Saturday, January 22, 2011

CITA CITA DI USIA 64

Kediaman KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) seperti biasa selalu sibuk, namun Rabu (4/8/2004) itu kediaman salah satu anak KH Wahid Hasyim itu nampak lebih sibuk. Bukan karena akan ada pesta tapi hanya akan ada tasyakkuran peringatan kelahiran Gus Dur yang ke-64. Di tengah kegiatannya yang seakan tiada habis, pada hari itu Gus Dur pun tidak melupakan untuk sejenak memanjatkan syukur atas segala nikmat yang telah diberikan oleh Yang Maha Kuasa, sehingga pada usia yang ke-64 Ketua Dewan Syura DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini masih diberi kesempatan untuk lebih banyak memberi arti bagi perjalanan bangsa ini. Perjalanan yang penuh liku dan kerikil masih dijalaninya hingga di usia yang bagi kebanyakan orang sudah tinggal duduk dan menikmati hasil.

Kesederhanaan tercermin dari acara penuh makna itu. Tidak seperti selebritis politik lainnya, memperingati hari kelahiran di tahun politik Indonesia ini, Gus Dur hanya memanggil kerabat, tetangga dan teman-teman seperjuangan, tanpa pers, publikasi, lilin dan makan besar, namun kebahagiaan tetap terpancar. Tidak lupa Ibu Sinta Nuriyah, sang istri yang selama ini mendampingi memanjatkan doa semoga sang suami tetap diberi kesehatan, panjang umur dan sukses dalam meraih cita-cita. Dari doa sang istri ini terlintas sebuah pertanyaan, cita-cita apakah yang belum diraih oleh Gus Dur? Jabatan tertinggi di negeri ini sudah diraih, banyak gelar dan predikat sudah disandangnya, anak yang solehah, cerdas dan berbakti, dan rizki yang cukup sudah diperoleh. Masihkah tersisa cita-cita di luar itu?

Memang, satu hal yang belum diraih Gus Dur dan selalu terus ia kumandangkan adalah tegaknya demokrasi di Indonesia. Demokrasi yang bersendikan dua hal yakni penegakan supremasi hukum dan persamaan bagi semua warga negara tanpa pandang bulu di muka undang-undang. Cita-cita seperti di atas untuk orang sekaliber Gus Dur seperti barang yang sangat langka. Karena cita-cita demokrasi itu tidak akan mudah diraih dan memakan waktu yang lama. Demokrasi tidak bisa tercipta begitu saja, ia harus diperjuangkan dan dimulai dari satu langkah. Seperti sebuah pepatah Cina mengatakan,”perjalanan 10 000 lie (5000 km) dimulai dari ayunan langkah pertama”, dan pepatah inilah yang menjadi semboyan Gus Dur sehingga tak pernah merasa harus berputus asa dengan beratnya tantangan yang dihadapi
Bagi banyak orang, baik di dalam maupun di luar negeri Gus Dur adalah pendekar demokrasi, tidak saja karena pemikiran-pmikirannya namun juga dedikasi terhadap isu yang satu ini tak dapat dinafikan. Lebih dari 30 tahun Gus Dur malang melintang dalam berbagai aktifitas pembelaan hak-hak kaum minoritas, mengikis berbagai pandangan negative terhadap Islam sebagai agama yang ekstrim, melakukan advokasi berbagai kasus perampasan hak-hak oleh penguasa terhadap masyarakat, bahkan ketika menjabat Presiden, Gus Dur kerap mengeluarkan pernyataan yang justru meninju aparat pemerintahannya sendiri, jika dinilainya perilaku itu diluar batas ‘perasaan’ rakyat. Seperti ketika ia mengkritik polisinya yang melakukan kekerasan terhadap mahasiswa yang menolak kenaikan harga. Juga ia tidak segan bersikap kritis terhadap negara-negara maju. Hal itu dibuktikannya dengan membangun poros Jakarta-Delhi-Beijing yang membuat AS kebakaran jenggot.
Dalam menilai seorang Gus Dur, jarang perjuangannya itu dijadikan patokan oleh kita. Banyak dari kita malah lebih senang melihat sisi ‘kontroversial’ ayah empat putri ini. Hal itu dikarenakan Gus Dur memang tidak senang bertingkah ja’im (jaga image) seperti poltisi kita lainnya. Ia akan korbankan ’image’ itu, jika ia melihat pemerintahan dan bangsa ini keluar rel demokratisasi. Gus Dur bukan tidak menyadari sikap itu akan menjadi ‘bumerang’ bagi dirinya, tapi ia pernah berkata barangkali inilah konsekuensi dari sebuah keberanian di tengah samudra ketakutan rakyat.

Karenanya, Gus Dur amat gandrung dengan pepatah yang dikutip dari FD Roosevelt,” Nothing to fear is fear itself, Tidak ada yah harus ditakuti kecuali ketakutan itu sendiri”. Tak ada yang istimewa dari kalimat ini namun kenyataan inilah yang justru terwariskan dari rezim otoriter dan mengendap dalam kehidupan bangsa. Seolah di sekeliling kita berbaris hantu-hantu yang siap menerkam, ketika kita mengatakan yang benar. Di kantor-kantor, di sekolah dan perguruan tinggi, di lembaga-lembaga agama, di organisasi seni, di mall, di stasiun bahkan di dalam rumah tangga, hantu ketakutan mewabah. Tidak berani ‘meluruskan bacaan imam yang salah adalah hantu, tidak berani bertindak diluar ‘kelaziman’ demi sebuah kebenaran juga termasuk ketakutan itu.

Di sinilah kemudian kita mesti memahami, jika betul kita mencintai atau bahkan membenci pendekar demokrasi ini. Kita harus berani berlaku adil baik terhadap diri sendiri maupun orang lain, berani mengatakan hak sebagai hak dan kewajiban adalah kewajiban.

Di 64 tahun usia Gus Dur yang tak bisa dikatakan muda lagi, meski kita berharap sang pendekar akan terus menyertai bangsa ini, namun ia pasti berharap akan lahir para pendekar baru dengan semangat yang lebih menyala lagi, karena tantangan hari ini pasti berbeda dengan hari-hari mendatang. Walaupun demokrasi saat ini seakan terbajak dan mengalami kemandegan, akan tetapi layar harus tetap terkembang. Pembenahan bertahap adalah keniscayaan sambil mempersiapkan generasi berikutnya yang lebih bersih dan berani. Dan inilah yang selalu terngiang di telinga kami, ketika Gus Dur berucap,”mungkin hasil demokrasi baru akan dirasakan oleh cucu saya, ketika saya sudah tidak ada”.
Selamat Ulang Tahun Gus Dur!

Artikel Bersangkutan

0 comments:

 
Indonesia dulu dikenal sebagai bangsa yang toleran dan penuh sikap tenggang rasa. Namun, kini penilaian tersebut tidak dapat diamini begitu saja, karena semakin besarnya keragu-raguan dalam hal ini. Kenyataan yang ada menunjukkan, hak-hak kaum minoritas tidak dipertahankan pemerintah, bahkan hingga terjadi proses salah paham yang sangat jauh.
free counters

Blog Archive

Seseorang yang mandiri adalah seseorang yang berhasil membangun nilai dirinya sedemikian sehingga mampu menempatkan perannya dalam alam kehidupan kemanusiaannya dengan penuh manfaat. Kemandirian seseorang dapat terukur misalnya dengan sejauh mana kehadiran dirinya memberikan manfaat kearah kesempurnaan dalam sistemnya yang lebih luas. Salam Kenal Dari Miztalie Buat Shobat Semua.
The Republic of Indonesian Blogger | Garuda di DadakuTopOfBlogs Internet Users Handbook, 2012, 2nd Ed. Avoid the scams while doing business online

Kolom blog tutorial Back Link PickMe Back Link review http://miztalie-poke.blogspot.com on alexa.comblog-indonesia.com

You need install flash player to listen us, click here to download
My Popularity (by popuri.us)

friends

Meta Tag Vs miztalie Poke | Template Ireng Manis © 2010 Free Template Ajah. Distribution by Automotive Cars. Supported by google and Mozila