Apakah tujuan terakhir dari perjalanan keagamaan kita? Barangkali kita sudah memperoleh kesimpulannya, yaitu: bersatu dengan Allah. Akan tetapi bagaimanakah prakteknya dalam kehidupan kita sehari-hari? Jangan sampai kita salah dalam merealisasikan dalam hidup ini, sehingga terjadilah seperti yang terjadi pada murid-murid Syekh Siti Jenar, yaitu : mereka berbuat apa saja dengan mengatas namakan Allah. Kata mereka : apa saja yang saya perbuat ini adalah perbuatan Allah juga, sebab Allah sudah bersatu dengan saya. Tentu runyam, kalau pemahamannya seperti itu!
Kita harus proporsional dalam mengimplementasikan ke bersatuan kita dengan Allah. Memang kita bersatu dengan Allah, tetapi kita bukanlah Allah. Dan Allah bukanlah kita. Yang dimaksudkan bersatu dalam hal ini : kita telah menjadi 'bagian' dari Allah. Baik dalam berpikir, dalam bersikap, dalam bertutur kata, dalam berbuat, dan dalam seluruh aktivitas kehidupan kita. Kita telah melebur dengan segala sunatullah, yang terhampar di alam semesta ini.
Lantas bagaimana caranya agar kita bisa melebur dalam DiriNya? Tentu harus berguru kepadaNya dan terus melakukan interaksi denganNya. Bahkan selalu bertanya kepada Allah, setiap saat : "ya Allab bagaimana caranya agar aku bisa melebur ke dalam DiriMu ?"
Salah satu cara agar kita bisa melebur ke dalam DiriNya adalah dengan menghambakan diri kita dan mencontoh atau meniru seluruh Sifat serta PerbuatanNya. Ini adalah langkah awal yang mesti kita lakukan. Dengan menghambakan diri kepada Allah, maka berarti kita sudah menghilangkan ego kita yang ada hanyalah Ego Allah. Artinya, kita bersepakat memasrahkan hidup dan kehidupan kita kepadaNya saja. Kita taat sepenuh penuhnya untuk mengikuti segala kemauanNya.
Langkah berikutnya, marilah kita tiru sifat-sifat Allah. Kita jalankan dalam kehidupan sehari-hari. Ambillah sifat Rahman dan Rahim Allah. Bagaimana Dia memperlakukan makhlukNya dengan segala Kasih Sayang dan Sangat Pemurah. Dia tidak pernah membedakan siapa pun dalam memberikan rezeki dan karunia. yang Ia lihat adalah usaha yang mereka lakukan. Siapa saja yang berusaha, maka akan mendapatkannya. Bahkan ada begitu banyak, yang Ia berikan secara Cuma-cuma. Mulai dari fasilitas hidup di muka bumi, sampai kepada berbagai perlindungan atas berbagai musibah yang kita tidak mampu menolaknya.
Namun demikian, marilah kita contoh juga sifat Rabb Nya. Segala Kasih Sayang dan KepemurahanNya itu bertujuan untuk mendidik dan memelihara alam semesta, agar bergerak dalam keseimbangan. Sesuatu yang berlebihan dia kembalikan menuju kondisi seimbang, lewat sunatullah. Semua itu, agar alam semesta ini terjaga sampai waktu yang ditentukan.
Demikian seterusnya, mari kita coba aplikasikan Sifat-sifat Allah dalam Asmaul Husna itu dalam kehidupan kita. Apa dampaknya bagi kita? Insya Allah, eksistensi kita akan lenyap secara perlahan lahan. Dan, yang muncul serta bersinar adalah eksistensi Allah. Nah, pada saat itulah, kita telah melebur ke dalam Diri Nya. Kita bersatu dengan Allah, sang Maha Agung dan Maha Terpuji...
Wahai jiwa yang penuh kedamaian kembalilah kepada Tuhanmu dengan penuh kepuasan dalam ridboNya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hambaKu dan masuklah ke dalam surgaKu.
(QS. Al Fair: 27 30)
Dan Allah sangat penyayang kepada hamba- hambaNya
(QS. Ali Imraan: 30)
Tidakkah mereka mengetahui bahwasannya Allah menerima taubat dari hamba-hambaNya.
(QS. At Taubah : 104)
Surga Adn yang di janjikan oleh Tuhan yang Maha Pemurah kepada hamba-hambaNya.
QS Maryam: 61)
Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hambaNya yang dikehendakiNya
QS A] Ankabuut : 62)
Allah Maha Lembut kepada hamba-bambaNya Dia memberikan rezeki kepada siapa yang dikebendakiNya Dan Dialah yang Maha Kuat lagi Maha Perkasa
(QS Asy Syuraa : 19)
Sesungguhnya tidak ada seorangpun di langit dan di bumi kecuali akan datang kepada Tuhan yang Maha Pemurah selaku seorang bamba
(QS. Maryam: 93)
0 comments:
Post a Comment