Dalam riwayat mereka tentang asal-usul dunia, para penafsir wahyu Ilahi—para penimbang mutiara dari samudera rohani—mengatakan kepada kita bahwa ketika mata Adam terbuka pada cahaya, Tuhan membuat semua keturunannya muncul di hadapan-Nya, semua berjajar sesuai dengan martabat mereka: para nabi, wali, raja dan manusia biasa.
Adam melemparkan pandangannya ke seluruh manusia yang amat banyak itu, dan menguji setiap kategori dan masing-masing makhluk manusia secara bergiliran. Tak lama kemudian perhatiannya tertarik kepada Yusuf, bagai bulan dan laksana matahari di puncak kejayaan dan kecerlangannya. Ia muncul dari kerumunannya itu sebagai obor, dan di hadapan keindahannya semua keindahan orang lain lenyap, bak cahaya bintang yang padam terkena sinar matahari.
Dengan merasa takjub atas kecerlangan itu, Adam bertanya, "Tuhan, di taman bunga mana muncul semak itu? Mata cemerlang siapa yang akan diizinkan menatapnya? Bagaimana ia datang untuk menikmati keberuntungan gemilang ini? Dan mana datangnya keindahan dan kemegahan itu?"
Suatu suara menjawab, "Ia adalah cahaya matamu dan akan memulihkan kegembiraan pada hatimu yang menderita. Ini adalah tumbuhan dari taman Ya'qub, kijang di padang Ibrahim. Keindahan wajahnya adalah sesuatu yang paling indah. Ia memegang cermin ke wajahmu: berilah dia hadiah dari perbendaharaanmu."
Adam menjawab, "Lihatlah! Aku bukakan di hadapannya pintu-pintu kemurahan hati, dan dari semua keindahan yang ditakdirkan bagi manusia, kuberikan dua pertiga kepadanya."
Bagaikan mawar, hati Adam berbunga karena gembira, dan bagai seekor punguk yang bernyanyi untuk sekuntum mawar, ia menyerukan berkah samawi atas keturunannya.
***
Dalam orkestra besar yang dibaktikan kepada pemujaan lahiriah, masing-masing mempunyai giliran untuk menabuh genderang kehidupan. Kebenaran diungkapkan kepada umat manusia di setiap zaman, dan satu orang besar menyebarkan cahayanya ke seluruh dunia. Apabila pola alam semesta tak terganggu, maka banyak rahasia agung akan tersembunyi untuk selamanya. Apabila matahari tak menghilang dari angkasa, keindahan gemerlap bintang tak akan pernah dipamerkan, apabila musim salju tidak menjarahi lapangan hijau, musim semi tidak akan membawa senyuman kepada bibir mawar.
Ketika Adam meninggalkan kuil ini, tempatnya di mihrab diambil oleh Seth. Ketika Seth tak ada lagi, datang giliran Idris untuk menyampaikan kebenaran suci di kediaman tipuan ini. Ketika Idris ke surga, jatuhlah kepada Nuh tugas mengawal tradisi suci itu. Setelah Nuh tenggelam dalam air bah kematian, tempatnya diambil oleh Ibrahim, Sahabat Allah (Khalilullah). Dan dia jubah itu beralih kepada Ishaq, dan ketika Ishaq pun kembali kepada debu, ia digantikan oleh Ya'qub, yang dari gunung tuntunan melemparkan tantangannya kepada umat manusia.
Panji-panji Ya'qub berkibar dari perbatasan Suriah sampai ke Kanaan. Di sinilah ia mendirikan rumah tangganya, keluarga dan miliknya berlipat ganda, ternaknya melebihi bilangan semut dan belalang.
Selain Yusuf, ia mempunyai sebelas anak laki-laki, tetapi hanya Yusuf yang menembus hatinya. Ketika ia meninggalkan dada ibunya, ia menjadi kuat laksana bulan di langit. Ia adalah tangkai yang berkembang dari taman hati, bulan sabit yang menunggang di langit jiwa. Ia adalah sekuntum mawar di taman Ibrahim, atau bahkan sebentuk kuncup yang terlipat ketat di dalam jubah. Ia sekaligus luka dan obat penawar bagi hati ayahnya.
Selama ibunya hidup, ia membasahi bibir Yusuf dengan air susunya, tetapi ia hanya memeluknya selama dua tahun ketika ajal yang ditentukan kepada perempuan malang itu membawanya kepada maut, dan si yatim yang penuh air mata, si mutiara tak ternilai dari laut kemurahan ini, ditinggalkan.
Karena sedih melihat keadaan mutiara yang ditinggalkan ibunya, Ya'qub pun memberikan kepadanya sebuah kerang baru dalam pangkuan saudara perempuannya. Bibi yang baik ini mengasuh dan membesarkan burung kecil yang amat berharga ini, yang tumbuh dengan gembira dalam kekuatan tubuhnya, belajar berjalan dan berkata-kata dengan anggun dan indah. Perempuan itu begitu sayang pada Yusuf sehingga ia tak pernah meninggalkannya; di malam hari ia tidur di sampingnya, demikian dekatnya, layaknya seperti jiwanya sendiri, di siang hari ia menjadi cahaya matahari di matanya.
Sekarang, ayahnya pun haus ingin melihat wajah Yusuf dan menghendakinya selalu berada di depan matanya. Maka ia pun mengirim pesan kepada saudara perempuannya untuk membiarkan anak itu datang kepadanya. Perempuan itu berlaku seakan-akan hendak memenuhi pesan Ya'qub, tetapi secara rahasia ia merekayasa suatu rancangan untuk mempertahankan anak yang dicintainya itu.
Dan Ishaq, perempuan itu telah menerima warisan berupa sabuk ajimat, yang telah melihat pembaktian yang bermanfaat di jalan Tuhan, barangsiapa memakainya akan terlindung dan setiap malapetaka. Tak lama sebelum Yusuf hendak pergi tinggal bersama ayahnya, secara rahasia ia mengikatkan sabuk itu di pinggang Yusuf. Yusuf baru saja hendak berangkat ketika perempuan itu berteriak bahwa sabuknya telah tercuri. Setiap orang yang ada harus digeledah bergiliran, dan ketika sampai kepada Yusuf, dengan tangkas ia membuka sabuk ajimat yang tercuri itu. Nah, menurut hukum kaum mukmin di masa itu, seseorang yang tertangkap basah ketika mencuri akan menjadi budak dan pemilik barang yang dicurinya. Maka, dengan siasat licik itu, Yusuf dikembalikan kepada bibinya. Perempuan itu membawanya pulang, dengan mata berbinar melihat wajah Yusuf.
Segera sesudah perempuan itu meninggal, Ya'qub akhirnya dapat memuaskan matanya pada anak kesayangannya itu. Yusuf membawa kedamaian kepada jiwanya dan cahaya kepada matanya.
Bagaimana aku dapat menggambarkan daya tarik remaja ini, yang lebih indah bahkan dan malaikat dan bidadari surga? Ia adalah bulan di cakrawala keanggunan yang bercahaya di dalam dan di luar. Bulan? Bukan, matahari yang bersinar! Tetapi bahkan matahari pun hanyalah suatu bayangan udara dan kemegahan sumber abadi, yang suci, cahaya tak bercela di atas segala pembatasan tentang "apa" dan "bagaimana".
Ya`qub menyimpan matahari itu di dalam hati, dan membuat suatu tempat baginya dalam hatinya sendiri. Walaupun demikian, Zulaikha yang cantik, hidup tersembunyi oleh tirai kesucian di negeri Barbari yang jauh, sebelum dia sampai sekilas melihat keindahan Yusuf yang bersinar, telah diperbudak oleh bayangan Yusuf yang muncul kepadanya dalam mimpi. Maka sungguh mengejutkan, karena cinta dapat membuatnya terasakan sejauh itu, sehingga ia mempengaruhi orang-orang yang ada di dekatnya.
0 comments:
Post a Comment