Kita semua mengetahui bahwa ibadah yang dilakukan oleh seseorang di Masjidil Haram, Mekah, nilainya sama dengan seratus ribu kalinya ibadah yang dilakukan di tempat yang lain. Sedangkan ibadah yang dilakukan di masjid Nabawi, Madinah alMunawarah, nilainya sama dengan seribu kalinya ibadah di tempat lain.
Dengan memahami nilai ibadah yang luar biasa itu, maka saya berfikir tentu orang-orang yang mengeluarkan Ongkos Naik Haji (ONH) untuk pergi kesana itu tidak akan rugi kalau dibandingkan dengan pahala yang didapatkannya.
Karena itulah saya langsung mengambil kalkulator kecil saya, untuk mencoba mengotak-atik angka pahala itu.
Dengan mengambil 'angka' tersebut sebagai pedoman, maka dapat kita hitung sbb: beribadah terus menerus di Mekah selama 1 hari, sama dengan beribadah di Indonesia selama 100.000 X 1 hari = 100.000 hari. Beribadah di Madinah selama 1 hari, berarti sama dengan beribadah di tanah air selama : 1.000 X 1 hari = 1.000 hari.
Maka dalam waktu musim haji selama empat puluh hari di tanah suci (30 hari di Mekah, 10 hari di Madinah ), pahala yang didapat oleh para jamaah haji kalau dibandingkan dengan pahala jika ia berada di Indonesia, ia harus hidup selama : 3.010.000 hari. Atau harus bisa hidup dalam waktu : 8.361 tahun, 1 bulan, 9 hari, 14 jam
Sekarang pertanyaannya, untuk bisa hidup selama itu, berapakah biaya hidup yang harus dikeluarkannya? Sekedar untuk ilustrasi agar kita semakin ‘berkeinginan’ untuk pergi melakukan ibadah haji, kita hitung berapa besarnya biaya hidup untuk mencapai pahala tanah suci.
Misal, untuk biaya hidup di Indonesia kita ambil biaya rata-rata perhari : Rp. 15.000,-( lima betas ribu rupiah ). Dengan rincian : untuk keperluan makan pagi, makan siang dan makan malam, plus lain-lain : @ Rp.5000,- Maka untuk mendapatkan pahala seperti di tanah Haram selama 40 hari, besarnya biaya yang harus dikeluarkan, adalah :
3.010.000 hari X Rp. 15.000,- =
Rp 45.150.000.000,- ( 45,15 Milyar )
Sungguh luar biasa! Andaikata saat ini pengeluaran untuk ONH, dan lain-lain, mencapai tiga puluh juta rupiah, sungguh nilai itu amat sangat kecil jika dibandingkan dengan pahala yang akan dicapainya. Sebab seolah-olah ia mendapatkan uang sebesar empat puluh lima milyar rupiah lebih. Itu adalah nilai minimal, dengan anggapan bahwa biaya per hari sebesar lima belas ribu rupiah.
Kalaulah ada seseorang yang punya uang sebesar empat puluh lima milyar rupiah, iapun tidak akan bisa mencapai pahala seperti di tanah suci. Sebab pahala shalat tidak bisa dirangkap. Shalat subuh tidak mungkin bisa dirangkap dengan waktu subuh berikutnya. dst. Artinya seseorang harus mampu hidup selama 3.010.000 hari atau sekitar 8.361 (delapan ribu tiga ratus enampuluh satu tahun). Dan tentu hal itu mustahil dilakukannya.
Itu semua kalau ibadah haji dikaitkan dengan pahala. Padahal yang lebih besar dari ‘sekedar pahala adalah thajjan mabruura' yaitu haji yang diterima oleh Allah Swt. Karena tak ada balasan bagi haji yang diterima, kecuali surga, yang keindahannya tak pernah terbayangkan sebelumnya...
Aku sediakan bagi hamba-hambaKu yang shalih, sesuatu yang belum pernah terlihat oleh mata, belum pernah terdengar oleh telinga, dan belum pernah terlintas dalam hati...
(Hadits Qudsi, Bukhan; Muslim)
Mudah-mudahan dengan mengetahuinya perhitungan sederhana tentang pahala haji tersebut, banyak di antara pembaca yang semakin rindu untuk pergi ke tanah suci....bukan sekedar karena pahalanya,...tetapi karena kerinduannya ingin `bertemu' dengan Allah Swt, Pemilik Alam Raya
Dengan memahami nilai ibadah yang luar biasa itu, maka saya berfikir tentu orang-orang yang mengeluarkan Ongkos Naik Haji (ONH) untuk pergi kesana itu tidak akan rugi kalau dibandingkan dengan pahala yang didapatkannya.
Karena itulah saya langsung mengambil kalkulator kecil saya, untuk mencoba mengotak-atik angka pahala itu.
Dengan mengambil 'angka' tersebut sebagai pedoman, maka dapat kita hitung sbb: beribadah terus menerus di Mekah selama 1 hari, sama dengan beribadah di Indonesia selama 100.000 X 1 hari = 100.000 hari. Beribadah di Madinah selama 1 hari, berarti sama dengan beribadah di tanah air selama : 1.000 X 1 hari = 1.000 hari.
Maka dalam waktu musim haji selama empat puluh hari di tanah suci (30 hari di Mekah, 10 hari di Madinah ), pahala yang didapat oleh para jamaah haji kalau dibandingkan dengan pahala jika ia berada di Indonesia, ia harus hidup selama : 3.010.000 hari. Atau harus bisa hidup dalam waktu : 8.361 tahun, 1 bulan, 9 hari, 14 jam
Sekarang pertanyaannya, untuk bisa hidup selama itu, berapakah biaya hidup yang harus dikeluarkannya? Sekedar untuk ilustrasi agar kita semakin ‘berkeinginan’ untuk pergi melakukan ibadah haji, kita hitung berapa besarnya biaya hidup untuk mencapai pahala tanah suci.
Misal, untuk biaya hidup di Indonesia kita ambil biaya rata-rata perhari : Rp. 15.000,-( lima betas ribu rupiah ). Dengan rincian : untuk keperluan makan pagi, makan siang dan makan malam, plus lain-lain : @ Rp.5000,- Maka untuk mendapatkan pahala seperti di tanah Haram selama 40 hari, besarnya biaya yang harus dikeluarkan, adalah :
3.010.000 hari X Rp. 15.000,- =
Rp 45.150.000.000,- ( 45,15 Milyar )
Sungguh luar biasa! Andaikata saat ini pengeluaran untuk ONH, dan lain-lain, mencapai tiga puluh juta rupiah, sungguh nilai itu amat sangat kecil jika dibandingkan dengan pahala yang akan dicapainya. Sebab seolah-olah ia mendapatkan uang sebesar empat puluh lima milyar rupiah lebih. Itu adalah nilai minimal, dengan anggapan bahwa biaya per hari sebesar lima belas ribu rupiah.
Kalaulah ada seseorang yang punya uang sebesar empat puluh lima milyar rupiah, iapun tidak akan bisa mencapai pahala seperti di tanah suci. Sebab pahala shalat tidak bisa dirangkap. Shalat subuh tidak mungkin bisa dirangkap dengan waktu subuh berikutnya. dst. Artinya seseorang harus mampu hidup selama 3.010.000 hari atau sekitar 8.361 (delapan ribu tiga ratus enampuluh satu tahun). Dan tentu hal itu mustahil dilakukannya.
Itu semua kalau ibadah haji dikaitkan dengan pahala. Padahal yang lebih besar dari ‘sekedar pahala adalah thajjan mabruura' yaitu haji yang diterima oleh Allah Swt. Karena tak ada balasan bagi haji yang diterima, kecuali surga, yang keindahannya tak pernah terbayangkan sebelumnya...
Aku sediakan bagi hamba-hambaKu yang shalih, sesuatu yang belum pernah terlihat oleh mata, belum pernah terdengar oleh telinga, dan belum pernah terlintas dalam hati...
(Hadits Qudsi, Bukhan; Muslim)
Mudah-mudahan dengan mengetahuinya perhitungan sederhana tentang pahala haji tersebut, banyak di antara pembaca yang semakin rindu untuk pergi ke tanah suci....bukan sekedar karena pahalanya,...tetapi karena kerinduannya ingin `bertemu' dengan Allah Swt, Pemilik Alam Raya
0 comments:
Post a Comment