Dua hari lalu aku sempat membaca sebuah artikel di surat kabar tentang transplantasi DNA demi mendapatkan keturunan yang sehat. Jadi misal ada ibu A yang memiliki penyakit turunan, katakanlah diabetes. Ibu A dan Bapak B (yang sehat) ingin memiliki anak, tapi takut si anak akan menderita diabetes juga. Maka, mereka mencari donor, katakanlah ibu C yang sehat walafiat. Nantinya, DNA yang sehat (hanya diambil yang sehat) dari ibu A ditransplantasikan ke sel telur induk ibu C, yang lalu dibuahi dengan sperma dari bapak B. Ruwet ya?
Bukan teknologi yang masih diujicobakan pada monyet itu yang ingin aku bahas, namun dari segi moralnya. Memang alasan riset tersebut adalah untuk memperbaiki hidup manusia. Bayangkan, kalau riset itu berhasil, berapa bayi yang akan lahir dengan sehat? Tentu itu terobosan baru di bidang kesehatan, dan mungkin menurunkan angka kematian. Tapi bagaimana dengan tanggung jawab moral manusia kepada Tuhan?
Tuhan adalah Sang Pemilik dan Pencipta kehidupan. Kita manusia adalah ciptaanNya. Sebagai orang tua, kita tak bisa me-request kepada Tuhan, kita mau dapet anak yang ganteng, kulitnya putih, sehat, dsb. Sebagai manusia kita cuma bisa berpasrah padaNya. Ia akan memberikan anak bagi si orang tua, dan orang tua harus dapat menerima, mencintai dan membesarkannya, apapun keadaannya. Di sini tampak jelas ke-Maha Kuasaan Tuhan sebagai Sang Pencipta, dan peran kita sebagai manusia, ciptaanNya.
Nah, kalau tiba-tiba saja manusia bisa menciptakan manusia lain dengan kloning, atau mengatur supaya si jabang bayi lahirnya begini-begitu, bukankah berarti kita sebagai manusia sudah melangkahi Tuhan? Merasa lebih pintar dari Tuhan? Lama-lama, mungkin manusia akan berpikir, ahh..buat apa menyembah Tuhan? Untuk membikin anak aja saya sudah lebih pintar dari Tuhan. ‘Hasil’nya lebih sempurna dari bikinan Tuhan!....
Oo...alangkah mengerikannya apabila saat itu tiba! Makanya, aku sama sekali tidak setuju apalagi kagum pada teknologi kloning atau transplantasi DNA ini. Manusia boleh-boleh saja bermimpi, lalu berjuang menggapai impian yang lebih tinggi. Tapi, jangan sampai kebablasan. Kita harusnya tetap ingat bahwa Tuhanlah yang empunya kita. Kita ini cuma segelintir kecil makhluk ciptaanNya. Kita tak bisa apa-apa tanpaNya.
Teknologi memang berarti kemajuan, namun teknologi yang mau melampaui Tuhan, itu adalah kemunduran!
Itu pendapatku, bagaimana menurut teman-teman?
Ditulis oleh: Fanda
Bukan teknologi yang masih diujicobakan pada monyet itu yang ingin aku bahas, namun dari segi moralnya. Memang alasan riset tersebut adalah untuk memperbaiki hidup manusia. Bayangkan, kalau riset itu berhasil, berapa bayi yang akan lahir dengan sehat? Tentu itu terobosan baru di bidang kesehatan, dan mungkin menurunkan angka kematian. Tapi bagaimana dengan tanggung jawab moral manusia kepada Tuhan?
Tuhan adalah Sang Pemilik dan Pencipta kehidupan. Kita manusia adalah ciptaanNya. Sebagai orang tua, kita tak bisa me-request kepada Tuhan, kita mau dapet anak yang ganteng, kulitnya putih, sehat, dsb. Sebagai manusia kita cuma bisa berpasrah padaNya. Ia akan memberikan anak bagi si orang tua, dan orang tua harus dapat menerima, mencintai dan membesarkannya, apapun keadaannya. Di sini tampak jelas ke-Maha Kuasaan Tuhan sebagai Sang Pencipta, dan peran kita sebagai manusia, ciptaanNya.
Nah, kalau tiba-tiba saja manusia bisa menciptakan manusia lain dengan kloning, atau mengatur supaya si jabang bayi lahirnya begini-begitu, bukankah berarti kita sebagai manusia sudah melangkahi Tuhan? Merasa lebih pintar dari Tuhan? Lama-lama, mungkin manusia akan berpikir, ahh..buat apa menyembah Tuhan? Untuk membikin anak aja saya sudah lebih pintar dari Tuhan. ‘Hasil’nya lebih sempurna dari bikinan Tuhan!....
Oo...alangkah mengerikannya apabila saat itu tiba! Makanya, aku sama sekali tidak setuju apalagi kagum pada teknologi kloning atau transplantasi DNA ini. Manusia boleh-boleh saja bermimpi, lalu berjuang menggapai impian yang lebih tinggi. Tapi, jangan sampai kebablasan. Kita harusnya tetap ingat bahwa Tuhanlah yang empunya kita. Kita ini cuma segelintir kecil makhluk ciptaanNya. Kita tak bisa apa-apa tanpaNya.
Teknologi memang berarti kemajuan, namun teknologi yang mau melampaui Tuhan, itu adalah kemunduran!
Itu pendapatku, bagaimana menurut teman-teman?
Ditulis oleh: Fanda
0 comments:
Post a Comment