Akhir-akhir ini kita semua dibuat gerah oleh kasus perceraian para selebriti. Yang terakhir adalah kasus KD-Anang. Aku sebenarnya bukan orang yang demen mengikuti gosip selebriti, namun tak urung sebuah pertanyaan muncul di benakku: mengapa makin hari makin banyak kasus perceraian? Nah..ini analisaku, bisa benar bisa salah. Namanya juga analisa...
Ada dua masalah mendasar menurutku,
Pertama, perkawinan sudah kurang dianggap sakral di jaman modern, sehingga orang dengan begitu gampang memutuskan untuk ‘nyemplung’ pada sebuah mahligai pernikahan ketika jatuh cinta pada lawan jenisnya. Tanpa mempertimbangkan masa depan, keluarga, persamaan dan perbedaan karakter dan pandangan. Lalu, ketika dirasa ada perbedaan, dengan gampangnya ikatan perkawinan, yang notabene telah disatukan di hadapan Tuhan, begitu saja diputuskan. Perkawinan hanya sebuah ikatan di atas selembar kertas, sama seperti kontrak kerja. Dapat diputus sewaktu-waktu....
Kedua, ego manusia sudah semakin melambung tinggi. Kalau dipikir-pikir, dari dulu hingga kini pasti dalam sebuah perkawinan ada perbedaan. Karena dua orang yang berbeda latar belakang, karakter, dll. harus disatukan. Tentu akan ada perbedaan pandangan dan gesekan sehari-hari. Tapi kenapa kasus perceraian mengemuka di jaman ini? Apa yang terjadi dengan para nenek moyang kita dulu?
Menurutku karena ego manusia semakin lepas kendali. Saking tingginya, hingga akhirnya ego itu mengalahkan sebuah komitmen, bahkan mengalahkan cinta yang tulus. Manusia semakin ingin semua kebutuhannya dipenuhi, semua kemauannya dituruti. Kesempurnaan semakin jadi tuntutan. Padahal, dalam hidup, baik dulu maupun kini, takkan pernah ada kesempurnaan. Hidup adalah hidup, yang harus dijalani hari demi hari. Bagaikan air yang mengalir, yang ketika melewati palung akan menjadi air yang tenang, namun saat jatuh ke ngarai akan menjadi air terjun yang deras. Namun, air tetaplah air, yang akan terus mengalir.
Semua hal dalam hidup ada konsekuensinya, dan kita harus menghadapinya kalau kita mau terus mengarungi hidup dengan selamat. Kalau kita memilih untuk menikah, maka konsekuensinya kita harus mau dan mampu menciptakan kompromi. Tapi kalau kita menolak untuk kompromi, janganlah menikah! (semoga gak ada pengacara khusus perceraian yang membaca kalimat terakhir tadi..). Itulah konsekuensi, dan seharusnya setiap manusia dewasa mampu memahaminya. Hidup ini memang sulit ya? Yah...siapa juga yang bilang gampang??
Ditulis oleh: Fanda
Ada dua masalah mendasar menurutku,
Pertama, perkawinan sudah kurang dianggap sakral di jaman modern, sehingga orang dengan begitu gampang memutuskan untuk ‘nyemplung’ pada sebuah mahligai pernikahan ketika jatuh cinta pada lawan jenisnya. Tanpa mempertimbangkan masa depan, keluarga, persamaan dan perbedaan karakter dan pandangan. Lalu, ketika dirasa ada perbedaan, dengan gampangnya ikatan perkawinan, yang notabene telah disatukan di hadapan Tuhan, begitu saja diputuskan. Perkawinan hanya sebuah ikatan di atas selembar kertas, sama seperti kontrak kerja. Dapat diputus sewaktu-waktu....
Kedua, ego manusia sudah semakin melambung tinggi. Kalau dipikir-pikir, dari dulu hingga kini pasti dalam sebuah perkawinan ada perbedaan. Karena dua orang yang berbeda latar belakang, karakter, dll. harus disatukan. Tentu akan ada perbedaan pandangan dan gesekan sehari-hari. Tapi kenapa kasus perceraian mengemuka di jaman ini? Apa yang terjadi dengan para nenek moyang kita dulu?
Menurutku karena ego manusia semakin lepas kendali. Saking tingginya, hingga akhirnya ego itu mengalahkan sebuah komitmen, bahkan mengalahkan cinta yang tulus. Manusia semakin ingin semua kebutuhannya dipenuhi, semua kemauannya dituruti. Kesempurnaan semakin jadi tuntutan. Padahal, dalam hidup, baik dulu maupun kini, takkan pernah ada kesempurnaan. Hidup adalah hidup, yang harus dijalani hari demi hari. Bagaikan air yang mengalir, yang ketika melewati palung akan menjadi air yang tenang, namun saat jatuh ke ngarai akan menjadi air terjun yang deras. Namun, air tetaplah air, yang akan terus mengalir.
Semua hal dalam hidup ada konsekuensinya, dan kita harus menghadapinya kalau kita mau terus mengarungi hidup dengan selamat. Kalau kita memilih untuk menikah, maka konsekuensinya kita harus mau dan mampu menciptakan kompromi. Tapi kalau kita menolak untuk kompromi, janganlah menikah! (semoga gak ada pengacara khusus perceraian yang membaca kalimat terakhir tadi..). Itulah konsekuensi, dan seharusnya setiap manusia dewasa mampu memahaminya. Hidup ini memang sulit ya? Yah...siapa juga yang bilang gampang??
Ditulis oleh: Fanda
0 comments:
Post a Comment