Ngerumpi
Ketika kita menonton televisi, banyak sekali ditemukan acara tentang gosip para seleberiti. Ini menunjukkan betapa pemirsa televisi, masyarakat kita, amat menyenangi gosip: ngerumpi. Yang salah satu konsekuensinya, kita tahu sempat ada "perang" antarartis. Bahkan, ada tuntutan sampai miliaran rupiah.
Itulah sebabnya Nabi Muhammad Saw mengumpamakan kepada orang yang melakukan ghibah, ngerumpi itu tadi, seperti layaknya orang yang memakan daging saudaranya sendiri yang sudah meninggal. Orang yang telah meninggal tentu tidak merasakan jasadnya disakiti.
Alkisah, suatu ketika di zaman Rasulullah, seseorang dihukum rajam karena melakukan perbuatan zinah. Orang itu sudah betul-betul bertobat dan bersedia dirajam demi membersihkan dosa besarnya. Tapi, tiba-tiba Rasulullah mendengar dua orang laki-laki menggunjingkan orang yang mati diranjam itu, menjelek-jelekkan orang yang dirajam itu bak seekor anjing.
Nabi saw berkata, "Wahai kalian fulan berdua, apa yang kamu ceritakan tentang saudaramu itu tadi lebih menjijikkan daripada makan bangkai himar. Demi Allah, sesungguhnya dia (yang mati dirajam itu) sekarang sedang bersenang-senang di sungai-sungai di surga dan berendam di dalamnya, dalam kenikmatan."
Ghibah artinya mengumpat atau menggunjing, yang dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain yang tidak hadir di hadapannya, dengan perkataan yang tidak disukai seandainya orang yang digunjingkan itu mendengarnya. Baik faktanya benar ataupun tidak, tetap merupakan dosa dan haram hukumnya.
Ghibah menjadi gosip yang semakin menyebarluaskan berita aib yang terkadang dibumbui lagi dengan berbagai macam cerita, hingga jauh menyimpang dari kenyataan yang sesungguhnya dan dapat mengarah ke fitnah yang dosanya jauh lebih besar dari pembunuhan. Ghibah hanya akan menebar benih permusuhan, menimbulkan dendam, dan kebencian.
Orang yang melakukan ghibah, sesuai sabda Rasulullah, akan mengalami kerugian besar, bangkrut, karena pahala amal kebaikannya, yang dia kumpulkan dengan susah payah, siang maupun malam, harus dia berikan kepada orang yang menjadi sasaran rumpiannya. Dosa-dosa orang yang digosipkan akan ditanggung oleh yang menggosipkan. Maka, bangkrutlah amal ibadahnya. Naudzubillah.
Jika tak bisa berkata baik, lebih baik diam, sesuai sabda Rasulullah, "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhirat, maka hendaklah ia berkata baik, atau (jika tidak bisa) hendaklah diam." (HR Buchori dan Muslim). Berumpi ria, nikmat rasanya, gampang dilakoninya, perih akibatnya.
Oleh : Ibnu Hafidz Attasiki
Ketika kita menonton televisi, banyak sekali ditemukan acara tentang gosip para seleberiti. Ini menunjukkan betapa pemirsa televisi, masyarakat kita, amat menyenangi gosip: ngerumpi. Yang salah satu konsekuensinya, kita tahu sempat ada "perang" antarartis. Bahkan, ada tuntutan sampai miliaran rupiah.
Itulah sebabnya Nabi Muhammad Saw mengumpamakan kepada orang yang melakukan ghibah, ngerumpi itu tadi, seperti layaknya orang yang memakan daging saudaranya sendiri yang sudah meninggal. Orang yang telah meninggal tentu tidak merasakan jasadnya disakiti.
Alkisah, suatu ketika di zaman Rasulullah, seseorang dihukum rajam karena melakukan perbuatan zinah. Orang itu sudah betul-betul bertobat dan bersedia dirajam demi membersihkan dosa besarnya. Tapi, tiba-tiba Rasulullah mendengar dua orang laki-laki menggunjingkan orang yang mati diranjam itu, menjelek-jelekkan orang yang dirajam itu bak seekor anjing.
Nabi saw berkata, "Wahai kalian fulan berdua, apa yang kamu ceritakan tentang saudaramu itu tadi lebih menjijikkan daripada makan bangkai himar. Demi Allah, sesungguhnya dia (yang mati dirajam itu) sekarang sedang bersenang-senang di sungai-sungai di surga dan berendam di dalamnya, dalam kenikmatan."
Ghibah artinya mengumpat atau menggunjing, yang dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain yang tidak hadir di hadapannya, dengan perkataan yang tidak disukai seandainya orang yang digunjingkan itu mendengarnya. Baik faktanya benar ataupun tidak, tetap merupakan dosa dan haram hukumnya.
Ghibah menjadi gosip yang semakin menyebarluaskan berita aib yang terkadang dibumbui lagi dengan berbagai macam cerita, hingga jauh menyimpang dari kenyataan yang sesungguhnya dan dapat mengarah ke fitnah yang dosanya jauh lebih besar dari pembunuhan. Ghibah hanya akan menebar benih permusuhan, menimbulkan dendam, dan kebencian.
Orang yang melakukan ghibah, sesuai sabda Rasulullah, akan mengalami kerugian besar, bangkrut, karena pahala amal kebaikannya, yang dia kumpulkan dengan susah payah, siang maupun malam, harus dia berikan kepada orang yang menjadi sasaran rumpiannya. Dosa-dosa orang yang digosipkan akan ditanggung oleh yang menggosipkan. Maka, bangkrutlah amal ibadahnya. Naudzubillah.
Jika tak bisa berkata baik, lebih baik diam, sesuai sabda Rasulullah, "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhirat, maka hendaklah ia berkata baik, atau (jika tidak bisa) hendaklah diam." (HR Buchori dan Muslim). Berumpi ria, nikmat rasanya, gampang dilakoninya, perih akibatnya.
Oleh : Ibnu Hafidz Attasiki
0 comments:
Post a Comment