Prakata : Cerpen karya Distiwan ini sebenarnya tidak jelek. Kalimat dan gaya bahasanya sudah lumayan. Hanya saja, penggunaan tanda baca dan huruf besar masih banyak yang salah. Coba ingat lagi pelajaran Bahasa Indonesia waktu sekolah dulu. Kata awal selalu huruf besar ‘kan?
Setelah saya baca lebih lanjut, saya sempat bingung. Lho, ceritanya hanya begini saja? Tidak ada kelanjutan. Kok, nanggung ya? Pesan yang ingin disampaikan kepada pembaca juga tidak ada?
Buat Distiwan, banyak berlatih menulis cerpen dan membaca cerpen-cerpen yang ada di media cetak agar kamu tahu seperti apa cerpen yang bagus. Semangat ya..jangan pernah menyerah.
Nah, buat para murid, silakan menikmati cerpen ini.
Dengan semangat menggebu-gebu Tania berangkat menuju kampusnya. Hari ini adalah hari pengambilan jadwal KRS yang tentunya akan ditempuh pada semester kali ini yaitu semester ganjil.
“Masih jam 8 kurang “ kata Tania sambil melihat arloginya.
“Reni, kemana sih? Kok belum datang-datang? Mana kampus masih sepi lagi, “ tambahnya seraya mengambil handphone dari dalam saku dan segera mengetikkan SMS untuk Reni.
Lima belas menit berlalu namun Reni masih belum menampakkan batang hidungnya juga. Tania pun memutuskan untuk menunggu Reni di Lab Internet, tempat mereka biasanya menyusun KRS.
“Hai, Tan!“ sapa Reni yang tiba-tiba muncul di belakang Tania.
“Akhirnya kamu datang juga. Aku udah nunggu dari tadi neh. Yuk, masuk Lab. “ ajak Tania.
Mereka pun segera memasuki Lab Internet. Suasana ruangan tersebut masih sangat sepi, hanya petugas Lab saja yang berada disana, sedangkan mahasiswa lainnya belum nampak satu orang pun. Tania dan Reni segera meletakkan tas di rak tas, kemudian mengambil kartu Lab masing-masing dan menyerahkannya kepada petugas untuk dicap serta tak lupa pula menuliskan nama di buku pengunjung Lab. Kemudian mereka mengambil tempat duduk di depan agar lebih
nyaman.
Jam dinding masih menunjukkan pukul 08.15 pagi sehingga mereka belum membuka alamat untuk menyusun KRS. Saking asyiknya berinternet Ria, tanpa sadar ruangan Lab sudah dipenuhi mahasiswa yang lain, yang juga ingin menyusun KRS. Tanpa sengaja Tania melihat bahwa mahasiswa lain sudah mulai sibuk menginput mata kuliah yang akan diambil pada semester ini, padahal sekarang belum jam 09.00 ( waktu seharusnya mereka menyusun KRS).
“Ren, mereka udah bisa ngisi KRS loh! “seru Tania panik, namun Reni dengan tenangnya membuka alamat website untuk menyusun KRS.
Wajah Tania mulai panik karena takut tidak kebagian SKS, dia pun dengan terburu-buru membuka alamat websitenya. Menginput username serta password yang telah diberikan sebelumnya.
Dengan perasaan tidak karuan dia mulai mencentang mata kuliah yang telah ditentukan kemarin untuk diambil semester ini. Namun ketika dia menekan tombol “proses”, sebuah pesan pemberitahuan muncul bahwa “ maaf mata kuliah yang anda inputkan sudah penuh”.
Tanpa putus asa Tania pun mencoba sekali lagi, dengan memilih mata kuliah yang masih tersedia. Namun hal serupa terjadi lagi, mata kuliah yang hendak diambilnya ternyata sudah penuh. Dia pun mencoba lagi namun hasilnya tetap sama.
Tania mulai putus asa, dia pun segera mencentang satu mata kuliah yang dianggap paling penting pada semester ini. “Aha! Akhirnya berhasil juga,“ Kata Tania dalam hati. Dia pun melanjutkan untuk menginput mata kuliah lainnya, namun jadwal yang dia susun kemarin ternyata sudah banyak yang kosong.
Dengan berat hati Tania pun mencentang mata kuliah yang sejenis namun berbeda dosen serta jadwalnya.
“Kamu udah selesai ? “ Tanya Reni yang duduk disamping Tania dan telah selesai menyusun KRSnya.
“Aku belum selesai, Ren. “ Jawab Tania dengan lesu.
Reni pun membantu sahabatnya itu dengan tenang. Dicocokinya jadwal yang dia ambil dengan jadwal Tania.
“Tan, kamu belum ambil PSPL, ya ?!“ seru Reni yang sedang memperhatikan jadwal PSPL Tania yang masih kosong.
“Aku udah ambil kok. “ Jawab Tania, namun ketika dia melihat jadwal yang telah diambilnya, ternyata jadwal PSPL belum ada disana.
“Waduh, kok bisa tidak ada sih? “ Tanya Tania pada dirinya sendiri Terang saja karena mata kuliah tersebut termasuk mata kuliah yang hampir setara dengan skripsi namun bisa dibilang masih setengahnya, dan kita harus memilih sendiri dosen wali yang akan membimbing kita dalam pembuatan proyek yang akan kita buat nanti.
Di tengah kepanikan Tania, tiba-tiba seorang mahasiswa yang duduk disebelahnya bertanya padanya :
“Mbak, ini kenapa? “ Tanya mahasiswa tersebut. Namun Tania masih panik dengan KRSnya yang masih belum kelar, sehingga dia bingung harus mendahulukan yang mana, menjelaskan tentang pertanyaan mahasiswa tersebut yang ternyata masih angkatan baru atau segera memperbaiki KRSnya. Reni yang melihat sahabatnya sedang kebingungan segera menyela.
“Sini, aku yang bantu nyusun KRS-mu. “ katanya. Tania yang sudah sedikit agak tenang dengan pertolongan Reni akhirnya menjelaskan kepada mahasiswa baru tadi, bahwa masalah yang dihadapinya terjadi karena kelas yang diambilnya ternyata sudah penuh sehingga dia harus menyusun KRSnya dari awal lagi, dengan mengambil mata kuliah tersebut dengan kelas yang lain.
“Wah, dosen pembimbing PSPLnya yang sama dengan aku sudah habis, Tan. Terus kamu pilih yang mana? “ tanya Reni tiba-tiba.
“Waduh, berarti kita misah donk ? “ Tania balik bertanya. “Yaa.. mau gimana lagi, dari pada kamu tidak ambil PSPL. “ Kata Reni mengingatkan.
Akhirnya Tania pun memutuskan untuk memilih dosen yang disenanginya untuk jadi pembimbing PSPL. Dia pun menarik nafas lega karena mata kuliah yang dianggap paling berpengaruh sudah diambilnya. Kini dia tinggal menambahi jumlah SKS dengan mata kuliah lainnya dan tentu saja dengan bantuan Reni. Satu persatu mata kuliah dicentangnya dan akhirnya kini SKS yang diambilnya telah mencapai 21 SKS, dia pun mengecek jadwal tersebut agar tidak bentrok dengan jadwal lainnya.
Ternyata tidak ada jadwal yang bentrok, penyusunan KRS yang melelahkan ini pun berakhir. Walau pun semester ini Tania akan berbeda beberapa mata kuliah dengan Reni, bahkan dosen pembimbing PSPL juga berbeda, namun dia tetap merasa bersyukur karena ketakutannya yang menduga bahwa pada semester ini dia akan kehabisan mata kuliah tidak terjadi, jumlah SKS yang ingin diambilnya pun terpenuhi. Yaa walau pun agak berbeda dengan jadwal yang disusun sebelumnya. Dia pun sadar bahwa kalau tidak ada Reni saat itu, dia mungkin tidak akan dapat menyusun KRS dengan lancar.
0 comments:
Post a Comment