Malang (beritajatim.com) – Desakan agar Ketua Umum Nurdin Halid dan Nugroho Besoes selaku Sekjen di Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) segera turun dari jabatan terus bermunculan.
Salah satunya dari pemerhati sepakbola Malang, Achmad Dhofir Zuhri. Pihaknya menilai, selama keduanya berada di kepengurusan PSSI, timnas Indonesia tak pernah cemerlang meraih prestasi. "Itu sangat disayangkan," katanya kepada beritajatim.com, Sabtu (1/1/2011).
Dhofir menjelaskan, kedua tokoh itu juga sangat otoriter. PSSI tak bakal maju kalau masih dipegang oleh Nurdin dan Nugraha. Sepakbola Indonesia itu tak bisa maju bukan hanya karena tak ada pemain bagus di Indonesia. Tetapi juga karena sistem yang ada di PSSI itu bersifat oligarki.
"Sistem PSSI yang oligarki, akan menghambat kecemerlangan sepakbola di Indonesia. Silahkan cermati, tak jarang pengurus di PSSI jadi pengurus partai. Misalkan Nurdin Halid itu. Nurdin itu seharusnya malu karena selama memimpin PSSI tak pernah ada juara yang diraihnya. Dan bagi Nugraha, juga harus malu. Dia sudah 14 tahun lamanya menjadi pengurus PSSI," katanya.
Melihat Ketua umum PSSI sebelumnya, kata alumnus Sekolah Tinggi Ilmu Filsafat Driyarkara (STF Driyarkara) Jakarta ini, kalau sudah tak mampu memberikan yang terbaik untuk sepakbola Indonesia alias tak berhasil meraih prestasi, dengan sadar dan bersedia untuk mundur. Tidak harus dipaksa mundur.
Dhofir menjelaskan, kedua tokoh itu juga sangat otoriter. PSSI tak bakal maju kalau masih dipegang oleh Nurdin dan Nugraha. Sepakbola Indonesia itu tak bisa maju bukan hanya karena tak ada pemain bagus di Indonesia. Tetapi juga karena sistem yang ada di PSSI itu bersifat oligarki.
"Sistem PSSI yang oligarki, akan menghambat kecemerlangan sepakbola di Indonesia. Silahkan cermati, tak jarang pengurus di PSSI jadi pengurus partai. Misalkan Nurdin Halid itu. Nurdin itu seharusnya malu karena selama memimpin PSSI tak pernah ada juara yang diraihnya. Dan bagi Nugraha, juga harus malu. Dia sudah 14 tahun lamanya menjadi pengurus PSSI," katanya.
Melihat Ketua umum PSSI sebelumnya, kata alumnus Sekolah Tinggi Ilmu Filsafat Driyarkara (STF Driyarkara) Jakarta ini, kalau sudah tak mampu memberikan yang terbaik untuk sepakbola Indonesia alias tak berhasil meraih prestasi, dengan sadar dan bersedia untuk mundur. Tidak harus dipaksa mundur.
"Misalnya, apa yang dialami Agum Gumelar. Ia bersedia mundur karena merasa tak berhasil membawa sepakbola Indonesia berprestasi. Begitu juga apa yang dialami Azwar Anas, ketum PSSI sebelum Agum Gumelar. Itu kesatria namanya. Kalau Nurdin dan Nugraha tak mau mundur, itu malah yang banci, tak tahu malu, dan mungkin tak punya rasa malu," katanya.
Dhofir juga membeberkan beberapa hal yang tidak wajar dan sangat merugikan klub yang ada dibawah naungan PSSI. Yakni apa yang dialami klub peserta Indonesia Super League (ISL). "Di klub peserta ISL itu, boleh mengontrak maksimal lima pemain asing. Dan setiap masing-masing pemain asing, harus bayar ke PSSI senilai Rp 10 juta," katanya.
Klub peserta ISL musim ini (sebelum Persema, PSM Makasar dan Persibo mundur), ada 18 Klub. Di masing-masing klub ada 5 pemain asing. Totalnya ada 90 pemain asing. "Itu masih belum pemain asing di Divisi Utama," katanya.
Kalau di divisi utama, ada 36 klub yang ikut berkompetisi. Kalau dijumlah ada 175 pemain asing di Divisi Utama. "Kita tinggal mengkalikan 265 pemain asing dikalikan Rp 10 juta. Totalnya uang yang masuk ke PSSI dalam permusim ISL senilai Rp 2,6 Miliar lebih," katanya.
Dhofir juga membeberkan beberapa hal yang tidak wajar dan sangat merugikan klub yang ada dibawah naungan PSSI. Yakni apa yang dialami klub peserta Indonesia Super League (ISL). "Di klub peserta ISL itu, boleh mengontrak maksimal lima pemain asing. Dan setiap masing-masing pemain asing, harus bayar ke PSSI senilai Rp 10 juta," katanya.
Klub peserta ISL musim ini (sebelum Persema, PSM Makasar dan Persibo mundur), ada 18 Klub. Di masing-masing klub ada 5 pemain asing. Totalnya ada 90 pemain asing. "Itu masih belum pemain asing di Divisi Utama," katanya.
Kalau di divisi utama, ada 36 klub yang ikut berkompetisi. Kalau dijumlah ada 175 pemain asing di Divisi Utama. "Kita tinggal mengkalikan 265 pemain asing dikalikan Rp 10 juta. Totalnya uang yang masuk ke PSSI dalam permusim ISL senilai Rp 2,6 Miliar lebih," katanya.
Uang sebanyak itu, lanjut pria yang tinggal di Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang itu, kemana larinya dan digunakan untuk apa. "Kalau memang digunakan, hasilnya mana? Kok tidak ada prestasi satupun. Pokoknya, kalau Nurdin dan Nugraha punya malu, ya turun saja jangan harus dipaksa mudur dulu," tegasnya.
Kalau memang Nurdin Halid dan Nugraha Besoes itu masih tak bersedia mundur, segera digelar Kongres Luar Biasa (KLB). "Presiden SBY menurut saya, jangan takut kepada Nurdin. Semua ini demi perbaikan sepakbola Indonesia. Kasihan suporter sepakbola Indonesia yang sudah haus ingin menyaksikan timnas Merah Putih meraih juara," katanya.
Kalau memang Nurdin Halid dan Nugraha Besoes itu masih tak bersedia mundur, segera digelar Kongres Luar Biasa (KLB). "Presiden SBY menurut saya, jangan takut kepada Nurdin. Semua ini demi perbaikan sepakbola Indonesia. Kasihan suporter sepakbola Indonesia yang sudah haus ingin menyaksikan timnas Merah Putih meraih juara," katanya.
0 comments:
Post a Comment