Pemahaman berikutnya untuk menguak misteri Jiwa dan Ruh adalah berkaitan dengan Akal dan Kesadaran. Keberadaan Jiwa terkait sangat erat dengan akal. Dan kemudian juga terkait erat dengan kesadaran seseorang.
Hal itu bisa kita amati langsung dari sekitar kita. Orang yang Jiwanya terganggu, pasti juga mengalami gangguan pada akal dan kesadarannya, dalam berbagai skalanya. Bergantung pada jenis gangguan Jiwanya.
Ada yang ringan, sehingga gangguan pada akal dan kesadarannya ringan. Namun ada juga gangguan Jiwa yang berat, sehingga gangguan akal dan kesadarannya juga berat.
Orang yang stress dalam skala ringan, misalnya, pasti akan mengalami gangguan fungsi akal sehatnya, meskipun juga ringan. Biasanya, mereka uring-uringan, emosi gampang naik, sampai berkurangnya kepekaan terhadap lingkungan sekitarnya.
Dalam skala yang lebih berat depresi kehilangan akal sehat itu bisa semakin memburuk. Orang tersebut bisa semakin sulit untuk diajak berpikir. Bahkan ada yang demikian cuek terhadap lingkungannya. Menyendiri. Ngomel-ngomel tak karuan jluntrungannya. Yang kemudian menjurus pada ‘hilang’ kesadaran, meskipun dia terjaga. Kontrol dirinya bisa tidak bekerja dengan baik lagi.
Barangkali, sebagian sifat-sifat kemanusiaanya juga mulai menurun. Misalnya, hilang rasa malunya, tidak memiliki rasa takut, menjadi sadistis, dan lain sebagainya. Pada prinsipnya, gangguan Jiwa menyebabkan berkurangnya akal sehat dan kesadaran kemanusiaannya. Bahkan, sampai hilang sama sekali.
Namun dia tetap 'hidup' dan 'terjaga' ' Di sini kita melihat betapa ada dua 'fungsi kehidupan' dalam diri manusia yang bisa bekerja secara terpisah. Jiwanya mengalami masalah, tapi Ruhnya tetap 'bekerja' untuk menjaga fungsi-fungsi dasar kehidupan yang melekat pada badannya.
Hal itu bisa kita amati langsung dari sekitar kita. Orang yang Jiwanya terganggu, pasti juga mengalami gangguan pada akal dan kesadarannya, dalam berbagai skalanya. Bergantung pada jenis gangguan Jiwanya.
Ada yang ringan, sehingga gangguan pada akal dan kesadarannya ringan. Namun ada juga gangguan Jiwa yang berat, sehingga gangguan akal dan kesadarannya juga berat.
Orang yang stress dalam skala ringan, misalnya, pasti akan mengalami gangguan fungsi akal sehatnya, meskipun juga ringan. Biasanya, mereka uring-uringan, emosi gampang naik, sampai berkurangnya kepekaan terhadap lingkungan sekitarnya.
Dalam skala yang lebih berat depresi kehilangan akal sehat itu bisa semakin memburuk. Orang tersebut bisa semakin sulit untuk diajak berpikir. Bahkan ada yang demikian cuek terhadap lingkungannya. Menyendiri. Ngomel-ngomel tak karuan jluntrungannya. Yang kemudian menjurus pada ‘hilang’ kesadaran, meskipun dia terjaga. Kontrol dirinya bisa tidak bekerja dengan baik lagi.
Barangkali, sebagian sifat-sifat kemanusiaanya juga mulai menurun. Misalnya, hilang rasa malunya, tidak memiliki rasa takut, menjadi sadistis, dan lain sebagainya. Pada prinsipnya, gangguan Jiwa menyebabkan berkurangnya akal sehat dan kesadaran kemanusiaannya. Bahkan, sampai hilang sama sekali.
Namun dia tetap 'hidup' dan 'terjaga' ' Di sini kita melihat betapa ada dua 'fungsi kehidupan' dalam diri manusia yang bisa bekerja secara terpisah. Jiwanya mengalami masalah, tapi Ruhnya tetap 'bekerja' untuk menjaga fungsi-fungsi dasar kehidupan yang melekat pada badannya.
0 comments:
Post a Comment