Tuesday, February 8, 2011

Pakistan, Negara Islam Yang Sarat Konflik

12 Presiden dan 22 Perdana Menteri bergantian memimpin Pakistan yang baru 60 tahun Merdeka. Bandingkan dengan Indonesia, yang sudah 62 tahun Merdeka baru memiliki 5 Presiden. Jika mengukur stabilitas dan ketenangan Negara dari lamanya pergantian Pemerintahan, maka jelas Indonesia masih relatip lebih stabil dibanding Pakistan yang tak pernah sepi dari konflik.Di Negara Yang lebih stabil saja rakyatnya banyak yang sengsara, lantas bagaimana rasanya hidup sebagai Rakyat diNegara yang sering konflik seperti Pakistan?
Pakistan mendapat kemerdekaan dari Inggris, 14 Agustus 1947, dengan nama Islam-i Jumhuriya-e Pakistan (Republik Islam Pakistan).Tahun 1971 timbul perang saudara antara Pakistan Barat yang dipimpin Presiden Yahya Khan dan Pakistan Timur yang dipimpin Mujibur Rahman. Dengan bantuan penuh India, serta kelompok persekongkolan lainnya, Pakistan Timur berhasil melepaskan diri dari Republik Islam Pakistan. Berdirilah Republik Bangladesh. Republik Islam Pakistan kehilangan satu sayap terpenting, berupa penyusutan wilayah geografis.

Setelah tragedi perpecahan Pakistan Barat-Pakistan Timur, Republik Islam Pakistan tetap selalu dirundung masalah. Selain sengketa abadi dengan India, baik mengenai perbatasan maupun “kepemilikan” Khasmir, juga sengketa internal yang senantiasa mengguncang sendi-sendi pemerintahan. Tahun 1974, Jenderal Yahya Khan dikudeta oleh Zulfikar Ali Butho. Juli 1977, Jenderal Ziaul Haq mengambil alih kekuasaan. Ali Butho dihukum gantung (4 April 1979).Tanggal 17 Agustus 1988, Zia-ul-Haq beserta beberapa pejabat militer Pakistan tewas dalam ledakan pesawat udara.Konon , ini juga ulah sabotase terhadap Kepala Negara Islam.
Yang terbaru, dua kali percobaan pembunuhan terhadap Presiden Pakistan Desember 2003, menambah daftar panjang kekacauan Negri berbahasa Urdu itu. Jenderal Pervez Musharraf, diancam bom berkekuatan besar. Pertama, bom meledak di sebuah jembatan Kota Rawalphindi, beberapa menit setelah rombongan presiden lewat di tempat itu. Jembatan hancur lebur, namun tidak ada korban jiwa. Kedua, dua pelaku bom bunuh diri secara nekat menerobos rombongan presiden yang akan pulang ke kediamannya di Rawalphindi. Sebanyak 14 nyawa melayang, terdiri atas dua polisi pengawal, selebihnya para pejalan kaki dan orang-orang yang sedang membeli BBM.

Benarkah itu semua karena Pakistan memilih menjadi Negara Republuk Islam? Faktanya, Pakistan memang berdiri untuk mengantisipasi aspirasi Umat Islam India, yang jumlahnya ketika itu mencapai 133,5 juta jiwa , namun terus hidup dibawah ketidak adilan dan tekanan Warga Hindu yang merupakan Mayoritas penduduk India.

Fakta yang lain,dalam perkembangan berikutnya, karena menyandang nama Republik Islam, Pakistan juga menjadi tempat “Pelarian Politik” para petualang Islam garis keras yang sering mengaku “Jihad” membela sesama Muslim yang konflik di berbagai Negara atas alasan yang beraneka macam. Para Mujahidin antar Negara yang ingin membela Afganistan difasilitasi Pakistan- jaman Zia ul Haq berkuasa. Pejuang Muslim di Filipina Selatan, ternyata juga berhubungan erat dengan kelompok Militan Pakistan. Bahkan beberapa anak muda Indonesia yang kemudian ditangkap POLRI karena dicap “teroris” juga memperoleh pendidikan di Pakistan.

Yang juga sudah deketahui oleh semua Badan Intelejen Dunia, Osama bin Laden ternyata juga bekerja sama erat dengan Kepala Intelejen Pakistan- ISI (Inter-Services Inteligence) Letjen Hameed Gul, dikenal sebagai idiolog Islam garis keras dalam tubuh militer. Ia disebut sebagai penerus pemikiran almarhum Presiden Zia Ul Haq.

Kehadiran Osama di Afganistan sesungguhnya tidak bisa dilepaskan dari kerja sama dengan pimpinan ISI tersebut. Osama dan Letjen Hameed Gul memang mempunyai gagasan yang hampir mirip mengenai internasionalisasi Islam, seperti halnya Zia Ul Haq. Dalam kacamata Letjen Hameed Gul, jika komunisme saja membentuk front internasional, maka umat Islam juga mampu melakukan hal yang sama, yakni front Islam internasional.

Tradisi mengakomodir Kelompok Arab Islam garis keras sesungguhnya mulai intensip dilakukan saat Zia ul Haq berkuasa.Kelompok Islam Garis Keras ini sering disebut “Afgan Al Arab”- karena populernya perjuangan Mujahidin Afganistan ketika itu.

Presiden Pakistan Zia ul Haq saat itu memberi perhatian dan fasilitas yang luar biasa terhadap pejuang Ikhwan dan Afgan Al Arab pada umumnya. Ketika pemimpin tertinggi Ikhwanul Muslimin (Mursyid), Muhammad Hamid Abu Nasser, mengunjungi Pakistan dan Kota Peshawar untuk mengontrol para pejuang Ikhwan, Presiden Zia ul Haq menyediakan pesawat khusus buat pemimpin Ikhwan tersebut untuk berkeliling di seantero negeri Pakistan. Pemimpin Ikhwan yang sekarang, Mustafa Masyhur (saat itu masih menjabat wakil Mursyid Ikhwan), juga sering bolak-balik Cairo-Peshawar.

Tidak sedikit pimpinan Ikhwan yang berdomisili di Peshawar, menempati vila-vila mewah berkat fasilitas yang diberikan Pemerintah Pakistan serta dana yang mengucur dari negara-negara Arab Teluk.
Pada paruh kedua tahun 1980-an, aktivis Islam radikal Mesir dalam jumlah besar mulai masuk Pakistan dan Afganistan. Gerakan Islam radikal Mesir semacam “Jamaah Islamiah” dan “Tanzim Jihad” mendirikan kamp-kamp di Afganistan.

Dua organisasi radikal tersebut merupakan sempalan dari Ikhwanul Muslimin.
Pada tahun 1987, tiba di Peshawar dan lalu masuk ke Afganistan, tiga pimpinan Jamaah Islamiah yaitu Muhammad Syauqi Islambuli (saudara kandung Muhammad Islambuli yang membunuh Presiden Anwar Sadat), Ali Abdul Fatah, dan Rifai Taha.

Pemimpin tertinggi Jamaah Islamiah, Dr Sheikh Omar Abdurrahman, mengunjungi mereka dan kader-kader Jamaah Islamiah yang lain di Kota Peshawar pada tahun 1988 dan tahun 1990.
Pada akhir tahun 1990, kader-kader Jamaah Islamiah mulai ikut latihan militer di dalam Afganistan sendiri di bawah pengarahan pemuda Mesir bernama Suheib, yang kemudian tewas dalam satu pertempuran melawan pasukan Uni Soviet tahun 1991.

Permainan “api Konflik” gaya Zia ini makin runyam ketika Afghanistan kembali terjerembab kejurang perang saudara, yang terbelah dalam dua faksi besar. Yakni, aliansi Utara yang didukung Iran dan Rusia. Sementara kelompok Taliban didukung oleh Pakistan dan Arab Saudi.

Tahun 1997 dan 1998 ratusan tank, artileri, bahkan sejumlah helikopter dan pesawat pengebom, dipasok ke Aliansi Utara. Iran dan Rusia paling banyak mengeluarkan uang untuk belanja mesin perang tersebut.

Sebaliknya, Taliban juga mendapat suplai yang tidak kalah besarnya dari Arab Saudi dan Pakistan. Permintaan Taliban atas 400 mobil Datsun pikap yang digemarinya, dalam sekejap dipenuhi Arab Saudi. Pangeran Turki bin Faisal, kepala badan intelijen Arab Saudi, Istakhbarat, berulang kali terbang ke Kabul untuk mengetahui keperluan Taliban.

Akan tetapi, di balik semua itu pemicu pergolakan ini lebih pada perebutan kepentingan Pakistan dan Iran atas sumber minyak dan gas alam di Kysgyzstan dan Uzbekistan. Kedua negara ini disebut-sebut mempunyai deposit migas yang sangat besar dan baru sebagian kecil yang dieksplorasi.
Persoalan yang dihadapi perusahaan penambangan di sini adalah memasarkan komoditas tersebut.

Iran dan Pakistan menghendaki agar negaranya menjadi terminal utama, dengan membangun pipa migas melalui Afganistan. Dalam hal inilah siapa yang memenangkan pertarungan di Afganistan akan memenangkan negaranya dalam menampung migas dari Asia Tengah tersebut.

Akan tetapi, peta politik kemudian berubah ketika terjadi peledakan Kedubes AS di Kenya dan Tanzania, yang menewaskan 220 orang pada Agustus 1998. Washington secara resmi menuding Osama bin Laden berada di belakang peristiwa tersebut. Tiga belas hari setelah pernyataan tersebut, 70 rudal Cruise ditembakkan ke kamp-kamp latihan Al Qaeda di sekitar Khost dan Jalalabad.

Bulan November tahun itu juga, Pemerintah AS menjanjikan 5 juta dollar bagi siapa saja yang dapat memberi informasi bagi tertangkapnya Osama bin Laden. Selain itu, Presiden Clinton memerintahkan perburuan Osama. Namun, sebuah tim kecil yang dibentuk untuk menamatkan Osama dan sempat bermarkas di Peshawar, kota di Pakistan yang berbatasan dengan Afganistan, gagal menjalankan tugasnya setelah terjadinya kudeta militer oleh Jenderal Pervez Musharraf atas pemerintahan PM Nawaz Sharif di Pakistan.

Di tengah mendidihnya suhu politik Afganistan, Arab Saudi buru-buru menarik dukungannya pada Taliban dan membatalkan semua rencana bantuannya. Pakistan dengan sendirinya gamang, namun untuk mundur amat sulit. Apalagi Letjen Hameed Gul, Kepala ISI Pakistan, dikenal sebagai idiolog Islam garis keras dalam tubuh militer. Ia disebut sebagai penerus pemikiran almarhum Presiden Zia Ul Haq.

Resiko lain yang harus ditanggung Pakistan dengan menyandang sebutan Negeri Islam, sekurangnya ia tak memiliki BOLIWOD yang melahirkan Bintang-Bintang Film ternama India, yang dulu merupakan Negeri “Induk semangnya”. Pakistan juga tak melahirkan lagi seniman musik kelas dunia dengan dominasi suara gendang yang mengilhami aliran musik “dang dut” di Indonesia. Bahkan Pakistan juga tak mampu mencetak pemain bulutangkis dunia sekelas Prakash Padukone dari India.

Tapi mungkin Pakistan masih boleh berbangga, karena negeri itu merupakan salah satu pemilik senjata nuklir dari antara segelintir negara dunia ketiga lainnya.Pakistan tentu juga harus bersyukur karena masih memiliki sastrawan, negarawan, dan Ilmuwan Muslim kaliber Dunia yang bisa disejajarkan dengan tokoh dunia lainnya.

Sebut saja nama Iqbal, penyair, filsuf, pemikir, dan negarawan yang sangat Islami, yang karya-karyanya selalu dikaji dan dikenang sepanjang zaman. Atau Maulana Maududi, pemikir sekaligus praktisi politik Islam kontemporer (1903-1979), pendiri partai “Jamiat Islami” yang sangat berpengaruh hingga ke luar negeri. Atau MM Syarif (1893-1965), pendiri Pakistan Philosophical Congress dan editor buku sejarah filsafat Islam History of Muslim Philosophy, serta banyak lagi. Dan tak mungkin terlupakan nama Dr. Abdus Salam (lahir 1926), sarjana Islam ahli nuklir pertama, penerima hadiah Nobel bidang fisika (1979).

Kini, ketika Pervez Musharaf berkuasa, iapun terus membuat kebijakan yang menegangkan urat saraf lawan-lawan politiknya. Menilik langkah-langkahnya, Pervez justru akan menghabisi politisi penting sipil lewat tuduhan korupsi dan penyalahgunaan utang. Kebetulan, utang para pengusaha besar dan (sebagian) politisi itu mencapai 4 miliar dollar, cukup untuk modal memperbaiki perekonomian yang morat-marit. Pervez hanya memberi waktu sebulan untuk melunasi, atau mereka akan dipenjara.

Tentu saja mayoritas tidak bisa memenuhi deadline itu, sehingga menjadi buron, termasuk mantan PM Benazir Bhutto maupun keluarga Nawaz Sharif yang kemudian ditangkapi. Yang paling mengkhawatirkan adalah bila pengadilan di bawah pengawasan militer itu menyimpulkan Nawaz Sharif layak dihukum mati, sebagaimana bunyi salah satu tuntutan.

Sidang itu sendiri tidak bisa dipantau publik, sehingga benar dan salah sulit diuji secara fair. Sejelek apapun prestasinya, Sharif memiliki pendukung cukup banyak, yang potensial menjadikan Pakistan semakin kacau bila pemimpinnya diusik secara tidak adil. (Akhirnya, Nawaz diasingkan ke Mesir, tidak jadi dihukum mati).

Pakistan juga akan memasuki episode ketidakpastian baru, karena dua kekuatan politik yang selama ini saling bersaing akan bergabung melawan militer, yakni kubu Nawaz dan Benazir. Sebelum kudeta, Pervez dinilai sebagai jenderal lugu. Tetapi ia kini adalah kepala pemerintahan yang direstui oleh Presiden. Sebagaimana Zia dulu, sekali berkuasa, ia akan semakin kuat. Bukti dari janjinya masih ditunggu, yaitu apakah ia akan mengalah kepada sipil, atau memilih untuk `dikalahkan’ lewat people’s power.

Diambil dari Beberapa Media

Artikel Bersangkutan

0 comments:

 
Indonesia dulu dikenal sebagai bangsa yang toleran dan penuh sikap tenggang rasa. Namun, kini penilaian tersebut tidak dapat diamini begitu saja, karena semakin besarnya keragu-raguan dalam hal ini. Kenyataan yang ada menunjukkan, hak-hak kaum minoritas tidak dipertahankan pemerintah, bahkan hingga terjadi proses salah paham yang sangat jauh.
free counters

Blog Archive

Seseorang yang mandiri adalah seseorang yang berhasil membangun nilai dirinya sedemikian sehingga mampu menempatkan perannya dalam alam kehidupan kemanusiaannya dengan penuh manfaat. Kemandirian seseorang dapat terukur misalnya dengan sejauh mana kehadiran dirinya memberikan manfaat kearah kesempurnaan dalam sistemnya yang lebih luas. Salam Kenal Dari Miztalie Buat Shobat Semua.
The Republic of Indonesian Blogger | Garuda di DadakuTopOfBlogs Internet Users Handbook, 2012, 2nd Ed. Avoid the scams while doing business online

Kolom blog tutorial Back Link PickMe Back Link review http://miztalie-poke.blogspot.com on alexa.comblog-indonesia.com

You need install flash player to listen us, click here to download
My Popularity (by popuri.us)

friends

Meta Tag Vs miztalie Poke | Template Ireng Manis © 2010 Free Template Ajah. Distribution by Automotive Cars. Supported by google and Mozila