Seringkali kita bertanya kepada Tuhan : “Mengapa Tuhan membiarkan umatMu menderita? Mengapa orang-orang yang setia kepadaMu menderita sakit parah? Mengapa orang sebaik dia harus meninggal begitu cepat? Mengapa bencana alam terus menerus terjadi?”
Dan, kita tidak pernah mendapatkan jawaban yang memuaskan atas pertanyaa-pertanyaan tersebut, selain satu keyakinan bahwa rancangan Tuhan adalah kebaikan semata. Kisah berikut ini adalah salah satu contohnya.
Usai lulus dari Sekolah Alkitab di Los Angeles, Irene Ferrel mempunyai beban misi ke luar negeri. Akhirnya ia menemukan tempat di Kongo dimana selama 10 tahun ia mengajar di sekolah dan bekerja di sebuah rumah sakit yang sederhana di Kwilu.
Ketika pemberontak komunis mengerahkan kaum gerilya untuk menggulingkan pemerintahan di tahun 1964, kehidupan para missionaris di Kwilu terancam. Irene dan rekan sekerjanya Ruth Hege memutuskan untuk meninggalkan pos mereka. Mereka meminta sebuah helikopter, dan pada tanggal 24 Januari 1964 keduanya bersiap untuk pergi. Mereka mengepak barang-barang penting dan mengumpulkan para pekerja kebangsaan Kongo untuk melakukan ibadah terakhir kalinya. Lagu terakhir dinyanyikan dan doa-doa terakhir pun dipanjatkan, lalu para wanita menantikan kedatangan helikopter. Tetapi, hari itu helikopter yang ditunggu tidak datang juga.
Tengah malam, para pemberontak menyerang. Mereka adalah anak-anak muda bahkan ada yang masih remaja. Mereka mengisap mariyuana dan menyerbu ke rumah-rumah. Mereka berteriak dan menghancurkan semuanya. Para wanita ditarik dari tempat tidur, lalu mereka menari-nari sambil membentuk lingkaran mengelilingi para wanita. Seorang pemuda melontarkan anak panah ke leher Irene. Setelah dengan sisa kekuatan Irene menarik anak panah itu, ia pun mati. Ruth Hege diserang anak panah, tapi ia tidak bergerak sama sekali dan pura-pura mati. Setelah para pemberontak pergi, barulah Ruth merangkak mencari perlindungan.
Pergolakan di Kongo pada saat itu memakan banyak korban dari pihak misionaris. Banyak yang bertanya, mengapa helikopter datang terlambat, mengapa Tuhan ijinkan hamba-hambaNya mati? Tidak ada alasan yang jelas.
Bukankah Yesus sendiri pernah bertanya kepada Bapa : “ Mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Lalu Ia berkata : “Sudah selesai.”
Ia telah setia sampai akhir dan telah menyelesaikan karyaNya seperti yang ditugaskan oleh Bapa. Setialah sampai akhir, meskipun banyak hal yang kita tidak mengerti sepenuhnya. Apapun yang terjadi, tetap percaya bahwa kasih Tuhan tidak berkesudahan dan rahmatNya tiada habisnya. Kelak kita akan mengerti semuanya.
0 comments:
Post a Comment