidah kaum muslimin sebagaimana tercantum di dalam Al-‘Aqîdatuth Thaĥâwiyyah. Ambillah pelajaran dari sebuah hadits di dalam riwayat Al-Bukhârî dan Muslim, dari Ummul ‘Alâ` radhiyallahu ‘anhâ berkata kepada sahabat ‘Utsmân bin Mazh’ûn , saat meninggal akibat terkena panah di dalam medan jihad:
رَحْمَةُ اللَّهِ عَلَيْكَ أَبَا السَّائِبِ ، فَشَهَادَتِى عَلَيْكَ لَقَدْ أَكْرَمَكَ اللَّهُ
“Rahmat Allah atasmu, wahai Abus Sâ`ib (‘Utsmân). Aku bersaksi atasmu bahwa Allah telah memuliakanmu.” Nah, Rasulullah yang melihat kejadian ini menegur Ummul ‘Alâ`, beliau bersabda:
وَمَا يُدْرِيكِ أَنَّ اللَّهَ قَدْ أَكْرَمَهُ
“Dan apa yang membuatmu tahu bahwa Allah telah memuliakannya?” Ummul ‘Alâ` bertanya, “Lantas siapa yang dimuliakan Allah?” Rasulullah pun menjawab:
وَمَا يُدْرِيكِ أَنَّ اللَّهَ قَدْ أَكْرَمَهُ
“Dan apa yang membuatmu tahu bahwa Allah telah memuliakannya?” Ummul ‘Alâ` bertanya, “Lantas siapa yang dimuliakan Allah?” Rasulullah pun menjawab:
أَمَّا هُوَ فَقَدْ جَاءَهُ الْيَقِينُ ، وَاللَّهِ إِنِّى لأَرْجُو لَهُ الْخَيْرَ ، وَاللَّهِ مَا أَدْرِى – وَأَنَا رَسُولُ اللَّهِ – مَا يُفْعَلُ بِى
“Adapun dia, telah datang kematian. Demi Allah! Aku berharap kebaikan baginya (bukan memastikan). Demi Allah! Aku tidak tahu -dan aku utusan Allah- apa yang akan diperbuat kepadaku.”
Perhatikan baik-baik hadits yang mulia ini! ‘Utsmân bin Mazh’ûn adalah sahabat yang berjihad bersama Rasulullah , mati terkena panah -bukan bunuh diri!!!-, dilarang oleh Rasulullah untuk memberikan persaksian syahid atas beliau. Siapa mereka dibanding ‘Utsmân bin Mazh’ûn?!! Bahkan Rasulullah tidak mampu memastikan apa yang akan diperbuat atas beliau .
Demikianlah kesalahan jihad versi mereka. Jika kita mau menggali lebih dalam, terlalu panjang artikel kita ini. Ini sebatas permukaan saja.
Penutup : Nasehat Kepada Yang Membenarkan Aksi Ini
Bertakwalah kepada Allah. Wajib bagi kalian untuk menuntut ilmu syar’i sebelum memutuskan sesuatu. Ketahuilah, semangat saja tidak cukup. Ketahuilah, niat baik saja tidak cukup. Ketahuilah, perkaranya bukanlah kalian ingin menunjukkan kecintaan kepada Allah dan agama ini; perkaranya adalah bagaimana agar kalian dicintai Allah. Di depan kalian ada bermacam-macam jalan yang semuanya menyeru kepada neraka kecuali satu. Serahkan urusan agama kalian kepada para ulama. Bukan ulama yang dimaksud adalah orang seperti Usâmah bin Ladîn (atau Osama bin Laden) dan semisalnya. Ulama yang dimaksud adalah orang yang mumpuni dalam seluruh bidang agama: akidah, fikih, hadits, bahasa Arab, dan lainnya yang mana dengan ilmu mereka ini, mereka bisa mengambil keputusan (istinbâth hukum). Renungkanlah firman Allah:
Perhatikan baik-baik hadits yang mulia ini! ‘Utsmân bin Mazh’ûn adalah sahabat yang berjihad bersama Rasulullah , mati terkena panah -bukan bunuh diri!!!-, dilarang oleh Rasulullah untuk memberikan persaksian syahid atas beliau. Siapa mereka dibanding ‘Utsmân bin Mazh’ûn?!! Bahkan Rasulullah tidak mampu memastikan apa yang akan diperbuat atas beliau .
Demikianlah kesalahan jihad versi mereka. Jika kita mau menggali lebih dalam, terlalu panjang artikel kita ini. Ini sebatas permukaan saja.
Penutup : Nasehat Kepada Yang Membenarkan Aksi Ini
Bertakwalah kepada Allah. Wajib bagi kalian untuk menuntut ilmu syar’i sebelum memutuskan sesuatu. Ketahuilah, semangat saja tidak cukup. Ketahuilah, niat baik saja tidak cukup. Ketahuilah, perkaranya bukanlah kalian ingin menunjukkan kecintaan kepada Allah dan agama ini; perkaranya adalah bagaimana agar kalian dicintai Allah. Di depan kalian ada bermacam-macam jalan yang semuanya menyeru kepada neraka kecuali satu. Serahkan urusan agama kalian kepada para ulama. Bukan ulama yang dimaksud adalah orang seperti Usâmah bin Ladîn (atau Osama bin Laden) dan semisalnya. Ulama yang dimaksud adalah orang yang mumpuni dalam seluruh bidang agama: akidah, fikih, hadits, bahasa Arab, dan lainnya yang mana dengan ilmu mereka ini, mereka bisa mengambil keputusan (istinbâth hukum). Renungkanlah firman Allah:
﴿وَإِذَا جَاءَهُمْ أَمْرٌ مِنَ الأمْنِ أَوِ الْخَوْفِ أَذَاعُوا بِهِ وَلَوْ رَدُّوهُ إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَى أُولِي الأمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِينَ يَسْتَنْبِطُونَهُ مِنْهُمْ ﴾
“Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Andai mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri (ulama dan pemerintah) di antara mereka, tentulah orang-orang yang bisa mengambil keputusan di antara mengetahui hal tersebut.” [An-Nisâ`:83].
﴿فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لا تَعْلَمُونَ ﴾
“Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kalian tidak mengetahui.” [An-Naĥl:43, Al-Anbiyâ`:7].
Renungkan pula hadits Rasulullah:
﴿فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لا تَعْلَمُونَ ﴾
“Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kalian tidak mengetahui.” [An-Naĥl:43, Al-Anbiyâ`:7].
Renungkan pula hadits Rasulullah:
إِذَا وُسِّدَ الأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ
“Jika suatu perkara diserahkan kepada yang tidak ahli, maka tunggulah hari kiamat.” [H.R. Al-Bukhârî dan lainnya dari Abû Hurairah ].
Semoga Allah memberikan kita hidayah kepada jalan-Nya yang benar. Amin.
Nasehat Agar Jangan Serampangan Dalam Mencurigai Muslimin Yang Lain
Ketahuilah saudaraku, lidah yang tak bertulang ini niscaya akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan-Nya. Cukuplah ayat dan hadits berikut ini menjadi pelajaran bagi mereka yang berakal
Semoga Allah memberikan kita hidayah kepada jalan-Nya yang benar. Amin.
Nasehat Agar Jangan Serampangan Dalam Mencurigai Muslimin Yang Lain
Ketahuilah saudaraku, lidah yang tak bertulang ini niscaya akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan-Nya. Cukuplah ayat dan hadits berikut ini menjadi pelajaran bagi mereka yang berakal
﴿يَوْمَ تَشْهَدُ عَلَيْهِمْ أَلْسِنَتُهُمْ وَأَيْدِيهِمْ وَأَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (24) يَوْمَئِذٍ يُوَفِّيهِمُ اللَّهُ دِينَهُمُ الْحَقَّ وَيَعْلَمُونَ أَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ الْمُبِينُ﴾
“Pada hari lisan-lisan, tangan-tangan, dan kaki-kaki mereka bersaksi jelek atas mereka. Pada hari itu Allah menunaikan pembalasan mereka yang benar, dan mereka tahu bahwa Allah lah Dzat Yang Maha Benar Yang Jelas.” [An-Nûr 24-25].
﴿إِذْ تَلَقَّوْنَهُ بِأَلْسِنَتِكُمْ وَتَقُولُونَ بِأَفْوَاهِكُمْ مَا لَيْسَ لَكُمْ بِهِ عِلْمٌ وَتَحْسَبُونَهُ هَيِّنًا وَهُوَ عِنْدَ اللَّهِ عَظِيمٌ﴾
“Saat kalian saling menyebarkan dengan lisan-lisan kalian dan kalian mengatakannya dengan bibir-bibir kalian apa yang kalian tidak memiliki pengetahuan padanya. Kalian menyangka hal itu remeh, padahal hal itu besar di sisi Allah.” [An-Nûr:15].
﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ﴾
“Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak dari persangkaan! Sesungguhnya sebagian persangkaan adalah dosa.” [Al-Ĥujurât:12].
Renungkanlah hadits berikut ini:
﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ﴾
“Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak dari persangkaan! Sesungguhnya sebagian persangkaan adalah dosa.” [Al-Ĥujurât:12].
Renungkanlah hadits berikut ini:
وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسَ عَلَى وُجُوهِهِمْ فِى النَّارِ – أَوْ قَالَ عَلَى مَنَاخِرِهِمْ – إِلاَّ حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ
“Dan bukanlah yang menyungkurkan manusia di atas wajah-wajah mereka di neraka -atau beliau bersabda: di atas hidung-hidung mereka- kecuali hasil dari lisan-lisan mereka.” [H.R. At-Tirmidzi dan Ahmad dari Mu’âdz bin Jabal , dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani].
Demikian apa yang bisa disampaikan dalam lembaran ringkas ini. Sungguh, saya menyadari sebagai hamba-Nya yang lemah pasti didapati banyak kekurangan. Maka, saya memohon ampunan kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Wal ‘ilmu indallâh.
Kita berharap agar Allah memberikan taufik kepada kita semua, sehingga kita bertemu kelak di dalam surganya. Amin.
Demikian apa yang bisa disampaikan dalam lembaran ringkas ini. Sungguh, saya menyadari sebagai hamba-Nya yang lemah pasti didapati banyak kekurangan. Maka, saya memohon ampunan kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Wal ‘ilmu indallâh.
Kita berharap agar Allah memberikan taufik kepada kita semua, sehingga kita bertemu kelak di dalam surganya. Amin.
0 comments:
Post a Comment