Seperti diketahui pasca Agresi Militer Belanda ke II 19 Desember 1948, Sjahrir, Soekarno dan H.Agus Salim dibuang ke Brastagi, kemudian ke Prapat. Tiba-tiba Sjahrir diundang ke Jakarta. Tanggal 18 Januari 1949 Sjahrir tiba di Kemayoran dari Medan. Diceritakan Sjahrir kepada Soepomo dan Soejono (anggota delegasi perundingan Indonesia-Belanda) bahwa dia menerima undangan ke Jakarta melalui Residen Prapat satu hari sebelum berangkat. Undangan itu berkaitan dengan kedatangan Dr Drees Perdana Menteri Belanda. Maksudnya mengajak berunding. Sebelum berangkat Sjahrir berunding lebih dahulu dengan dua teman lain yang diinternir yaitu Soekarno dan H.Agus salim. Keputusannya Sjahrir berangkat ke Jakarta dan menemui Dr Drees sebatas untuk mengetahui situasi politik terakhir. Memang sejak di internir ke Brastagi dan Prapat ketiganya tidak tahu apa-apa yang terjadi ditanah air. Berita yang ada hanya dari Aneta melalui Koran Belanda. Lucunya Soekarno dan Agus Salim tidak menerima undangan. Demikian juga Hatta dan teman-teman di Bangka. Sjahrir ketika tiba di Kemayoran banyak yang menjemput. Misalnya Koets, Dr Dharma Setiawan, Soepomo, Lili (anak angkat Sjahrir adik Des Alwi) dan Rosihan Anwar. Sjahrir berjanji pada Soepomo tidak akan berunding dengan Drees atau golongan Federalis, kecuali dengan sjarat semua pemimpin Republik dibebaskan dan dikembalikan kedudukannya sebagai pemegang kekuasaan. Malamnya memang Sjahrir berbicara formal dengan Perdana Menteri Belanda didampingi duta besar Belanda di Inggris Edgar Frederick Michiels van Verduynen.
(Diambil dari buku Mengenang Sjahrir oleh Rosihan Anwar). Foto. Saat Sjahrir tiba di Kemayoran 18 Januari 1949. Tampak Lili, Koets dan Rosihan Anwar.
0 comments:
Post a Comment