Wednesday, March 31, 2010

April Mop Terindah (karya Wulan Sari)

Prakata : Cerpen ini adalah karya WULAN SARI. Good! Cerpennya cukup menarik. Pas banget kalau dikirim ke majalah remaja. Hanya saja, terlalu banyak kata-kata yang disingkat seperti : Sebentar jadi Bentar. Elo jadi lo.

Memang sih untuk kategori cerpen remaja, sah-sah aja memakai kata-kata yang disingkat seperti itu. Tetapi, berdasarkan pengalaman, kata-kata yang terlalu disingkat seperti itu sering diedit oleh Editor. So, sebaiknya jangan menggunakan kata-kata yang disingkat terlalu banyak. Kamu tentunya nggak mau cerpenmu ditolak hanya karena Editornya pusing harus merevisi kata-kata yang disingkat itu, kan?

“TOMMY!!!!” teriak Luna dari depan pintu kelas. Yang dipanggil sedang duduk di bangkunya, membaca buku. Pura-pura tak mendengar panggilan Luna. Karena merasa tak digubris, Luna pun menghampiri sang cowok.

“Eh, orang gila. Nggak denger gue manggil lo apa?” serbu Luna sambil menggebrak meja Tommy. Wajahnya penuh emosi.

Tommy menaruh bukunya ke atas meja, lalu menoleh dan membalas tatapan Luna dengan super cool, “Nape, non?”

“Nape?! Nape kata lo?! Lo nggak tau salah lo apa?!” Suara Luna kian meninggi. Anak-anak lain menoleh, tertarik untuk melihat pertengkaran yang sebenarnya sudah biasa terjadi.

“Ups, sabar, non. Ntar klo marah-marah terus cepet tua, lho” kata Tommy sambil nyengir.

“Aaargh!” teriak Luna frustasi sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal. “Lo ngibulin gue lagi, nyadar nggak sih?!”

Tommy menyilangkan tangannya di dada. “Ngibulin lo? Kapan ya?”

“Ih, nggak usah sok innocent gitu deh!” kata Luna sebal. “Lo bilang gue dipanggil Kepsek, kan? Lo bilang kepsek mau ngomongin soal nilai gue yang ancur, kan?”

“Aha!” Tommy menjentikkan jarinya, seolah-olah baru teringat sesuatu. Lalu dia berkata serius, “Ehm, gini. Bagian yang nilai lo ancur, gue nggak ngibul. Emang nilai lo ancur, kan? Trus...” Tommy menatap Luna yang matanya sudah hampir copot karena melotot.

“Trus klo yang bagian lo dipanggil kepsek, yah, anggap aja hari ini April mop” kata Tommy dengan santai.

Kemarahan Luna sudah sampai di ubun-ubun. “APRIL MOP MASIH SEBULAN LAGI, GILA!!!” teriak Luna geram sambil menjitak kepala Tommy.

“Ouch!”

Adegan diatas sebenarnya sudah sangat sering terjadi. Tommy dan Luna. Sekolah di sekolah yang sama, kelas yang sama, dan duduknya pun sebangku. Sejak kelas satu hingga kini mereka telah menduduki bangku kelas dua. Biasanya dan seharusnya, hampir dua tahun duduk sebangku akan membuat kedua anak itu bersahabat. Namun apa daya, yang terjadi justru melihat mereka bertengkar, hampir tiap hari. Yang laki-laki sangat suka menjahili yang perempuan. Yang perempuan, parahnya selalu terjerat dalam kejahilan si laki-laki. Dasar emang jodoh, begitu kata teman-teman si perempuan, yang k sama sekali tidak membuatnya lebih happy.

“Awas ya lo, gue pastiin gue akan bales perbuatan lo tadi” kata Luna penuh dendam ketika mereka berdua sedang berjalan menuju gerbang sekolah untuk pulang.

“Gue tunggu, non. Tapi gue nggak yakin lo bakal berhasil” balas Tommy.

“Jangan ngeremehin cewek, Tom” Luna yakin banget, suatu saat dia pasti bisa membalas perbuatan Tommy.

Tommy menggeleng. “Gue nggak pernah ngeremehin cewek. Masalahnya, cewek yang di depan gue ini gampang banget dikibulin dan nggak pernah berhasil ngibulin orang! Hahaha..”

Ugh, Luna semakin gondok. Mau nggak mau dia mengakui dalam hati kalau apa yang dibilang Tommy itu benar.

Sampai malam pun Luna masih merasa kesal. Malah sampai nggak bisa tidur, gara-gara memikirkan strategi untuk membalas Tommy. Ketika pada akhirnya dia menyerah karena tak berhasil menemukan ide cemerlang, dia mengambil handphone-nya dan mengirim sms pada sahabatnya, Pita.

Pit, gw msh sebel bgt sm si Tommy. Kira2 gmn y pit, biar gw bs bales tu anak? Gw ga bs tdr gara2 mikirin ini.

Dibalas oleh Pita :

Yaelah, bknnya lo udh biasa sm kibulannya? Klo lo nyuruh gw ngasih ide ke lo, sori bgt luna, gw ga ad ide...Btw, masak sih smpe ga bs tdr gara2 kepikiran trus? Jgn2...

Gemas, Luna membalas :

Ih, Pita! Jgn-jgn apa coba? Gw lg kesel ni, lg benci bgt ama tu org.

Balasan dari Pita :

Lo mw tw kelanjutanny? Jgn2...lo diem2 naksir Tommy lg! Benci sm cinta itu tipis bgt lun..., hehehe :p

Luna mendelik. Dipencetnya keypad hape.

Gila lo! Gw ga segitu gila kali, smpe mw naksir ama org itu. Kyk ga ad cow lain apa?

Pita sepertinya nggak peduli dengan kejengkelan Luna.

Emg ga ada cow laen kali! Lo kan maenny sm Tommy trs, mana smpt ngelirik cow laen~

Gregetan, Luna membalas :

Idih, maen?! Yg bener aja deh lo. Yg ada dia ngajakin gw berantem mulu kali.
Udah ah! Gw mw bobo dlu. Lo malah bikin gw tambah kesel aja.

Pita malah makin senang meledeknya.

Hehe, oke deh darl. Jgn lupa mimpiin Tommy ya...hehehe :p

Sial, batin Luna. Dia memutuskan untuk tidak membalas sms Pita. Kenapa sih, kok semuanya kayak seneng banget ngejodohin gw sama Tommy? Pada nggak tau apa, gimana si Tommy selalu ngerjain gw?
Si Tommy selalu ngerjain lo biar dia diperhatiin sama lo. Masak gitu aja lo ga nyadar?
Pita pernah ngomong gitu ke gue. Gimana kalo ternyata Pita bener? Gimana kalo ternyata Tommy beneran suka sama gue? Gimana kalo tiba-tiba dia nembak gue? Luna menghela napas lalu menggelengkan kepalanya dengan keras. Nggak mungkin, nggak mungkin banget. Tapi...kalo mau dipikir-pikir lagi...si Tommy ganteng juga, kok. Tubuhnya tinggi dan atletis, kulitnya putih, hidungnya mancung, bulu matanya lentik...

Plak! Luna menampar dirinya sendiri. Gila, gue barusan ngebayangin apaan sih? katanya dalam hati. Akhirnya, Luna pun tertidur dengan seribu pertanyaan dan jantung yang berdegup dengan kencang.
***
“Bro, ngapain senyum-senyum sendiri?” tanya Bagus pada orang yang tengah duduk disampingnya. Mereka berdua sedang berada di kantin saat jam istirahat.

“Hehe, nggak kenapa-kenapa, kok” jawab Tommy sambil menyeruput es jeruknya.

“Alah, paling lo lagi mikir buat ngerjain si Luna lagi, kan?” tebak Bagus.

“Tau aja lo” Tommy nyengir lebar. “Gue lagi nyusun strategi nih” lanjutnya.

“Strategi apaan?” tanya Bagus penasaran.

Tommy tersenyum penuh makna. “Sini, gue jelasin ke lo.”
***
Sudah dua minggu ini Luna memikirkan hal yang sama. Memikirkan kemungkinan kalau Tommy naksir padanya. Saat pelajaran berlangsung pun, Luna mendapati dirinya sedang memikirkan hal itu sambil menatap wajah Tommy yang duduk disebelahnya. Sampai tak sadar kalau Tommy telah menyadari dirinya sedang ditatap oleh Luna. Bahkan juga tak sadar kalau pelajaran telah usai.

“Oi, ngapain lo ngeliatin gue kayak gitu? Belom pernah liat orang seganteng gue ya?” kata Tommy seraya mengibaskan tangannya di depan wajah Luna.

Seperti orang yang baru dibangunkan dari mimpinya, Luna membalas dengan gelagapan, “Eh? Apa?” katanya, lalu kepalanya melihat ke depan kelas. “Lho, Bu Rita udah cabut ya? Biologi udah selesai?”

Tommy mengernyitkan dahinya. “Udah dari tadi kali. Lo tadi ngelamun?”

“Idih, siapa juga yang ngelamun” jawab Luna, ngeles. Dia segera memalingkan mukanya dari Tommy.

Tommy menaikkan alisnya sebelah, heran dengan kelakuan Luna. Ini anak salah makan apa, ya? batinnya.
“By the way,” kata Luna membuka pembicaraan baru seraya membereskan alat tulisnya,

“Belakangan ini lo kok jarang ngerjain gue lagi? Tumben banget.”

“Hehe, lo kangen ya, dikerjain sama gue?” kata Tommy cengengesan.

Luna langsung melotot. “Kangen? Dalem mimpi lo aja kali. Gue sangat sangat bahagia kalo lo
nggak ngerjain gue,” kata Luna dengan mimik muka sok serius.

“Bilang kangen juga nggak apa-apa kok” balas Tommy, masih dengan cengiran lebarnya.

Luna mendengus. “Lo belom jawab pertanyaan gue tadi. Jadi, ada apa dengan lo sampe lo nggak ngerjain gue lagi? Gue curiga ada udang di balik batu.”

“Wah, kalo ada udang di balik batu gue mau dong. Gue kan suka banget tuh sama...” Tommy tak jadi melanjutkan kata-katanya, ketika dilihatnya ekspresi marah di wajah Luna. “Hmm, taking a break bentar nggak salah, kan? Ngerjain lo tuh butuh mikir tau, jadi butuh tenaga ekstra juga.”

“Ngaco lo” komentar Luna. Taking a break katanya? Huh, sok banget. Begitu kata Luna dalam hati. Namun, jauh di dalam hatinya, dia mengakui kalau dia memang kangen dengan kejahilan Tommy padanya.
***
And so, April Fools is here. Luna pun sudah menyiapkan mental, karena hari ini sudah bisa dipastikan Tommy akan meluncurkan serangannya.

“Waspada. Gue musti waspada. Beberapa minggu nggak ngerjain gue, jangan-jangan si Tommy udah menyusun rencana besar buat ngerjain gue hari ini” Luna berbicara pada dirinya sendiri saat dia memasuki kelasnya.

“Pagi, darling, ” sapa Pita dengan senyuman ketika Luna melewati bangkunya.

Luna tersenyum, “Pagi, Pit.”

“Siap-siap ya malem ini,” kata Pita. Ekspresinya penuh makna sampai-sampai Luna tak mengerti maksudnya.

“Siap-siap buat apa, Pit?” tanya Luna heran.

“Ada deh.” Pita mengedipkan satu matanya.

“Apaan, sih? Pagi-pagi udah bikin gue penasaran aja.” desak Luna. Dia benar-benar penasaran dengan maksud kata-kata Pita.

“Udah, ntar lo juga bakalan tau. Duduk gih, bel udah bunyi tuh. Pak Bayu bakal masuk bentar lagi.”

Luna sebenarnya masih ingin bertanya pada Pita, tapi keadaannya tak memungkinkan.. Dia pun berjalan ke bangkunya, lalu duduk sambil meletakkan tasnya. Hm, apa ya kira-kira? tanya Luna dalam hati. Tapi gue kan nggak ultah hari ini. Gue juga nggak punya sesuatu hal yang perlu dirayain. Jadi maksud Pita apaan dong? Luna menjadi pusing memikirkan pertanyaan yang tak bisa dijawabnya. Dia melihat sekilas ke teman sebangkunya, yang kemudian membalasnya dengan senyuman. Deg! Jantung Luna langsung berdegup kencang saat melihat senyuman Tommy.
***
Hari pun berganti malam. Waktu menunjukkan pukul delapan malam. Sepanjang hari di sekolah tadi, Luna tak mendapati satu pun kejahilan Tommy. Aneh, aneh banget. Apa tu anak sakit ya? Luna bertanya-tanya dalam hati.

Ting Tong! Bel rumah Luna berbunyi. Aduh, siapa juga yang dateng ke rumah malam-malam? gerutu Luna dalam hati. Namun, dia terpaksa harus membuka pintu, karena rumah Luna tak memiliki pembantu, dan orang tua Luna sedang pergi ke suatu acara. Luna pun beranjak dari kamarnya dan berjalan ke pintu utama. Betapa terkejutnya dia mendapati seseorang bertuxedo putih berdiri di depan pintu sambil membawa sebuah buket bunga.

“Tommy?” kata Luna. Mulutnya menganga lebar, saking shock-nya.
Tommy nyengir. “Iya, ini gue. Rasanya, muka gue masih begini-begini juga deh dari gue lahir.”
“Lo nggak salah rumah, kan? Gue nggak ngadain pesta disini. Lo pake dandan rapi lagi. Lo beneran nggak nyasar, kan?” cerocos Luna.

“Aduh non, gue nggak salah rumah kali” jawab Tommy.

“Lha, terus, ngapain lo pake baju gitu sampe bawa bunga segala?”

Wajah Tommy bersemu merah. “Ehm, itu, gue mau bilang...” Tommy menarik nafas panjang sebelum bilang, “Gue suka sama lo, Lun. Lo mau nggak jadi pacar gue?”

“HAH?!” Bisa dibayangkan, bagaimana kagetnya Luna saat ini. Wajahnya memancarkan ekspresi tak percaya pada Tommy.

“Lo butuh gue ngulang kata-kata gue tadi?” tanya Tommy.

“Nggak, nggak usah. Gue udah nangkep” balas Luna. Lalu pikirannya mulai kembali ke jalan yang benar. Dilihatnya Tommy dengan tatapan curiga. “Tunggu dulu. Ini April Mop, kan? Lo cuma mau ngibulin gue, kan?”

“Ya ampun, gue nggak dandan segini niat kali, cuma buat ngibulin lo. Lo boleh tanya Pita deh, gue konsultasi ke dia dulu sebelum kesini” kata Tommy.

“Hah? Pita?” tanya Luna. Otaknya berpikir. Olala, jadi ini yang dimaksud Pita tadi pagi. Luna pun berpaling dan menatap mata Tommy. “Lo serius?”

“Iya, Luna” jawab Tommy, ditambah dengan sebuah anggukan.

“Lo beneran serius?” tanya Luna lagi.

“Dua rius, deh Lun” balas Tommy lagi. Ada sedikit nada putus asa dalam kata-katanya.

“Salah siapa coba, suka ngibulin gue, suka ngejahilin gue. Gue kan jadi nggak tau kapan lo serius, kapan lo nggak ngerjain gue. Dan lagi, ngapain juga lo nembak gue di hari April Mop? Kan tambah bikin gue curiga aja” jelas Luna.

“Iya deh, gue minta maaf” kata Tommy menyesal. “Gue nggak bakalan lagi ngibulin ato ngerjain lo. Tapi gue beneran suka sama lo, Lun” lanjut Tommy. Lalu ditatapnya wajah cantik Luna. “Jadi, jawabannya, non?”

“Gue boleh sekali-sekali ngibulin lo nggak?” tanya Luna. Dia mulai salah tingkah di depan Tommy.

Tommy nyengir. “Lo nggak ada bakat tau.”

“Gue juga tau, kok” Luna memasang tampang cemberut. Namun cemberutnya seketika berubah menjadi senyuman. “Jawabannya iya.”

Senyum bahagia tergambar di wajah Tommy. Maka, sejak hari ini, tak ada lagi Tommy dan Luna yang selalu bertengkar. Dan hari ini pun menjadi April Mop terindah untuk mereka berdua.

Artikel Bersangkutan

0 comments:

 
Indonesia dulu dikenal sebagai bangsa yang toleran dan penuh sikap tenggang rasa. Namun, kini penilaian tersebut tidak dapat diamini begitu saja, karena semakin besarnya keragu-raguan dalam hal ini. Kenyataan yang ada menunjukkan, hak-hak kaum minoritas tidak dipertahankan pemerintah, bahkan hingga terjadi proses salah paham yang sangat jauh.
free counters

Blog Archive

Seseorang yang mandiri adalah seseorang yang berhasil membangun nilai dirinya sedemikian sehingga mampu menempatkan perannya dalam alam kehidupan kemanusiaannya dengan penuh manfaat. Kemandirian seseorang dapat terukur misalnya dengan sejauh mana kehadiran dirinya memberikan manfaat kearah kesempurnaan dalam sistemnya yang lebih luas. Salam Kenal Dari Miztalie Buat Shobat Semua.
The Republic of Indonesian Blogger | Garuda di DadakuTopOfBlogs Internet Users Handbook, 2012, 2nd Ed. Avoid the scams while doing business online

Kolom blog tutorial Back Link PickMe Back Link review http://miztalie-poke.blogspot.com on alexa.comblog-indonesia.com

You need install flash player to listen us, click here to download
My Popularity (by popuri.us)

friends

Meta Tag Vs miztalie Poke | Template Ireng Manis © 2010 Free Template Ajah. Distribution by Automotive Cars. Supported by google and Mozila