Nabi Ibrahim memperoleh keyakinan agamanya bukan dari warisan orang tuanya. Melainkan dari sebuah proses pencarian yang sangat panjang dan mendalam. Sepanjang usianya. Sejak beliau kecil hingga tutup usia. Allah membeberkan cerita Ibrahim itu secara ringkas di dalam berbagai surat. Salah satunya adalah berikut ini.
QS. Al An'aam (6) : 75.
“Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda Keagungan Kami di langit dan bumi, dan agar Ibrabim itu termasuk orang yang yakin.”
Firman tersebut menggambarkan kepada kita bahwa Ibrahim memperoleh keyakinannya tentang Allah itu setelah melakukan proses 'diskusi' panjang terhadap alam sekitamya. Allah memperlihatkan Keagungan ilmuNya di alam semesta kepada Ibrahim, sehingga beliau. akhimya memperoleh keyakinan yang sangat teguh bahwa Allah adalah Dzat yang Maha Perkasa di balik semua eksistensi ini.
Namun proses untuk mencapai tataran itu tidaklah berlangsung singkat dan mulus. Beliau sempat trial and error (mencoba-coba dan salah) dalam melakukan pencarian itu. Informasi pertamanya, justru datang dari orang-orang musyrik pada waktu itu, yaitu bahwa patung patung bikinan bapaknya itu adalah Tuhan yang harus disembah.
Tetapi akal sehatnya menolak informasi tersebut. la tidak yakin dengan pendapat masyarakat umum yang ada pada waktu itu. Lantas beliau melakukan pencarian selama bertahun-tahun terhadap 'Sesuatu' yang layak disembah sebagai Tuhan.
Terlihat sekali dari kisah itu bahwa Ibrahim sempat salah dan beberapa kali keliru dalam mencari Tuhan. Namun itu tidak apa-apa. Sekali waktu ia menganggap Bintang adalah Tuhan, tetapi tidak memuaskannya karena Bintang bisa menghilang. Di waktu lain, Bulan dikira sebagai Tuhan, tapi juga tidak memuaskan, dan kemudian ia pun menganggap Matahari sebagai Tuhan, toh tidak memuaskannya juga.
Sampai akhimya ia mendapatkan suatu kesimpulan yang sangat ia yakini bahwa segala yang terlihat itu tidak layak disebut Tuhan, karena memiliki berbagai keterbatasannya. Hanya ada satu Dzat Tunggal yang ia yakini sebagai Tuhan. Dialah Dzat yang Sangat Perkasa, yang Menghidupkan dan Mematikan, yang Menciptakan dan Memusnahkan, yang Berkuasa dan Memelihara seluruh Alam Semesta. Dialah Allah Azza Wajalla.
Demikian panjang dan mendalam proses pencarian Tuhan itu, sehingga keyakinan yang diperoleh nabi Ibrahim bukanlah sekedar di kulitnya saja. Melainkan keyakinan yang berakar sangat dalam menghunjam jiwanya. Keyakinan seperti ini tidak mudah goyah, bahkan tidak akan pernah goyah lagi.
Berbeda dengan orang yang mempercayai Tuhan hanya karena, “kata orang” atau ikut-ikutan belaka. Mereka pada hakekatnya tidak pernah yakin bahwa Allah hadir dalam hidupnya. Mereka juga tidak pernah benar-benar yakin bahwa Allah selalu bersamanya, dan sewaktu waktu bisa menolongnya ketika dalam kesulitan. Mungkin, mereka juga tidak benar-benar yakin bahwa kesehatan, kekayaan, anak, istri, jabatan, dan berbagai bentuk kesenangan duniawi itu semua berasal dari Allah. Bahkan, barangkali mereka juga merasa ragu, apakah benar kehidupan akhirat itu benar-benar ada, sehingga perlu beribadah kepada Allah ...
Nabi Ibrahim telah memperoleh keyakinan yang luar biasa sebagai hasil dari pencariannya. Maka, Ibrahim telah melakukan mekanisme pencarian seperti yang digambarkan Allah bahwa tidak ada paksaan dalam beragama, karena sesungguhnya sudah jelas antara yang baik dan yang buruk itu (QS. Al Baqarah 256). Antara yang benar dan yang salah itu. Bagaimana cara membedakannya? Gunakanlah akal kita, seperti Ibrahim juga telah menggunakan akal untuk mencari Tuhannya. Allah juga telah menegaskan, berikut ini.
QS. yunus (10) : 100
“Dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya.
Lebih jauh, bacalah ayat-ayat QS. Al An'aam:74-83. Di ayat yang ke 79, misalnya, Ibrahim menegaskan kesimpulannya bahwa dia sangat meyakini bahwa Allah adalah Dzat Sang Pencipta Alam semesta ini. Ibrahim sama sekali tidak akan mendua atau mempersekutukan Allah dengan yang lain. Apalagi, sekedar patung-patung berhala yang sangat tidak rasional untuk disembah. Dan inilah yang selalu kita baca dalam shalat kita sehari hari.
QS Al An'aam (6) : 79
“Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan kecenderungan kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan”
Kalau keyakinan sudah sedemikian berakar, maka tak ada sesuatu pun yang bisa menggoyahkannya lagi. Bahkan di ayat berikutnya, ia mengatakan, tidak memiliki rasa takut sedikit pun kepada selain Allah. Ia telah memperoleh pelajaran inti agama islam, yaitu: totalitas keikhlasan dalam menjalankan agama ini, apa pun yang terjadi. Tetapi yang perlu dicatat sekali lagi, beliau memperoleh semua itu dari proses pencarian yang sangat panjang sehingga menghasilkan keyakinan yang sangat teguh.
Dan konsekuen dengan kondisi di atas, di ayat berikutnya, Allah memberikan jaminan kepada siapa pun yang telah mengikhlaskan kehidupannya kepada Allah, maka mereka akan memperoleh jaminan perlindungan dan petunjuk, serta derajat kehidupan yang lebih tinggi dari Allah, di dunia dan di akhirat.
Selain itu, inti pelajaran agama Ibrahim yang lurus itu juga disebutkan Allah di dalam. Al Quran surat An Nisaa' (4) : 125,
“Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang-orang yang menyerahkan dirinya kepada Allah, dan dia selalu berbuat kebaikan, serta mengikuti agama Ibrabim yang lurus. Dan Allah menjadikan Ibrabim sebagai kesayangannya.
Sungguh sangat eksplisit Allah menggambarkan kepasrahan nabi Ibrahim. Tidak ada yang lebih baik, kata Allah, kecuali mengikuti ‘cara cara’ nabi Ibrahim dalam menjalani agama. Cara-cara nabi Ibrahim dalam menjalani agama itulah yang ingin ditularkan Allah kepada kita semua, termasuk yang dianjurkan Allah kepada nabi Muhammad untuk diteruskan kepada kita semua, yaitu:
1 . Lakukan ‘pencarian’ dalam beragama. Jangan hanya ikut-ikutan saja, karena tanggung jawab beragama itu bersifat perorangan. Tidak bisa ditumpukan kepada orang lain. Meskipun, kepada orang tua, anak, saudara, bahkan guru sekalipun.
QS. Al Israa' : 36
“Dan janganlah kalian mengikuti apa-apa yang kalian tidak memiliki ilmunya. Karena pendengaran, penglibatan dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungjawaban”
2. Dapatkan keyakinan yang bersifat empiris lewat bukti-bukti yang ada di sekitar kita. Jangan hanya bersifat teori. Agama adalah amaliah. Amaliah butuh ilmu. Ilmu terus berkembang. Karena itu jangan merasa puas dengan ilmu yang telah dicapai saat ini. Pemahaman agama akan terus berkembang sesuai dengan perkembangan dan bukti-bukti ilmu pengetahuan, sebagaimana dilakukan para Rasulullah.
QS. Shaad : 45
“Dan ingatlah kepada hamba-hamba Kami, yaitu Ibrabim, Ishaq, dan yakub yang memiliki karya-karya besar dan ilmu pengetahuan yang jauh ke depan.
3. Keyakinan yang berakar sangat kuat akan menghasilkan keikhlasan dalam mengamalkan agama, sebagai puncak dari seluruh pelajaran agama Islam. Dengan keikhlasan dan keyakinan yang sangat kuat itulah nabi Ibrahim lulus dari berbagai ujian Allah, termasuk ketika diperintahkan untuk mengorbankan anaknya nabi Ismail.
QS. A] An'aam : 79
"Sesungguhnya aku hadapkan diriku kepada Tuban, Sang Pencipta Langit dan Bumi selurus lurusnya, dan aku bukan termasuk orang orang yang mempersekutukanNva
4. Pada akhimya, dengan kualitas keagamaan yang demikian itu Ibrahim menjadi nabi kesayangan Allah seperti disebut dalam QS. An Nisaa' : 125.
“Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang-orang yang menyerahkan dirinya kepada Allah, dan dia selalu berbuat kebaikan, serta mengikuti agama Ibrabim yang lurus. Dan Allah menjadikan Ibrabim sebagai kesayangannya.
0 comments:
Post a Comment