Rahasia terbesar dalam kehidupan manusia adalah: asal muasal munculnya kehidupan! Ribuan tahun sepanjang peradaban manusia itu sendiri pertanyaan ini terus mengalir. Dan sepanjang sejarah itu pula, jawabannya juga terus menggantung.
Setiap zaman dan setiap generasi memuncul kan tokoh dan pendapat tentang misteri munculnya kehidupan itu. Namun jawabannya tidak pernah memuaskan. Munculnya kehidupan tetap menjadi tanda tanya besar yang mengundang setiap kita untuk datang 'menghampirinya' sekaligus selalu berusaha mencari jawabnya.
Agaknya, jawaban terhadap pertanyaan seputar sumber kehidupan itu tidak akan pernah memuaskan, ketika kita tidak mencari informasi dari sumber yang sebenarnya. Sebab manusia adalah sekadar 'pelaku' dalam drama kehidupan itu. Maka sudah sewajarnya ia tidak pernah tahu dari mana datangnya kehidupan yang ia miliki.
Informasi tentang sumber kehidupan, agaknya, hanya bisa kita dapatkan dari sang Pembuat Kehidupan itu sendiri, yaitu Allah, Sang Maha Pencipta. Maka, dalam diskusi ini kita akan berusaha melakukan beberapa rekonstruksi dengan mengambil informasi yang berasal dari FirmanNya di dalam Al-Qur’an al Karim, dan kemudian kita bahas dengan melibatkan ilmu pengetahuan yang berkembang di abad-abad mutakhir.
Selain 'sumber kehidupan' yang menjadi misteri dalam kehidupan kita adalah 'Kehidupan' itu sendiri. Kenapa dan bagaimana sesosok makhluk yang tadinya mati bisa mendapatkan kehidupannya. Tiba-tiba bisa bergerak dan berkembang biak.
Kita memahaminya, bahwa makhluk itu telah memperoleh Ruh kehidupannya. Sehingga dia menjadi hidup. Maka muncullah berbagai pertanyaan tentang Ruh sebagai tenaga kehidupan itu. 'Dari mana, 'Apa' dan 'bagaimanakah' Ruh itu, sehingga bisa memberikan energi kehidupan kepada sesuatu yang tadinya mati.
Ya, Ruh telah menebarkan misteri yang tiada habisnya bagi si makhluk hidup itu sendiri. Manusia bisa merasakan hadirnya energi kehidupan di dalam dirinya, tapi tidak pernah bisa memahami tentang hakikat “Energi Kehidupan” itu.
Rahasia Ruh sebagai energi kehidupan tetap tersimpan rapi sepanjang perkembangan peradaban manusia. Kita lantas juga bertanya, benarkah rahasia ini akan tetap tersimpan sampai akhir zaman?
Dan misteri yang ketiga selain asal muasal kehidupan & Ruh adalah tentang Jiwa. Seringkali kita menyebut Jiwa sebagai Salah satu komponen penyusun makhluk hidup, termasuk manusia. Namun, tidak sedikit di antara kita yang tidak memahami : apakah sebenarnya Jiwa? Apa bedanya dengan Ruh?
Begitu banyak diskusi beredar, yang mencoba membahas tentang Ruh dan Jiwa. Bukan hanya dewasa ini, tapi sudah berumur ratusan atau ribuan tahun yang lalu. Namun demikian, saya melihat, kita perlu melakukan pemahaman ulang serta rekonstruksi sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang mutakhir.
Sebab saya merasa, bahwa pembahasan-pembahasan yang dilakukan oleh para pendahulu kita mengalami beberapa kendala dalam mempersepsi persoalan tersebut dikarenakan belum berkembangnya ilmu pengetahuan empirik seperti dewasa ini.
Pemahaman yang baik tentang rahasia kehidupan itu, bakal membawa kita kepada rahasia yang 'Paling Besar' dalam drama kemanusiaan ini, yaitu: Eksistensi Sang Pencipta Kehidupan.
Maka, dalam diskusi ini saya ingin mengajak pembaca untuk menyelami Salah satu dari rahasia tersebut, yang berkaitan dengan : Jiwa dan Ruh.
Hampir setiap kita menyepakati bahwa diri makhluk hidup terdiri dari badan, Jiwa dan Ruh. Tapi, tidak sedikit pula yang berpendapat bahwa diri makhluk hidup hakikatnya hanya terdiri dari Jiwa dan raga saja. Atau dengan kalimat yang lain, ada yang menyebutnya sebagai terdiri dari badan dan nyawa. Fisik dan psikis. Lahir dan batin. Begitulah seterusnya, kebanyakan kita mempersepsi diri makhluk hidup hanya ke dalam dua bagian saja, sebagaimana di atas.
Tapi, saya 'merasakan' ada sesuatu yang lain, ketika mencoba melakukan eksplorasi informasi terhadap diri makhluk hidup itu. Khususnya manusia.
Saya memperoleh gambaran, agaknya bukan cuma 2 ‘unsur’ yang menyusun sosok makhluk hidup, melainkan 3 unsur. Ketiga unsur itu adalah : Badan, Jiwa dan Ruh.
Dalam berbagai pembahasan selama ini, kebanyakan kita tidak membedakan antara Jiwa dan Ruh. Atau, kalaupun merasakan perbedaan, kita tidak begitu 'melihat' perbedaan yang signifikan atau mencolok. Karena itu, kita lantas cukup memandangnya sebagai 2 bagian saja.
Yang satu, kelihatan sebagai badan berotot, berdaging, berdarah, bertulang, punya susunan saraf, dan lain sebagainya, dalam bentuk susunan struktur biologis. Sedangkan satunya lagi adalah sesuatu yang abstrak, tidak kelihatan, tidak bisa didengar, tidak dapat diraba, dan bahkan tidak bisa digambarkan. Tapi jelas ada, dan bisa dirasakan.
Pendapat tentang persamaan Jiwa dan Ruh, juga dikemukakan oleh Ibnu Qayyim al Jauziyah, seorang tokoh pemikir Islam murid pemikir terkenal Ibnu Taimiyah. Dalam diskusinya yang berjudul Ar Ruh li Ibnil Qayyim diterjemahkan dalam judul ROH ia menegaskan hal itu. Bahwa, Ruh tak lain adalah bentuk lain dari Jiwa, atau sebaliknya.
Dalam skala yang lebih umum, seringkali kita juga mendengar pendapat bahwa jiwa dan raga pada makhluk hidup bagaikan sebuah mobil dengan pengendaranya. Raga adalah mobil, sedangkan Jiwa adalah pengendara alias driver.
Maka, Jiwa dan raga atau 'pengendara dan mobil' adalah suatu kesatuan sistem yang melaju ‘dijalan raya kehidupan’ untuk menuju satu tujuan yang sama. Aktor utamanya, adalah pengendara, sedangkan mobil hanya sekadar sarana belaka.
Mobil adalah benda mati, sedangkan pengendara adalah makhluk hidup yang punya kehendak. Demikianlah kita membuat perumpamaan antara Jiwa dan raga. Kita menganggap badan adalah benda mati, sedangkan Jiwa kitalah yang makhluk hidup.
Sampai disini, saya kira kita mulai merasakan 'keanehan' perumpamaan itu. Sebab yang namanya makhluk hidup itu memang bukan hanya Jiwa, melainkan keseluruhan sistem antara Jiwa dan raga. Dan justru, ketika keduanya 'terpisah'. manusia itu disebut sebagai mengalami kematian.
Kita lantas mulai bertanya-tanya, sebenarnya kehidupan itu muncul dari mana? Apakah susunan badan itu yang menyebabkan munculnya kehidupan dengan sendirinya? Ataukah karena badan kita dimasuki oleh Jiwa? Dengan kata lain, berarti Jiwa adalah sosok mandiri yang menjadi sumber kehidupan Itu?
Lantas apakah Jiwa bisa berdiri sendiri tanpa badan? Apakah Jiwa diciptakan lebih dulu dari badan ataukah diciptakan seiring dengan penciptaan badan? Kalau Jiwa diciptakan lebih dahulu, lantas apakah ada kehidupan Jiwa sebelum kehidupan manusia ini?
Dan setelah kehidupan manusia di muka bumi ini, kemanakah perginya Jiwa? Apakah akan kembali lagi ke badan kita? Kemudian, apakah Jiwa itu memiliki kualitas yang sama antara semua makhluk hidup, ataukah bertingkat-tingkat? Dan segudang lagi pertanyaan yang mengusik pikiran kita, serta membutuhkan jawaban yang lebih gamblang. Untuk itu, pada diskusi ini kita akan mencoba membahas rahasia kehidupan yang telah menjadi misteri sepanjang zaman...
Setiap zaman dan setiap generasi memuncul kan tokoh dan pendapat tentang misteri munculnya kehidupan itu. Namun jawabannya tidak pernah memuaskan. Munculnya kehidupan tetap menjadi tanda tanya besar yang mengundang setiap kita untuk datang 'menghampirinya' sekaligus selalu berusaha mencari jawabnya.
Agaknya, jawaban terhadap pertanyaan seputar sumber kehidupan itu tidak akan pernah memuaskan, ketika kita tidak mencari informasi dari sumber yang sebenarnya. Sebab manusia adalah sekadar 'pelaku' dalam drama kehidupan itu. Maka sudah sewajarnya ia tidak pernah tahu dari mana datangnya kehidupan yang ia miliki.
Informasi tentang sumber kehidupan, agaknya, hanya bisa kita dapatkan dari sang Pembuat Kehidupan itu sendiri, yaitu Allah, Sang Maha Pencipta. Maka, dalam diskusi ini kita akan berusaha melakukan beberapa rekonstruksi dengan mengambil informasi yang berasal dari FirmanNya di dalam Al-Qur’an al Karim, dan kemudian kita bahas dengan melibatkan ilmu pengetahuan yang berkembang di abad-abad mutakhir.
Selain 'sumber kehidupan' yang menjadi misteri dalam kehidupan kita adalah 'Kehidupan' itu sendiri. Kenapa dan bagaimana sesosok makhluk yang tadinya mati bisa mendapatkan kehidupannya. Tiba-tiba bisa bergerak dan berkembang biak.
Kita memahaminya, bahwa makhluk itu telah memperoleh Ruh kehidupannya. Sehingga dia menjadi hidup. Maka muncullah berbagai pertanyaan tentang Ruh sebagai tenaga kehidupan itu. 'Dari mana, 'Apa' dan 'bagaimanakah' Ruh itu, sehingga bisa memberikan energi kehidupan kepada sesuatu yang tadinya mati.
Ya, Ruh telah menebarkan misteri yang tiada habisnya bagi si makhluk hidup itu sendiri. Manusia bisa merasakan hadirnya energi kehidupan di dalam dirinya, tapi tidak pernah bisa memahami tentang hakikat “Energi Kehidupan” itu.
Rahasia Ruh sebagai energi kehidupan tetap tersimpan rapi sepanjang perkembangan peradaban manusia. Kita lantas juga bertanya, benarkah rahasia ini akan tetap tersimpan sampai akhir zaman?
Dan misteri yang ketiga selain asal muasal kehidupan & Ruh adalah tentang Jiwa. Seringkali kita menyebut Jiwa sebagai Salah satu komponen penyusun makhluk hidup, termasuk manusia. Namun, tidak sedikit di antara kita yang tidak memahami : apakah sebenarnya Jiwa? Apa bedanya dengan Ruh?
Begitu banyak diskusi beredar, yang mencoba membahas tentang Ruh dan Jiwa. Bukan hanya dewasa ini, tapi sudah berumur ratusan atau ribuan tahun yang lalu. Namun demikian, saya melihat, kita perlu melakukan pemahaman ulang serta rekonstruksi sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang mutakhir.
Sebab saya merasa, bahwa pembahasan-pembahasan yang dilakukan oleh para pendahulu kita mengalami beberapa kendala dalam mempersepsi persoalan tersebut dikarenakan belum berkembangnya ilmu pengetahuan empirik seperti dewasa ini.
Pemahaman yang baik tentang rahasia kehidupan itu, bakal membawa kita kepada rahasia yang 'Paling Besar' dalam drama kemanusiaan ini, yaitu: Eksistensi Sang Pencipta Kehidupan.
Maka, dalam diskusi ini saya ingin mengajak pembaca untuk menyelami Salah satu dari rahasia tersebut, yang berkaitan dengan : Jiwa dan Ruh.
Hampir setiap kita menyepakati bahwa diri makhluk hidup terdiri dari badan, Jiwa dan Ruh. Tapi, tidak sedikit pula yang berpendapat bahwa diri makhluk hidup hakikatnya hanya terdiri dari Jiwa dan raga saja. Atau dengan kalimat yang lain, ada yang menyebutnya sebagai terdiri dari badan dan nyawa. Fisik dan psikis. Lahir dan batin. Begitulah seterusnya, kebanyakan kita mempersepsi diri makhluk hidup hanya ke dalam dua bagian saja, sebagaimana di atas.
Tapi, saya 'merasakan' ada sesuatu yang lain, ketika mencoba melakukan eksplorasi informasi terhadap diri makhluk hidup itu. Khususnya manusia.
Saya memperoleh gambaran, agaknya bukan cuma 2 ‘unsur’ yang menyusun sosok makhluk hidup, melainkan 3 unsur. Ketiga unsur itu adalah : Badan, Jiwa dan Ruh.
Dalam berbagai pembahasan selama ini, kebanyakan kita tidak membedakan antara Jiwa dan Ruh. Atau, kalaupun merasakan perbedaan, kita tidak begitu 'melihat' perbedaan yang signifikan atau mencolok. Karena itu, kita lantas cukup memandangnya sebagai 2 bagian saja.
Yang satu, kelihatan sebagai badan berotot, berdaging, berdarah, bertulang, punya susunan saraf, dan lain sebagainya, dalam bentuk susunan struktur biologis. Sedangkan satunya lagi adalah sesuatu yang abstrak, tidak kelihatan, tidak bisa didengar, tidak dapat diraba, dan bahkan tidak bisa digambarkan. Tapi jelas ada, dan bisa dirasakan.
Pendapat tentang persamaan Jiwa dan Ruh, juga dikemukakan oleh Ibnu Qayyim al Jauziyah, seorang tokoh pemikir Islam murid pemikir terkenal Ibnu Taimiyah. Dalam diskusinya yang berjudul Ar Ruh li Ibnil Qayyim diterjemahkan dalam judul ROH ia menegaskan hal itu. Bahwa, Ruh tak lain adalah bentuk lain dari Jiwa, atau sebaliknya.
Dalam skala yang lebih umum, seringkali kita juga mendengar pendapat bahwa jiwa dan raga pada makhluk hidup bagaikan sebuah mobil dengan pengendaranya. Raga adalah mobil, sedangkan Jiwa adalah pengendara alias driver.
Maka, Jiwa dan raga atau 'pengendara dan mobil' adalah suatu kesatuan sistem yang melaju ‘dijalan raya kehidupan’ untuk menuju satu tujuan yang sama. Aktor utamanya, adalah pengendara, sedangkan mobil hanya sekadar sarana belaka.
Mobil adalah benda mati, sedangkan pengendara adalah makhluk hidup yang punya kehendak. Demikianlah kita membuat perumpamaan antara Jiwa dan raga. Kita menganggap badan adalah benda mati, sedangkan Jiwa kitalah yang makhluk hidup.
Sampai disini, saya kira kita mulai merasakan 'keanehan' perumpamaan itu. Sebab yang namanya makhluk hidup itu memang bukan hanya Jiwa, melainkan keseluruhan sistem antara Jiwa dan raga. Dan justru, ketika keduanya 'terpisah'. manusia itu disebut sebagai mengalami kematian.
Kita lantas mulai bertanya-tanya, sebenarnya kehidupan itu muncul dari mana? Apakah susunan badan itu yang menyebabkan munculnya kehidupan dengan sendirinya? Ataukah karena badan kita dimasuki oleh Jiwa? Dengan kata lain, berarti Jiwa adalah sosok mandiri yang menjadi sumber kehidupan Itu?
Lantas apakah Jiwa bisa berdiri sendiri tanpa badan? Apakah Jiwa diciptakan lebih dulu dari badan ataukah diciptakan seiring dengan penciptaan badan? Kalau Jiwa diciptakan lebih dahulu, lantas apakah ada kehidupan Jiwa sebelum kehidupan manusia ini?
Dan setelah kehidupan manusia di muka bumi ini, kemanakah perginya Jiwa? Apakah akan kembali lagi ke badan kita? Kemudian, apakah Jiwa itu memiliki kualitas yang sama antara semua makhluk hidup, ataukah bertingkat-tingkat? Dan segudang lagi pertanyaan yang mengusik pikiran kita, serta membutuhkan jawaban yang lebih gamblang. Untuk itu, pada diskusi ini kita akan mencoba membahas rahasia kehidupan yang telah menjadi misteri sepanjang zaman...
0 comments:
Post a Comment