Monday, March 5, 2007

Bertafakur di Depan Anak Kembar

Wah, sungguh seperti pinang dibelah dua Begitu celetuk teman saya, ketika kami menjenguk istri teman yang barusan melahirkan anak kembarnya.

Ketika kedua baby itu digendong keluar oleh ibunya untuk menemui kami. Saya melihat betul-betul sama 'persis' kedua anak itu. Seolah-olah bagaikan pinang dibelah dua. Tak ada bedanya!

Ketika itu umur kedua bayi mungil tersebut masih berapa hari saja. Matanya, hidungnya, dahinya, pipinya, telinganya, bahkan rambutnyapun nampak sama. Persis sekali. Maka muncullah sebutan 'kembar tersebut.

Tetapi setelah sekarang keduanya besar, saya melihat ada suatu perubahan pada keduanya. Yaitu bahwa wajahnya sekarang sudah bisa dibedakan. Tidak seperti waktu berusia beberapa hari, yang wajah keduanya begitu persisnya.

Demikian juga dengan saudara saya, ia punya anak kembar dua. Yang diberi nama nina dan nani. Bertambah besar, kedua orang tuanya semakin bisa membedakan keduanya. Sehingga dengan sangat mudahnya kedua orang tuanya bisa mengenali mereka. Siapa yang namanya nina, dan siapakah yang namanya nani. !

Saya bertambah ta'jub dengan kebesaran Allah Swt dalam mencipta dan ‘memproses’ bentuk tubuh para makhlukNya. Bertambah lama kita memperhatikan dan melihat anak kembar dengan lebih teliti, maka kita akan bertambah mengenalinya.

Sehingga kita bisa menyimpulkan, bahwa ternyata Allah Swt dalam mencipta bentuk maupun rupa makhluk ciptaanNYa, semua berbeda. Tak ada yang sama persis. Hanya kita saja yang menganggap keduanya kembar. Padahal tidaklah sama.

Demikian juga dengan makhluk ciptaanNya yang lain, yang sangat luar biasa banyaknya, ternyata semuanya memiliki wajah yang berbeda.
"...inni wajjahtu wajhiya lilladzii fatharassamawaati wal ardha hanifan musliman wamaa anaa minal musyrikiin." Kuhadapkan wajah (dan hatiku) kepada Dzat yang menciptakan langit dan bumi dengan keadaan lurus dan berserah diri, dan aku bukanlah dari golongan kaum musryikin.

Inilah sebuah ikrar yang tulus dari seorang hamba yang sedang melakukan pengabdiannya kepada Tuhan Sang Maha Pencipta. Raja di hari ini dan juga Raja di hari kemudian. Penguasa di dunia ini dan juga Penguasa di hari akhir nanti.

Wajah sebagai saksi yang dihadapkan ke hadirat Tuhan dari seorang hamba adalah wajah fisiknya dan juga wajah hatinya. Ketika seorang hamba sedang shalat maka wajahnya tertunduk patuh dan taat terhadap apa yang diucapkannya dalam do'a shalatnya.

Dengan memperhatikan wajah, maka seseorang akan mengetahui bahwa Allah benar-benar Maha Pencipta. Tidak usahlah 'wajah hati' yang begitu misteri. Dari‘wajah fisik' saja, jika diperhatikan dengan seksama, kita akan menjadi orang yang benar-benar tunduk akan kebesaran Allah Swt.

Mari kita memperhatikan wajah kita! Katakanlah penduduk bumi saat ini berjumlah lima milyar orang yang terdiri dari berbagai macam bangsa dan suku bangsa. Perhatikan, untuk bangsa Indonesia saja, dan misalnya untuk suku jawa saja. Betapa wajah setiap orang tidak ada yang sama meskipun umurnya sama.

Meskipun warna kulitnya sama, tetapi ada "sesuatu" yang membuat orang tersebut tidak sama, meskipun dikatakan orang sebagai dua saudara kembar "bagaikan pinang dibelah dua". Tetap saja ada sesuatu yang membuat orang tuanya mengenali bahwa keduanya tidak sama.

Itulah Kebesaran dan ketelitian Allah Swt dalam mencipta makhlukNya sangat luar biasa indahnya, dan sangat hebat fungsi dan kegunaannya. Pada suku bangsa yang sama saja, tidak ada wajah yang sama, apa lagi pada penduduk dunia yang berbeda bangsa dan warna kulitnya.

Seperti halnya wajah manusia yang tak pernah sama, sekarang marilah kita bayangkan bagaimana wajah makhluk l ciptaan Allah lainnya. Berapa milyar jumlah burung yang ada di Indonesia?

Insya Allah wajahnya juga tak ada yang sama, sehingga setiap induk burung akan mengenali wajah para anaknya yang sedang menunggunya untuk mendapatkan makan darinya.

Lalu, ada berapa ratus juta jumlah wajah burung yang berbeda di bumi Indonesia `saja' ? Bagaimana dengan ular, bagaimana dengan semut, bagaimana dengan binatang melata lainnya? Bagaimana dengan kehidupan tumbuhan, misalnya saja bunga mawar dimana setiap lekuk, warna dan indahnya setiap bunga juga tidak sama? Bagaimana dengan kehidupan laut yang luasnya lebih besar dibanding daratan? wajah ikan yang tak sama, batu karang yang tak sama, mutiara yang tak sama, dan tumbuhan laut lainnya yang juga tak terhitung jumlahnya itu?

Itupun masih benda-benda di Bumi kita, yang besarnya bumi hanya sebesar debu yang melayang di jagad raya yang sangat luar biasa besarnya ini. Masya Allah, semua dicipta dengan tingkat variasi yang sangat luar biasa...

Dan yang lebih mencengangkan hati, adalah bahwa di setiap ciptaanNya, tidak ada satu bendapun yang tidak berguna bagi lainnya. Semua tak ada yang sia-sia. "...rabbana maa khalaqta hadza bathilan..."
Itulah ayat-ayat Allah yang tak terhitung jumlahnya yang beserakan di bumi dan dilangit dengan tingkat variasi yang luar bisa, yang manusia tak akan sanggup menghitungnya.

QS. Al- Kahfi 18 : 109
Katakanlah: "Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula).

Sampai disini mungkin kita berhenti sejenak. Dan kita sebagai manusia hanya bisa berucap sambil mata berkaca-kaca, subhanallah...subhanallah...

Dari menyaksikan peristiwa anak kembar saja, kita telah bertemu dengan kedahsyatan ciptaan Allah. Itupun baru ciptaanNya! Yang ada di bumi saja! Belum di planet yang lain. Belum di matahari, di bintang yang lain, galaxy, di ruang kosong antar galaxy. Lalu di langit kedua, ke tiga, sampai langit ke tujuh....

Pernahkah ketika shalat, kita menitikkan air mata karena kita sering merasa paling pandai, paling kaya, paling berjasa, paling berkuasa, sehingga dengan tiada terasa kita telah menyombongkan diri kita?

Mari kita pandang sekali lagi ciptaan Allah yang bertebaran di sekeliling kita, dan kitapun akan menemukan eksistensi Allah di setiap sudut ciptaanNya.

QS. Al Baqarah : 115
Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui.

Artikel Bersangkutan

0 comments:

 
Indonesia dulu dikenal sebagai bangsa yang toleran dan penuh sikap tenggang rasa. Namun, kini penilaian tersebut tidak dapat diamini begitu saja, karena semakin besarnya keragu-raguan dalam hal ini. Kenyataan yang ada menunjukkan, hak-hak kaum minoritas tidak dipertahankan pemerintah, bahkan hingga terjadi proses salah paham yang sangat jauh.
free counters

Blog Archive

Seseorang yang mandiri adalah seseorang yang berhasil membangun nilai dirinya sedemikian sehingga mampu menempatkan perannya dalam alam kehidupan kemanusiaannya dengan penuh manfaat. Kemandirian seseorang dapat terukur misalnya dengan sejauh mana kehadiran dirinya memberikan manfaat kearah kesempurnaan dalam sistemnya yang lebih luas. Salam Kenal Dari Miztalie Buat Shobat Semua.
The Republic of Indonesian Blogger | Garuda di DadakuTopOfBlogs Internet Users Handbook, 2012, 2nd Ed. Avoid the scams while doing business online

Kolom blog tutorial Back Link PickMe Back Link review http://miztalie-poke.blogspot.com on alexa.comblog-indonesia.com

You need install flash player to listen us, click here to download
My Popularity (by popuri.us)

friends

Meta Tag Vs miztalie Poke | Template Ireng Manis © 2010 Free Template Ajah. Distribution by Automotive Cars. Supported by google and Mozila