Ketika Fanny menulis tentang Caddy, aku jadi punya ide untuk menulis tentang sebuah profesi lainnya yaitu Sekretaris. Ada kesamaan antara Caddy dan Sekretaris. Keduanya adalah profesi yang banyak digeluti oleh wanita (meski pria juga ada), dan keduanya juga kerap memiliki image yang agak miring di masyarakat.
Kebetulan menjadi seorang sekretaris sudah menjadi keinginanku ketika di akhir SMA. Saat itu ada beberapa orang (kebanyakan ibu-ibu tetangga) yang bertanya pada mamaku:
Ibu A : ‘Fanda mau ngelanjutin kuliah di mana?’
Mama: ‘Di jurusan Sekretaris’
Ibu A : ‘Waduh, kalo bisa jangan jadi Sekretaris deh..’
Mama: ‘Loh kenapa?’
Ibu A : ‘Kan Sekretaris itu sering dicap miring, bukan pekerjaan yang baik buat anak perempuan’
Adegan itu terjadi kira-kira 20 tahun-an yang lalu, entah bagaimana di jaman sekarang.
Sekretaris itu adalah orang yang membantu atasannya dalam menjalankan tugasnya. Daftar tugasnya bisa bermacam-macam tergantung tugas sang atasan sendiri. Kalau sang atasan adalah seorang Direktur, tugas Sekretaris akan makin beragam, contohnya sesuai dengan pengalamanku pribadi:
Mengatur perjalanan sang Direktur saat dinas keluar kota: booking pesawat dan hotel, mengatur tempat untuk meeting bila dibutuhkan, membuatkan janji pertemuan dengan client (kadang bahkan mengatur waktunya juga), dll.
Menerima semua telpon/surat/fax masuk untuk sang Direktur, dan menyortir mana yang bersifat penting, sangat penting, dan tidak penting. Karena sang Direktur jadwalnya padat, seorang Sekretaris harus pandai-pandai menentukan mana hal yang harus dikabarkan pada beliau saat itu juga, mana yang bisa ditunda hingga beliau sudah tidak sibuk.
Membuatkan surat/laporan/presentasi yang dibutuhkan Direktur. Kadang-kadang kalau Sekretaris itu sudah hapal seluk beluk bisnis perusahaan itu, ia juga diminta membuat sendiri presentasi (tanpa arahan dari sang Direktur).
Bila ada tamu penting untuk Direktur, Sekretaris yang mengurus pemesanan hotelnya, minuman/snack yang harus dihidangkan. Kadang saat OB tidak masuk, aku bahkan harus ke dapur untuk membuatkan dan menghidangkan kopi!
Saat Idul Fitri/Natal/Imlek, dan Direktur ingin memberikan bingkisan kepada clientnya maka tugas Sekretaris lah untuk mencarikan, memesankan, bahkan kadang juga ikut membungkus atau menghias kalau bingkisan itu berupa barang.
Tak jarang urusan pribadi sang Direktur juga akan dikerjakan oleh Sekretaris. Misalnya pada saat tahun ajaran baru anaknya baru dibelikan buku, maka Sekretaris bisa saja dimintai tolong untuk menyampulkan semua bukunya…
Kesimpulannya,
1. Karena tugas Sekretaris itu bisa dari A hingga Z, maka dibutuhkan seseorang dengan inisiatif yang tinggi serta mau terus menerus belajar, untuk menjalani profesi ini.
2. Karena Sekretaris biasanya cewek sedang Direktur kebanyakan cowok, ditambah lagi dengan kerjasama yang erat antara keduanya, membuat profesi Sekretaris sering dicap miring oleh masyarakat. Memang, ada juga Sekretaris yang akhirnya menjadi wanita simpanan bosnya, tapi itu kan hanya segelintir dari banyak wanita yang berprofesi jadi Sekretaris?
Pada akhirnya, kembali pada masing-masing individu untuk menjalaninya. Yang jelas, saat itu aku justru tertantang untuk membuktikan bahwa Sekretaris adalah pekerjaan yang baik dan sekaligus ingin membuktikan pada si ibu itu bahwa aku akan menjadi Sekretaris yang baik pada suatu hari. Alasan lainnya adalah karena masa studi yang hanya 3 tahun (D3), dengan lebih banyak praktek daripada teori, serta gaji rata-rata untuk fresh graduate yang lumayan tinggi, membuat aku sreg untuk masuk ke jurusan Kesekretariatan untuk kemudian menapaki karir sebagai Sekretaris.
Ditulis oleh: Fanda
Kebetulan menjadi seorang sekretaris sudah menjadi keinginanku ketika di akhir SMA. Saat itu ada beberapa orang (kebanyakan ibu-ibu tetangga) yang bertanya pada mamaku:
Ibu A : ‘Fanda mau ngelanjutin kuliah di mana?’
Mama: ‘Di jurusan Sekretaris’
Ibu A : ‘Waduh, kalo bisa jangan jadi Sekretaris deh..’
Mama: ‘Loh kenapa?’
Ibu A : ‘Kan Sekretaris itu sering dicap miring, bukan pekerjaan yang baik buat anak perempuan’
Adegan itu terjadi kira-kira 20 tahun-an yang lalu, entah bagaimana di jaman sekarang.
Sekretaris itu adalah orang yang membantu atasannya dalam menjalankan tugasnya. Daftar tugasnya bisa bermacam-macam tergantung tugas sang atasan sendiri. Kalau sang atasan adalah seorang Direktur, tugas Sekretaris akan makin beragam, contohnya sesuai dengan pengalamanku pribadi:
Mengatur perjalanan sang Direktur saat dinas keluar kota: booking pesawat dan hotel, mengatur tempat untuk meeting bila dibutuhkan, membuatkan janji pertemuan dengan client (kadang bahkan mengatur waktunya juga), dll.
Menerima semua telpon/surat/fax masuk untuk sang Direktur, dan menyortir mana yang bersifat penting, sangat penting, dan tidak penting. Karena sang Direktur jadwalnya padat, seorang Sekretaris harus pandai-pandai menentukan mana hal yang harus dikabarkan pada beliau saat itu juga, mana yang bisa ditunda hingga beliau sudah tidak sibuk.
Membuatkan surat/laporan/presentasi yang dibutuhkan Direktur. Kadang-kadang kalau Sekretaris itu sudah hapal seluk beluk bisnis perusahaan itu, ia juga diminta membuat sendiri presentasi (tanpa arahan dari sang Direktur).
Bila ada tamu penting untuk Direktur, Sekretaris yang mengurus pemesanan hotelnya, minuman/snack yang harus dihidangkan. Kadang saat OB tidak masuk, aku bahkan harus ke dapur untuk membuatkan dan menghidangkan kopi!
Saat Idul Fitri/Natal/Imlek, dan Direktur ingin memberikan bingkisan kepada clientnya maka tugas Sekretaris lah untuk mencarikan, memesankan, bahkan kadang juga ikut membungkus atau menghias kalau bingkisan itu berupa barang.
Tak jarang urusan pribadi sang Direktur juga akan dikerjakan oleh Sekretaris. Misalnya pada saat tahun ajaran baru anaknya baru dibelikan buku, maka Sekretaris bisa saja dimintai tolong untuk menyampulkan semua bukunya…
Kesimpulannya,
1. Karena tugas Sekretaris itu bisa dari A hingga Z, maka dibutuhkan seseorang dengan inisiatif yang tinggi serta mau terus menerus belajar, untuk menjalani profesi ini.
2. Karena Sekretaris biasanya cewek sedang Direktur kebanyakan cowok, ditambah lagi dengan kerjasama yang erat antara keduanya, membuat profesi Sekretaris sering dicap miring oleh masyarakat. Memang, ada juga Sekretaris yang akhirnya menjadi wanita simpanan bosnya, tapi itu kan hanya segelintir dari banyak wanita yang berprofesi jadi Sekretaris?
Pada akhirnya, kembali pada masing-masing individu untuk menjalaninya. Yang jelas, saat itu aku justru tertantang untuk membuktikan bahwa Sekretaris adalah pekerjaan yang baik dan sekaligus ingin membuktikan pada si ibu itu bahwa aku akan menjadi Sekretaris yang baik pada suatu hari. Alasan lainnya adalah karena masa studi yang hanya 3 tahun (D3), dengan lebih banyak praktek daripada teori, serta gaji rata-rata untuk fresh graduate yang lumayan tinggi, membuat aku sreg untuk masuk ke jurusan Kesekretariatan untuk kemudian menapaki karir sebagai Sekretaris.
Ditulis oleh: Fanda
0 comments:
Post a Comment