Semua hal di dunia ini pasti memiliki sisi positif juga sisi negatif (setuju kan?). Aku juga yakin semua yang membaca blog ini pasti adalah makhluk-makhluk yang sudah tak asing lagi dengan media internet. Kita jelas banyak mendapatkan kemudahan dan manfaat dengan adanya internet, yang tak perlu lagi disebut-sebut di sini. Tapi, bagaimana dengan sisi buruknya?
Salah satu yang aku mau ulas saat ini adalah semakin terjajahnya privasi kita ketika kita semakin banyak berinteraksi dengan internet. Mau tau contohnya? Salah seorang sahabatku yang seorang pengusaha pernah meminta bantuanku. Ceritanya, sahabatku ini sedang membutuhkan staf di kantornya, lalu seorang kawannya merekomendasikan seorang cewek untuk lowongan itu. Sahabatku itu lantas meminta bantuanku untuk mengecek di internet tentang si calon. “Cari saja profilenya di Friendster!”, begitu pintanya (waktu itu masih jamannya Friendster).
Sesuai sarannya, aku buka saja Google dan kuketikkan nama lengkap cewek itu, dan…voila…terpampanglah foto dan profile lengkapnya yang ia upload di Friendster. Aku jadi bisa mempelajari karakter dasar cewek itu dari celotehannya di status, teman-temannya, komentar teman-temannya, posenya di foto-foto, dll. Akhirnya aku memberikan laporan ke sahabatku: “Kayaknya cewek itu ga cocok untuk bekerja denganmu.” Maklum sahabatku orangnya agak introvert dan senang bekerja sendirian, pasti cewek itu takkan sesuai dengan keinginanku sahabatku.
Bisa ditebak, awal karir sang cewek pun berakhir bahkan sebelum wawancara, berkat adanya internet! Setelah itu, setiap kali perusahaanku yang dulu mengadakan rekrutmen karyawan, aku kebagian tugas men’screening’ profil pelamar lewat internet. Dan cara itu cukup efektif untuk paling tidak menyeleksi awal. Bila pelamar pernah atau sering menulis artikel yang diterbitkan di internet, itu akan mempermudah screening.
Jadi…jelas kan bahwa internet membuat privasi kita makin terjajah? Kalo dulu orang lain akan dapat mengenal kita setelah proses berkenalan langsung, kalo sekarang para blogger langsung bisa dinilai karakternya oleh seantero nusantara yang belum pernah sekalipun bertemu langsung!
Ada juga kasus yang lucu di Yahoo hari ini. Yakni kisah cewek yang ditolak klaim asuransinya gara-gara Facebook. Ceritanya si cewek yang bekerja di Microsoft mengajukan cuti karena menderita depresi berat. Karena di-cover oleh asuransi, si cewek mengajukan klaim agar tetap mendapat kompensasi karena sakit. Namun, betapa kecewanya ia kala asuransi menolak memberikan kompensasinya. Gara-garanya? Seorang agen asuransi itu menemukan foto-foto si cewek yang lagi bersenang-senang pada liburan musim panas, dan ketika sedang dugem di bar. Nah lo….!!
Tak penting untuk membahas di sini etis atau tidaknya mengangkat foto-foto pribadi menjadi bukti asuransi, namun fakta bahwa jika kita tak hati-hati mengumbar emosi dan kenarsisan kita, bukan tak mungkin hal-hal yang seharusnya tak ingin kita ungkap, tetap akan terekspos pada dunia tanpa kita sadari. Berlibur musim panas memang tidak salah, tapi kalau karena liburan itu, kita jadi kesulitan untuk memperoleh hak kita, berarti keterbukaan internet menjadi tidak menyenangkan lagi kan?
Moga-moga setelah ini kita akan lebih sadar dan waspada lagi untuk menorehkan jejak di internet, baik itu tulisan, komentar ataupun foto. Buat yang suka ngegosipin bos atau rekan kerja, pacar atau keluarga, mungkin harus lebih mengerem hobbynya itu. Banyak yang bilang blog itu versi canggihnya diary. Padahal blog dan diary banyak sekali perbedaannya, meski ada persamaannya yaitu tempat curahan hati seseorang. Curhat kita dalam diary bisa kita pertahankan untuk tak dapat dibaca orang lain, dengan menyimpan rapat-rapat diary kita (kalaupun sampai diambil orang lain, paling-paling orang yang dekat dengan kita). Tapi blog sifatnya universal. Dan thanks to Google, mencari jejak kita jadi begitu mudahnya. Tinggal menuliskan nama saja, semua orang mempunyai kesempatan untuk meneliti jejak kita satu persatu!
Jadi….hati-hati aja setiap kali mengekspos sesuatu di internet ya, pikirkan resiko apa yang kira-kira terjadi kalo anda melakukannya?
Ditulis oleh: Fanda
Salah satu yang aku mau ulas saat ini adalah semakin terjajahnya privasi kita ketika kita semakin banyak berinteraksi dengan internet. Mau tau contohnya? Salah seorang sahabatku yang seorang pengusaha pernah meminta bantuanku. Ceritanya, sahabatku ini sedang membutuhkan staf di kantornya, lalu seorang kawannya merekomendasikan seorang cewek untuk lowongan itu. Sahabatku itu lantas meminta bantuanku untuk mengecek di internet tentang si calon. “Cari saja profilenya di Friendster!”, begitu pintanya (waktu itu masih jamannya Friendster).
Sesuai sarannya, aku buka saja Google dan kuketikkan nama lengkap cewek itu, dan…voila…terpampanglah foto dan profile lengkapnya yang ia upload di Friendster. Aku jadi bisa mempelajari karakter dasar cewek itu dari celotehannya di status, teman-temannya, komentar teman-temannya, posenya di foto-foto, dll. Akhirnya aku memberikan laporan ke sahabatku: “Kayaknya cewek itu ga cocok untuk bekerja denganmu.” Maklum sahabatku orangnya agak introvert dan senang bekerja sendirian, pasti cewek itu takkan sesuai dengan keinginanku sahabatku.
Bisa ditebak, awal karir sang cewek pun berakhir bahkan sebelum wawancara, berkat adanya internet! Setelah itu, setiap kali perusahaanku yang dulu mengadakan rekrutmen karyawan, aku kebagian tugas men’screening’ profil pelamar lewat internet. Dan cara itu cukup efektif untuk paling tidak menyeleksi awal. Bila pelamar pernah atau sering menulis artikel yang diterbitkan di internet, itu akan mempermudah screening.
Jadi…jelas kan bahwa internet membuat privasi kita makin terjajah? Kalo dulu orang lain akan dapat mengenal kita setelah proses berkenalan langsung, kalo sekarang para blogger langsung bisa dinilai karakternya oleh seantero nusantara yang belum pernah sekalipun bertemu langsung!
Ada juga kasus yang lucu di Yahoo hari ini. Yakni kisah cewek yang ditolak klaim asuransinya gara-gara Facebook. Ceritanya si cewek yang bekerja di Microsoft mengajukan cuti karena menderita depresi berat. Karena di-cover oleh asuransi, si cewek mengajukan klaim agar tetap mendapat kompensasi karena sakit. Namun, betapa kecewanya ia kala asuransi menolak memberikan kompensasinya. Gara-garanya? Seorang agen asuransi itu menemukan foto-foto si cewek yang lagi bersenang-senang pada liburan musim panas, dan ketika sedang dugem di bar. Nah lo….!!
Tak penting untuk membahas di sini etis atau tidaknya mengangkat foto-foto pribadi menjadi bukti asuransi, namun fakta bahwa jika kita tak hati-hati mengumbar emosi dan kenarsisan kita, bukan tak mungkin hal-hal yang seharusnya tak ingin kita ungkap, tetap akan terekspos pada dunia tanpa kita sadari. Berlibur musim panas memang tidak salah, tapi kalau karena liburan itu, kita jadi kesulitan untuk memperoleh hak kita, berarti keterbukaan internet menjadi tidak menyenangkan lagi kan?
Moga-moga setelah ini kita akan lebih sadar dan waspada lagi untuk menorehkan jejak di internet, baik itu tulisan, komentar ataupun foto. Buat yang suka ngegosipin bos atau rekan kerja, pacar atau keluarga, mungkin harus lebih mengerem hobbynya itu. Banyak yang bilang blog itu versi canggihnya diary. Padahal blog dan diary banyak sekali perbedaannya, meski ada persamaannya yaitu tempat curahan hati seseorang. Curhat kita dalam diary bisa kita pertahankan untuk tak dapat dibaca orang lain, dengan menyimpan rapat-rapat diary kita (kalaupun sampai diambil orang lain, paling-paling orang yang dekat dengan kita). Tapi blog sifatnya universal. Dan thanks to Google, mencari jejak kita jadi begitu mudahnya. Tinggal menuliskan nama saja, semua orang mempunyai kesempatan untuk meneliti jejak kita satu persatu!
Jadi….hati-hati aja setiap kali mengekspos sesuatu di internet ya, pikirkan resiko apa yang kira-kira terjadi kalo anda melakukannya?
Ditulis oleh: Fanda
0 comments:
Post a Comment