Dikisahkan, pada suatu hari, beberapa Arab desa datang kepada Rasulullah SAW. Mereka bertanya kepada para sahabat, ''Apakah kamu pernah memeluk anak-anak kecil kamu?'' Para sahabat menjawab, ''Ya.'' Orang-orang kampung itu berkata, ''Akan tetapi, demi Allah, kami belum pernah memeluknya.'' Rasulullah SAW lalu bersabda, ''Aku tidak boleh berbuat apa-apa sekiranya Allah mencabut rahmat dari kamu.'' (HR Muslim).
Hadis di atas merupakan peringatan dari Rasulullah bahwa betapa pentingnya kasih sayang kepada anak-anak. Kasih sayang kepada anak-anak tidak hanya merupakan wujud dari rasa cinta, tetapi yang lebih penting adalah kasih sayang merupakan bagian dari peranan orang tua dalam mendidik mereka. Kasih sayang merupakan fondasi terbentuknya hubungan yang erat antara orang tua dan anak-anak.
Dalam kaitan ini, Deborah Stipek--seorang pakar motivasi dari Stanford University--mengatakan hubungan yang erat antara orang tua dan anak sedikitnya mempunyai tiga komponen utama.
Pertama, penerimaan. Dalam konteks ini orang tua harus menerima keberadaan anak apa adanya, tanpa syarat apa pun. Penerimaan total orang tua terhadap anak-anak memberikan rasa percaya diri yang tinggi kepada anak-anak dan mempercepat anak dalam proses pembelajaran dan perkembangan dirinya.Sebaliknya, seorang anak yang tidak diterima secara penuh oleh orang tuanya menyebabkan mereka lambat dalam perkembangannya. Bahkan, penerimaan bersyarat tersebut menyebabkan anak memiliki sifat-sifat yang negatif, seperti pembangkang dan pemarah.
Kedua, adanya hubungan/ikatan batin. Hubungan/ikatan batin yang kuat antara orang tua dan anak-anak menciptakan rasa aman secara emosi, tenteram, dan mereka bahagia menjadi dirinya. Hubungan/ikatan batin ini akan terbentuk jika orang tua memberikan kehangatan dan terlibat dalam kehidupan anak-anaknya.
Selain itu, hubungan/ikatan batin yang kuat terbentuk pula dengan adanya rasa saling percaya, keterbukaan dan saling menghargai. Orang tua yang menanamkan rasa percaya pada anak menyebabkan mereka lebih berani mencoba, meskipun mereka memiliki keraguan sebelumnya. Adanya keterbukaan artinya ada komunikasi dua arah yang menyebabkan orang tua mudah mengikuti perkembangan anak, di dalam maupun di luar rumah. Sedangkan anak yang dihargai, maka mereka akan mengapresiasikan hal yang sama terhadap orang tuanya.
Ketiga, dukungan. Orang tua harus menghargai dan menghormati anak sebagai pribadi yang unik, sehingga mengembangkan segala potensinya untuk menjadi diri sendiri dan mandiri. Dan, bukan dipaksakan untuk menjadi seperti orang tuanya. Dalam kaitan ini, John Bowlby-seorang ahli jiwa anak--menegaskan seorang anak akan efektif jika minimal ada satu orang yang ''berdiri di belakang mereka''. Maksudnya, selalu ada orang yang siap memberikan dukungan apapun kondisinya.
Semoga kita dapat membangun dan memberikan kasih sayang kepada anak-anak kita, sehingga keluarga kita termasuk golongan orang-orang yang pengasih dan penyayang. Dan, semoga anak-anak kita menjadi anak yang membanggakan orang tua, bangsa, dan agamanya. Wallahu a'lam bishawab. (Mulyana)
Hadis di atas merupakan peringatan dari Rasulullah bahwa betapa pentingnya kasih sayang kepada anak-anak. Kasih sayang kepada anak-anak tidak hanya merupakan wujud dari rasa cinta, tetapi yang lebih penting adalah kasih sayang merupakan bagian dari peranan orang tua dalam mendidik mereka. Kasih sayang merupakan fondasi terbentuknya hubungan yang erat antara orang tua dan anak-anak.
Dalam kaitan ini, Deborah Stipek--seorang pakar motivasi dari Stanford University--mengatakan hubungan yang erat antara orang tua dan anak sedikitnya mempunyai tiga komponen utama.
Pertama, penerimaan. Dalam konteks ini orang tua harus menerima keberadaan anak apa adanya, tanpa syarat apa pun. Penerimaan total orang tua terhadap anak-anak memberikan rasa percaya diri yang tinggi kepada anak-anak dan mempercepat anak dalam proses pembelajaran dan perkembangan dirinya.Sebaliknya, seorang anak yang tidak diterima secara penuh oleh orang tuanya menyebabkan mereka lambat dalam perkembangannya. Bahkan, penerimaan bersyarat tersebut menyebabkan anak memiliki sifat-sifat yang negatif, seperti pembangkang dan pemarah.
Kedua, adanya hubungan/ikatan batin. Hubungan/ikatan batin yang kuat antara orang tua dan anak-anak menciptakan rasa aman secara emosi, tenteram, dan mereka bahagia menjadi dirinya. Hubungan/ikatan batin ini akan terbentuk jika orang tua memberikan kehangatan dan terlibat dalam kehidupan anak-anaknya.
Selain itu, hubungan/ikatan batin yang kuat terbentuk pula dengan adanya rasa saling percaya, keterbukaan dan saling menghargai. Orang tua yang menanamkan rasa percaya pada anak menyebabkan mereka lebih berani mencoba, meskipun mereka memiliki keraguan sebelumnya. Adanya keterbukaan artinya ada komunikasi dua arah yang menyebabkan orang tua mudah mengikuti perkembangan anak, di dalam maupun di luar rumah. Sedangkan anak yang dihargai, maka mereka akan mengapresiasikan hal yang sama terhadap orang tuanya.
Ketiga, dukungan. Orang tua harus menghargai dan menghormati anak sebagai pribadi yang unik, sehingga mengembangkan segala potensinya untuk menjadi diri sendiri dan mandiri. Dan, bukan dipaksakan untuk menjadi seperti orang tuanya. Dalam kaitan ini, John Bowlby-seorang ahli jiwa anak--menegaskan seorang anak akan efektif jika minimal ada satu orang yang ''berdiri di belakang mereka''. Maksudnya, selalu ada orang yang siap memberikan dukungan apapun kondisinya.
Semoga kita dapat membangun dan memberikan kasih sayang kepada anak-anak kita, sehingga keluarga kita termasuk golongan orang-orang yang pengasih dan penyayang. Dan, semoga anak-anak kita menjadi anak yang membanggakan orang tua, bangsa, dan agamanya. Wallahu a'lam bishawab. (Mulyana)
0 comments:
Post a Comment