Monday, April 12, 2010

Rahasia di balik rahasia (Oleh Anggun Desimalinda)

Prakata : cerpen karya Anggun Desimalinda ini cocok banget untuk majalah remaja. Hanya saja perlu diperhatikan penggunaan tanda baca dan huruf besar ya. Misalnya :
-kata ‘yang’ jangan disingkat yg. Ini cerpen lho, bukan SMS.
-Di saat suatu komunitas skaters berkumpul dan bersenda gurau,Rara malah terduduk sendiri di pojok, tidak seperti biasanya dimana ia bahkan menjadi bahan lawakan oleh teman-temannya sejak SMP itu.

Perhatikan penggunaan tanda koma dalam kalimat : Rara malah terduduk sendiri di pojok, tidak seperti biasanya dimana ia bahkan menjadi bahan lawakan oleh teman-temannya sejak SMP itu.

Seharusnya setelah kata ‘pojok’ gunakan tanda titik. Jangan koma. Saya menemukan banyak sekali penggunaan tanda koma yang salah. Yang saya posting di sini sudah diperbaiki. Coba kamu bandingkan dengan naskah kamu sebelumnya. Banyak tanda koma yang saya ganti dengan titik. Kamu tentu tahu fungsi koma untuk apa? Coba ingat lagi pelajaran Bahasa Indonesia kamu, ya.

Sedangkan untuk alur cerita, tidak ada gregetnya. Terlalu banyak percakapan. Emosi dari para tokoh tidak terungkap dengan baik sehingga kurang bisa membangkitkan emosi pembaca. Tapi untuk seorang pemula, sudah lumayan baik. Hanya perlu latihan saja. Tetap semangat ya….

RAHASIA DI BALIK RAHASIA

“Besok plan B,jam 11.30 @ kantin sekolah
Tools di lo semua,stand by in 10 minutes before”


Begitu bunyi pesan yang masuk di HP Rara. Dari Rama yang sepertinya sudah mantap dengan rencananya besok. Tapi bagaimana dengan Rara sendiri? Sudah siapkah dia? Tidak,ia malah gusar karena misi rahasia ini menyangkut hati sahabatnya,yang telah menjadi target utama.

Rara pusing. Ia membanting tubuhnya ke kasur seakan tidak peduli lagi dengan semua yang telah terlanjur ia bicarakan dengan semangat bersama Rama. Semua pikirannya sekarang terjun payung dan berbanding terbalik dengan persepsinya semula.

Semua bermula dari kejadian seminggu yang lalu di tongkrongan daerah Menteng. Di saat suatu komunitas skaters berkumpul dan bersenda gurau,Rara malah terduduk sendiri di pojok,tidak seperti biasanya dimana ia bahkan menjadi bahan lawakan oleh teman-temannya sejak SMP itu.

Nyatanya,ia tidak bisa mengalihkan pandangan dari pasangan yang duduk di spot yang sejuk,sedang memadu kasih dengan bersenda-gurau. Mereka adalah Anggi dan Dino. Ia kesal setengah mati,terbakar api cemburu dan tiap detik dia berusaha menyembunyikannya. Semua terlihat kacau di mata Rara. Ia tidak ingin melihat cowok yang dicintainya sejak SD itu pacaran dengan sahabatnya dari SMP,namun bagaimanapun matanya akan terus tertuju ke arah mereka. Rara jengkel.

Dalam rasa yang semrawut itu, Rama datang ke hadapan Rara dengan sejuta rencana.

“ Ra,boleh ngomong sebentar?” tanya Rama. Rara mengiyakan dan mereka pun memisahkan diri dari kerumunan.

“Ada apa?” tanya Rara ketus.

“Gw udah lama tau kalo lo cemburu sama Anggi,hm.. masalahnya gw juga sama.” Kata Rama pendek,membuat Rara tidak menyangka ia tahu,sekaligus penasaran.

Rama mengusap kepala tanpa rambutnya,bersiap mengatakan sesuatu yang amat besar.

“Sama siapa Ram?” tanya Rara.

“Sama Dino,siapa lagi?” jawab Rama dengan berbisik. Rara makin tak menyangka.

“Gw punya rencana. Gimana kalo kita berdua buat mereka putus dan pedekate
sesudahnya?” tawar Rama tanpa ba bi bu lagi. Rara membelalakkan matanya.

“Lo gila? Kenapa lo bisa kepikiran gitu?? Gw ga mau! Anggi sahabat gw.” Rara refleks menolak.

“Itu terserah lo kalo lo tetap mau nyiksa diri ngeliat mereka kayak gitu terus.”

“Tapi..”

“Udah. Lo pikirin dulu aja. Kalo udah ada keputusan,segera hubungi gw.” Potong Rama.

“Dan inget, mulai sekarang ini rahasia kita berdua.” Lanjutnya.

Rara tercenung ketika Rama meninggalkannya dengan pilihan yang sulit.

Keesokan harinya, Rara ke rumah Rama dengan mantap dan menyatakan kesetujuannya. Maka dibuatlah rencana maha dahsyat itu langsung di rumah Rama.

“Kita buat mereka putus ga secara paksa. Tapi baik-baik dengan saling menimbulkan keburukan mereka masing-masing.” Begitu dasar dari rencana mereka yang dibuat Rama.
Mereka pun berbagi cerita mengenai keburukan sahabatnya masing-masing,lalu diaplikasikan ke plan A.

Plan A dilaksanakan di depan gerbang sekolah,dimana Anggi menunggu dengan manis kedatangan Dino dengan motornya. Rara masuk diantara mereka di detik ke 5 sesudah Dino datang. Rara membawa serta sehelai kertas kecil yang sudah ia persiapkan sejak ulangan Fisika tadi (contekan dari Anggi,adegan yang telah Rama perhitungkan sejak awal).

“Anggi, kata Benu (anak jenius di kelas) bet-an yang lo kasih ke gw salah semua,untung gw ga terlalu pake contekan ini.” Ujar Rara dengan tersenyum manis.
Anggi gusar mendengar hal itu, karena Dino tidak pernah memperkenankan pacarnya itu menjawab dengan salah soal ulangan. Dino pun menginterogasi Anggi dan mengambil contekan itu dari tangan Rara. Anggi gelagapan dan berusaha menjelaskan. Ini adegan yang diharapkan duo R. Rama tersenyum dari kejauhan.

“Ya udah ga papa, nanti kamu cek aja lagi ya sayang.” Ujar Dino dengan lembut. Anggi membalas dengan mengangguk dan tersenyum.

Betapa menggemaskannya mereka! Dan itu membuat duo R malah jengkel. Tidak seperti yang mereka harapkan ternyata. Rara berusaha bersikap netral dan tetap menjaga image-nya.

“Tapi bagaimanapun,makasih banyak ya Anggi. Gw ga belajar tentang vector,malah tentang GLB hehe.”

“Oke! Oh ya, duluan ya Rara, bye!” ujar Anggi seraya menaiki boncengan motor Dino.
Dino ikut tersenyum dibalik helmnya dan melambaikan tangan sepintas. Mereka pun berlalu pergi,tidak menyadari Rara yang masih di mabuk kepayang oleh senyuman Dino.
Rama menyenggol bahu Rara,menyadarkannya. Dirangkulnya bahu Rara yang kaku itu dan mengarahkannya ke kantin.

“Ao kita pikir plan B,kali ini agak ekstrim.” Ujar Rama.

*******

Rara dan Rama stand by di jarak 2 kursi dari tempat Dino dan Anggi duduk. Mereka mengamati gerak-gerik pasangan itu,mencari space agar Rara bisa masuk.

”Kali ini kita jangan pakai tools. Lo aja yang masuk. Suasananya ga mendukung Ra,rame.” Bisik Rama persis ditelinga Rara.

Rara mengangguk ragu dan mulai bergerak. Tapi Rama mencegatnya karena ia melihat keraguan yang bisa menggagalkan rencana.

“Tiba-tiba lo ragu? Plan B batal,kita bicara dulu.” Ajak Rama dengan tegas,menuju koridor depan perpus yang sepi.

“Bilang ke gw, kenapa lo tiba-tiba ragu?” tanya Rama.

“Gw ga bisa,hubungan mereka terlalu deket,dan gw ga yakin.”

“Sekarang lo maunya apa? Komitmen kita mau lo langgar?” tanya Rama,lebih seperti mengancam.

“Ng..”

“Sekalinya lo setuju,lo akan terus maju. Lo inget kan Ra?” potong Rama,Rara pun mengangguk.

“Ya udah kalo gitu! Baru plan A yang gagal dan kurang mantap aja udah ciut.” Rama agak menggertak kali ini.
“Gw ga ciut! Gw cuman ga mau menyakiti hati sahabat gw Ram!” bela Rara. Rama seperti terenyuh.

“Kadang ada yang perlu disakiti daripada kita terus yang sengsara.” Ujarnya.
“Cih,tanggapan yang egois!” ejek Rara tiba-tiba.

“Kalo emang gw egois, kenapa lo setuju untuk gabung sama gw buat mereka jadi putus? Plin-plan ya lo! Percuma gw ajak lo kerjasama.” Balas Rama tak kalah pahit.

Suasana menegang dan sunyi. Tak ada satupun yang berani bicara. Yang ada hanya kilat diantara tatapan mereka. Mereka sampai tidak menyadari bahwa pertengkaran kecil itu terdengar oleh Anggi yang bersembunyi di sisi koridor yang tidak terlihat oleh mereka. Anggi terkejut dan ia yakin ‘mereka’ yang dimaksud Rama adalah Dino dan dirinya,apa yang sebenarnya terjadi? Anggi terus mengamati.

“Terserahlah! Gw malas dengan semua rencana lo! Gw mengundurkan diri,titik!” Tiba-tiba Rara bersuara seraya berlalu pergi meninggalkan Rama.

Anehnya, Rama tidak mencegah Rara pergi untuk tetap stick to the status quo (yang mereka ciptakan sendiri). Ia hanya memandang Rara dengan sedih. Ia memukul susuran besi didepannya lalu merintih kesakitan.

“The truth that I left behind is : I love you Rara.” Gumam Rama lalu menggeleng pelan,mengusir sesuatu yang salah terjadi padanya.

Anggi yang ga terlalu mendengar gumaman Rama jadi bingung,tapi ia bisa melihat gerak mulutnya yang sebagian berarti ‘I love you’. Anggi pun segera melabraknya karena penasaran.

“Hayo lho Ram, ngapain mukulin besi? Ga sakit apa?” tegur Anggi.

Rama agak terkejut lalu menggeleng. “Ga papa kok, iseng aja.”

“Boleh gw tebak lo ada masalah apa? Siapa tau gw bisa bantu.” Tanya Anggi. Dino datang seraya merangkul Anggi.

“Ga usah ditanyain lagi. Yang,pasti tentang Rara.” Celetuk Dino.

Enak banget dia nyeletuk kayak gitu! Batin Rama jengkel. Kadang sobatnya itu emang ceplas-ceplos. Rama pun pergi dari hadapan mereka.

“Eeeh kok, dia pergi sih? Kamu sih yaaang!” Anggi memukul Dino dengan lembut. Dino cengengesan.

Besok gw harus cari tau nih! Tekad Anggi,karena ada sesuatu yang ga beres dan ga sehat di sekitar dia, maka dia pun bertekad untuk ‘menyehatkannya’.

*******

Anggi mengamati Rama yang sedang mengamati Rara yang bersenda gurau dengan temannya di kantin. Dari sudut penglihatan Anggi,bisa terlihat jelas kalau Rama melihat Rara dengan penuh arti,berharap perasaan di dalam hatinya ini bisa terlampiaskan hanya dengan melihatnya.

Ga bener nih! Ckckck. Batin Anggi gemas bukan kepalang. Anggi pun menghampiri Rama setelah memastikan bahwa ga ada Dino disekitar dia,ia tahu Dino tuh ceplos aja dan bisa-bisa mengganggu interogasinya (kepada Rama) nanti,seperti kejadian kemarin.

“Bilang ke gw dengan jujur Ram.” Ujar Anggi langsung begitu sudah didepan Rama. “ Lo suka kan sama Rara?” lanjutnya dengan berbisik.

Rama kaget,namun ia kembali cuek,melanjutkan makannya.
“Oke gw dicuekin! Ga papa sih, tapi sebagai cewek yang sensitif, gw tau arti tatapan lo Ram!” kata Anggi tegas.

Rama melihatnya sepintas,namun seakan Anggi cewek ga penting,ia kembali cuek.

“Hopeless banget sih lo jadi cowok!” ejek Anggi kemudian,saking gemas nya sama sikap Rama.

Tidak ada reaksi lagi. Rama santai aja makan. Tapi yang sebenarnya dirasakan Rama adalah hancur berkeping-keping.

“Halo say… Ngomongin apa sih,serius banget.” Dino masuk seperti biasanya,tapi fungsinya sekarang sebagai pencair suasana.

“Ini,ada pengecut yang ga mau ngakuin perasaannya” cibir Anggi,lagi. Rama makin cuek aja.

“Ke siapa?” tanya Dino. Anggi pun berbisik ke Dino.

“Ooh dia. Tapi bukannya…” Dino melanjutkan juga dengan bisikan,membuat Rama jadi penasaran. Apalagi makin penasaran karena ekspresi kaget ga menyangka Anggi yang muncul setelah mendengar Dino.

“Dia nyatain perasaannya ke kamu dan tiba-tiba malah ngilang gitu aja? Aneh deh.” Anggi bertanya meyakinkan sekaligus mengeraskan suara agar Rama mendengar.

Dino mengangguk. “Iya say, aku kaget juga lho,tapi aku hargain perasaan dia dengan hening saja.” Dino berkata sok puitis. Membuat Rama yang baru saja terhenyak akan perbuatan Rara jadi pengen muntah mendengarnya, penyakit hati komplikasi telah menjalar di tubuh Rama.

Rama bangkit dengan kasar lalu pergi.
“Sekarang malah dia yg ngeloyor pergi. Kayaknya mereka cocok deh.” Kata Anggi,Dino kembali mengangguk.

“Tapi beneran say,kamu ditembak sama Rara?” tanya Anggi.

“Iya,beneran,ngapain juga aku boong!”

“Hm.. berarti bener kalo mereka berantem di depan perpus itu karena rencana mereka yang gagal mau mutusin kita.” Ujar Anggi.

Dino menaikkan alis matanya. “Maksud kamu?”

“Maksudnya gini lho, Rama pura-pura suka sama aku dan ngajak kerjasama Rara buat mutusin kita, biar perasaan Rara bisa bahagia kalo dia milikin kamu. Ngerti?” jelas Anggi.

“Oke aku ngerti. Pengecut juga nih sih Rama. Tapi ada gentlemennya juga,dia mau berkorban perasaan buat Rara.” Kata Dino.

“Tapi lucu ya kita ga bisa dipisahin sama mereka. Aku bersyukur lho.” Anggi tersenyum lembut. Dino juga tersenyum dan mereka pun mendekatkan hidung masing-masing, lalu menggeleng-gelengkan kepala.

Tak lama, terdengar banyak gumaman “eww” diantara mereka karena memamerkan kemesraannya dengan lebay.

********

Rama menatap kosong dan jauh,ketika Pak Suryo mengajarkan tentang trigonometri. Ia malah memikirkan sesuatu tentang pilihan hatinya. Omongan Anggi yang serba ejekan tadi membuatnya berpikir juga. Selama ini ia memang seperti yang Anggi bilang tadi. Pengecut,hopeless dan satu kesimpulan yang ia buat. Ia adalah seorang pecundang. Pecundang atas dirinya sendiri.

Gw ga bisa kayak gini terus. Rara aja bisa nyatain perasaan dia walaupun tau kalo dia ga bakal bisa diterima,kenapa gw ngga bisa? Batin Rama.

Ia pun menyunggingkan senyum di sudut bibirnya. Tampaknya ia telah menentukan pilihan yang mengubah semua prinsip utama nya.

Pulang sekolah,Rama menunggu depan pagar dengan motornya. Ia menanti Rara yang akan lewat dan ia ingin bicara dengan Rara. Tak beberapa lama Rara lewat,tapi karena terpaut jarak dan banyaknya orang diantara mereka,Rama gagal memanggil Rara. Lagipula ia sendiri jadi tercenung,karena tindakannya sekarang beda banget sama yang kemarin-kemarin. Ia lebih.. agresif, inisiatif dan lebih berani. Rama agak ga siap dengan perubahan besarnya ini.

Rara makin jauh. Ia sudah berjalan ke arah jalan raya,sedangkan Rama tetap tercenung di tempatnya. Anggi yang dari tadi sebenarnya mengamati segera mendorong bahu Rama.

“Ram, lo ngapain sih bengong gitu. Udah,pilihan lo udah bener kok. Sana kejar!” Seru Anggi.

Rama tergerak dan segera menaiki motornya. Anggi tersenyum puas. Di jalan, susah untuk mencari Rara yang terlanjur jauh. Tapi dari kejauhan Rama bisa melihat kunciran rambutnya Rara yang bergoyang kesana-sini ketika berjalan,dan ia yakin itu memang Rara. Ia pun terus mengejarnya. Ketika sampai dihadapannya, Rara terkejut dan timbullah tanda tanya.

“Mau ngapain Ram?” tanya Rara kemudian.

“Mau ngajak pulang bareng. Boleh ya?” tanya Rama. Ia berusaha menambahkan senyumnya di aksinya.

“Dalam rangka? Kok tumben sih.” Rara bingung.

“Gw mau bersikap jujur sekarang. Maaf ya selama ini gw udah boongin lo.” Rama mengulurkan tangan untuk dijabat,tapi Rara tidak membalasnya.

“Apa sih maksud lo?” tanya Rara, bingung banget.

“Nanti lo juga ngerti,kalo lo rangkai kejadian semingguan yang lalu sampe kemarin kita ribut dan kata-kata yang gw bilang tadi. Oh ya, gw ga pernah suka sama Anggi,jadi gw beneran mohon maaf sama lo.” Rama mengatupkan kedua tangan di depan mukanya yang menunduk. Rara agak mengerti sekarang tapi masih sedikit rumit. Rara tersenyum dan menurunkan katupan tangannya Rama.

“Gw masih ga ngerti,tapi gw maafin lo kok apapun kesalahan yang gw sendiri bingung itu apa. Hm ya udah pulang bareng, jadi kan?” tanyanya.

Rama mengangguk dan tersenyum. Ia kembali menghidupkan motornya. Rara naik dan pulang diantar oleh Rama. Rama ga pernah merasa selega ini. Akhirnya dia bisa jujur dan diam-diam ia berharap tahap ini bisa terus berlanjut.

Artikel Bersangkutan

0 comments:

 
Indonesia dulu dikenal sebagai bangsa yang toleran dan penuh sikap tenggang rasa. Namun, kini penilaian tersebut tidak dapat diamini begitu saja, karena semakin besarnya keragu-raguan dalam hal ini. Kenyataan yang ada menunjukkan, hak-hak kaum minoritas tidak dipertahankan pemerintah, bahkan hingga terjadi proses salah paham yang sangat jauh.
free counters

Blog Archive

Seseorang yang mandiri adalah seseorang yang berhasil membangun nilai dirinya sedemikian sehingga mampu menempatkan perannya dalam alam kehidupan kemanusiaannya dengan penuh manfaat. Kemandirian seseorang dapat terukur misalnya dengan sejauh mana kehadiran dirinya memberikan manfaat kearah kesempurnaan dalam sistemnya yang lebih luas. Salam Kenal Dari Miztalie Buat Shobat Semua.
The Republic of Indonesian Blogger | Garuda di DadakuTopOfBlogs Internet Users Handbook, 2012, 2nd Ed. Avoid the scams while doing business online

Kolom blog tutorial Back Link PickMe Back Link review http://miztalie-poke.blogspot.com on alexa.comblog-indonesia.com

You need install flash player to listen us, click here to download
My Popularity (by popuri.us)

friends

Meta Tag Vs miztalie Poke | Template Ireng Manis © 2010 Free Template Ajah. Distribution by Automotive Cars. Supported by google and Mozila