Setelah membahas tema dan alur, sekarang kita bahas mengenai gaya bahasa. Dalam menulis cerpen, gaya bahasa juga termasuk unsur yang penting. Gaya bahasa yang menggunakan kata-kata gaul ala ABG tentunya hanya cocok untuk cerpen remaja. Sedangkan gaya bahasa yang lebih halus, teratur dan dewasa lebih sesuai untuk cerpen yang ditujukan buat umum.
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman saya, ada beberapa majalah yang sangat memerhatikan kata-kata seperti : GAK, ENGGAK DAN TIDAK.
Saya pernah mengirimkan cerpen ke majalah remaja dan dalam cerpen itu banyak menggunakan kata 'GAK'. Ketika cerpen itu dimuat, kata "GAK" direvisi oleh editor menjadi ENGGAK. Lalu, ada juga kata "PENGEN" dirubah menjadi PENGIN.
Namun ada pula, majalah remaja yang tidak mempersoalkan kata GAK DAN PENGEN.
Jadi, gaya bahasa ini memang masalah selera. Walau demikian tetap penting dan menjadi salah satu faktor lolos tidaknya sebuah cerpen untuk dipublish.
Cerpen yang baik adalah cerpen yang gaya bahasanya mengalir dan enak dibaca. Memang tidak mudah membuat cerpen dengan gaya bahasa seperti itu. Perlu latihan dan banyaaaak MEMBACA karya orang lain. Cuma itu resep paling jitu.
Setiap kali membaca cerpen/novel saya pasti memerhatikan gaya bahasa si penulis. Dan...tanpa disadari saya sering terpengaruh oleh gaya bahasa penulis favorit saya yang kebetulan seirama dengan gaya bahasa di cerpen-cerpen saya.
Banyak yang bilang, saya lebih cocok menulis dengan gaya bahasa lincah. Benar atau tidak, hanya pembaca yang bisa menilai.
Nah, bagaimana dengan gaya bahasa kamu? Hanya kamu yang tahu. Yang penting, terus berlatih menulis dan temukan gayamu sendiri.
0 comments:
Post a Comment