Dalam peristiwa kecelakaan terbakarnya pesawat Garuda GA 200 di lapangan terbang Adisucipto Yogyakarta tanggal 7 Maret 2007 jam 7.00 pagi, telah meninggal dunia, teman baik saya Prof Dr Koesnadi Hardjasoemantri. Beliau lahir tanggal 9 Desember 1926 di Manon Jaya Tasikmalaya, jadi pada bulan Desember tahun kemarin, beliau baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke 80. Dizaman Jepang dan awal Revolusi, beliau menamatkan Sekolah Lanjutan Atasnya yang bernama SMT (Sekolah Menengah Tinggi) bertempat dibekas gedung Kanisius. Tahun 50-an, ikut kuliah di Universitas Gajah Mada, Fakultas Hukum dan berhasil lulus pada tahun 1964. Predikat Doktor dibidang Sosiologi didapat dari Rijks Universiteit Leiden, ilmu lingkungan dari IPB dan UNPAD. Sejumlah jabatan pernah diembannya. Mulai sebagai dosen UGM sampai menjabat Rektor. Juga pernah menjabat Direktur Pendidikan Tinggi Dep.Dik.Bud, atase kebudayaan pada kedutaan Besar Indonesia di Den Haag Belanda, Sekretaris menteri Negara Lingkungan Hidup. Sampai akhir hayatnya beliau tetap mengajar diberbagai Universitas di Yogyakarta maupun di Jakarta. Itulah sebabnya naik pesawat terbang Jakarta-Yogyakarta bagaikan bagian dari kehidupan mingguannya.
Rasanya masih seperti bertemu kemarin, padahal pertemuannya saya dengan beliau yang terahir, terjadi pada acara Seminar di Hotel Milenium tahun 2006. Saat itu beliau menyampaikan makalahnya soal PTM (Pengerahan Tenaga Mahasiswa) pada tahun 50-an. Dimana saat itu Pemerintah belum dapat mencukupi tenaga guru SMA. Maka atas usaha Pak Kusnadi dan beberapa Mahasiswa UGM, diberangkatkanlah sejumlah mahasiswa ke seluruh Indonesia sebagai pengajar diluar Jawa. pak Kusnadi sendiri ikut mengajar di SMA di Kupang, NTT. Tidak banyak yang tahu bahwa, Pak Kusnadi adalah anggota PT.TKR (Polisi Tentara Keaman rakyat) pada zaman Revolusi, dengan pangkat letnan. Wilayah penugasannya adalah Sukabumi-Cianjur. Pada suatu hari, beliau ditugaskan Let.Kol Alex Kawilarang untuk mengantar 2 karung emas permata hasi rampasan Jepang yang sempat dikuburkan di kebun karet. Maka setelah harta itu disita pihak TKR, kepada Pak Kusnadi dan seorang temannya diperintahkan untuk diantarkan kepada Kementerian Keuangan di Yogyakarta. Namun ketika tiba di Yogya, kembali dua karung barang berharga itu harus dibawa ke Purworejo, tempat kementerian itu berada. Selama Revolusi, Pak kusnadi bergabung dengan TP (Tentara Pelajar) Yogya. Diantara teman-temannya adalah Radius Prawiro dan Nugroho Notosutanto. Setelah tahun 1948, beliau ditugaskan di Wherkreise didaerah Pekalongan - Tegal - Brebes. Pada suatu hari terjadi serangan Belanda secara mendadak. Pak Kusnadi berlari lewat pintu belakang, tapi sungguh kaget karena disitu sudah muncul sejumlah tentara Belanda. Maka dia berbalik arah untu melarikan diri kearah lain. Sungguh sangat ajaib, hanya berjarak 5 meter, tapi si Belanda tidak menembaknya. Salah satu kemungkian karena melihat tubuhnya yang kecil yang menggunakan celana pendek sehingga dikira anak kecil. Padahal sebagai perwira, Pak Kusnadi pernah diminta untuk menjabat Camat, menggantikan Camat lama yang didaulat rakyat. Pak Kusnadi adalah anggota Veteran yang mendapat "Bintang Gerilya" karena jasanya dalam perjuangan Perang kemerdekaan. Selamat jalan Prof...Jasamu tidak akan kami lupakan.
0 comments:
Post a Comment