Oleh : Maryanto Priyambodo
Dalam kitab Fiqhus Sirah karya Syekh Muhammad al-Ghazali, Imam Muslim meriwayatkan bahwa sewaktu Perang Badar, Rasulullah SAW berdoa di dalam kemah. Rasulullah berdoa dengan penuh khusyuk dan merendah diri seraya menengadahkan kedua telapak tangannya ke langit memohon supaya diberi kekuatan untuk mengalahkan musuh.
Di antara doa yang beliau ucapkan adalah: ''Ya Allah, kalau pasukan kaum Muslimin ini sampai binasa, maka Engkau tidak akan disembah lagi oleh manusia di muka bumi ini.'' Kemudian beliau memperkeras suaranya, ''Ya Allah, tunaikanlah janji yang telah Engkau berikan kepadaku, ya Allah pertolongan-Mu ya Allah!''
Beliau mengangkat kedua belah tangannya sedemikian tinggi hingga burdahnya jatuh dari pundaknya tanpa disadarinya, sehingga Abu Bakar menyampirkan kembali burdah itu di atas pundak beliau seraya berkata dengan perasaan haru, ''Ya Rasulallah, kurangilah kesedihan Anda dalam berdoa kepada Allah! Allah pasti akan memenuhi janji yang telah diberikan kepada Anda!''
Di tengah begitu banyaknya musibah dan bencana yang menerpa dan mendera bangsa Indonesia saat ini, baik itu berupa krisis ekonomi, politik, hukum, dan moral, serta bencana alam berupa banjir, kebakaran hutan, kemarau panjang, pertumpahan darah di banyak wilayah negeri ini, serta musibah-musibah lainnya, kisah di atas selayaknya dapat memberikan pelajaran kepada kita.
Doa itu senjata dan kekuatan orang beriman (HR Al-Hakim dari Ali bin Abi Thalib). Ibnu Qayyim mengatakan, ''Jika perisai doamu lebih kuat dari musibah maka ini akan menolaknya, tetapi jika musibah lebih kuat dari perisai doamu, maka ia akan menimpamu, namun doa itu sedikitnya tetap akan mengurangi efeknya. Dan jika perisai doamu seimbang dengan kekuatan musibah, maka keduanya akan bertarung.''
Tak ada gunanya waspada menghadapi takdir, namun doa bermanfaat menghadapi takdir sebelum dan sesudah ia turun dan sesungguhnya ketika musibah itu ditakdirkan turun dari langit maka ia akan segera disambut oleh doa di bumi lalu keduanya bertarung sampai hari kiamat (HR Ahmad, al-Hakim dan Thabarani).
Begitulah kekuatan doa, ketika segala daya dan upaya telah kita lakukan untuk mengatasi berbagai macam persoalan kehidupan, maka sudah selayaknya kita tetap berdoa kepada Allah SWT. Ketika seorang sahabat Rasulullah selalu langsung meninggalkan masjid setelah selesai shalat tanpa berdoa, Nabi pun menegurnya dengan pertanyaan, ''Apakah kamu sama sekali tidak mempunyai kebutuhan kepada Allah?'' Sahabat itu pun terperanjat dan mulai memahami arti doa, maka setelah itu ia pun rajin berdoa kepada Allah. ''Bahkan,'' katanya di kemudian hari, ''garam pun kuminta kepada Allah SWT.''
Nah, marilah kita berdoa, sebagaimana yang diperintahkan di dalam firman-Nya, ''Dan Tuhanmu berkata, 'berdoalah kepada-Ku niscaya akan Kupenuhi permintaanmu'.'' (QS Al Ghafir ayat 60)
Dalam kitab Fiqhus Sirah karya Syekh Muhammad al-Ghazali, Imam Muslim meriwayatkan bahwa sewaktu Perang Badar, Rasulullah SAW berdoa di dalam kemah. Rasulullah berdoa dengan penuh khusyuk dan merendah diri seraya menengadahkan kedua telapak tangannya ke langit memohon supaya diberi kekuatan untuk mengalahkan musuh.
Di antara doa yang beliau ucapkan adalah: ''Ya Allah, kalau pasukan kaum Muslimin ini sampai binasa, maka Engkau tidak akan disembah lagi oleh manusia di muka bumi ini.'' Kemudian beliau memperkeras suaranya, ''Ya Allah, tunaikanlah janji yang telah Engkau berikan kepadaku, ya Allah pertolongan-Mu ya Allah!''
Beliau mengangkat kedua belah tangannya sedemikian tinggi hingga burdahnya jatuh dari pundaknya tanpa disadarinya, sehingga Abu Bakar menyampirkan kembali burdah itu di atas pundak beliau seraya berkata dengan perasaan haru, ''Ya Rasulallah, kurangilah kesedihan Anda dalam berdoa kepada Allah! Allah pasti akan memenuhi janji yang telah diberikan kepada Anda!''
Di tengah begitu banyaknya musibah dan bencana yang menerpa dan mendera bangsa Indonesia saat ini, baik itu berupa krisis ekonomi, politik, hukum, dan moral, serta bencana alam berupa banjir, kebakaran hutan, kemarau panjang, pertumpahan darah di banyak wilayah negeri ini, serta musibah-musibah lainnya, kisah di atas selayaknya dapat memberikan pelajaran kepada kita.
Doa itu senjata dan kekuatan orang beriman (HR Al-Hakim dari Ali bin Abi Thalib). Ibnu Qayyim mengatakan, ''Jika perisai doamu lebih kuat dari musibah maka ini akan menolaknya, tetapi jika musibah lebih kuat dari perisai doamu, maka ia akan menimpamu, namun doa itu sedikitnya tetap akan mengurangi efeknya. Dan jika perisai doamu seimbang dengan kekuatan musibah, maka keduanya akan bertarung.''
Tak ada gunanya waspada menghadapi takdir, namun doa bermanfaat menghadapi takdir sebelum dan sesudah ia turun dan sesungguhnya ketika musibah itu ditakdirkan turun dari langit maka ia akan segera disambut oleh doa di bumi lalu keduanya bertarung sampai hari kiamat (HR Ahmad, al-Hakim dan Thabarani).
Begitulah kekuatan doa, ketika segala daya dan upaya telah kita lakukan untuk mengatasi berbagai macam persoalan kehidupan, maka sudah selayaknya kita tetap berdoa kepada Allah SWT. Ketika seorang sahabat Rasulullah selalu langsung meninggalkan masjid setelah selesai shalat tanpa berdoa, Nabi pun menegurnya dengan pertanyaan, ''Apakah kamu sama sekali tidak mempunyai kebutuhan kepada Allah?'' Sahabat itu pun terperanjat dan mulai memahami arti doa, maka setelah itu ia pun rajin berdoa kepada Allah. ''Bahkan,'' katanya di kemudian hari, ''garam pun kuminta kepada Allah SWT.''
Nah, marilah kita berdoa, sebagaimana yang diperintahkan di dalam firman-Nya, ''Dan Tuhanmu berkata, 'berdoalah kepada-Ku niscaya akan Kupenuhi permintaanmu'.'' (QS Al Ghafir ayat 60)
0 comments:
Post a Comment