Teman saya, Wina (bukan nama sebenarnya) mengatakan bahwa dia selalu memerhatikan perkembangan yang terjadi dalam diri anaknya. Ketika puterinya masih berusia 1 tahun, teman saya sering mengajaknya ke Sekolah Minggu. Saat itu puterinya menangis ketika melihat kakak-kakaknya bernyanyi. Tetapi lama-kelamaan, puterinya mulai menunjukkan rasa senang berada di kelas Sekolah Minggu.
Ketika puterinya berusia 17 bulan, Wina membaca pesan gurunya melalui buku penghubung guru dan orang tua bahwa anaknya sudah mau menyanyi dan bertepuk tangan. Kabar itu sangat menggembirakan, meskipun dia hanya bisa mengeluarkan kata-kata yang belum jelas. Tapi, paling tidak ia sudah menunjukkan perkembangan yang berarti.
Pada minggu-minggu berikutnya, Wina melihat bagaimana puterinya mulai bisa memegang krayon dan membuat coretan-coretan di atas kertas. Ini juga perkembangan yang berarti bagi Wina, karena dulunya setiap kali memegang krayon, puterinya pasti memasukkannya ke dalam mulut. Tetapi kini ia sudah tahu bahwa krayon itu dipakai untuk mewarnai.
Wina selalu rajin mengumpulkan dan merapikan prakarya yang dikerjakan puterinya setiap minggu. Walaupun puterinya belum bisa menggambar dan hanya mencoret-coret saja tapi bagi Wina coretan-coretan itu sangat bernilai, sehingga ia membubuhkan nama puterinya dan tanggal dikerjakannya di atas kertas itu.
Kelak, jika puterinya sudah besar maka Wina akan menunjukkan hasil coretannya. Dia ingin mengabadikan perkembangan-perkembangan yang dialami puterinya. Bahkan, ia juga memotret puterinya setiap bulan untuk mengabadikan perkembangan fisiknya.
Semua ini merupakan harapan orang tua kepada anaknya. Sama halnya seperti Tuhan yang demikian mengasihi kita, anak-anakNya. Walaupun usaha kita untuk menyenangkan hati Tuhan masih jauh dari sempurna dan hanya berupa coretan seorang anak yang tak berbentuk, tetapi bukan main senangnya Tuhan ketika melihat kita selalu mencoba memperlihatkan perkembangan yang baik dalam kerohanian kita dan Ia akan menuntun kita senantiasa.
By : FANNY
0 comments:
Post a Comment