D. TEORI TENTANG PROSES
Pendidikan yang diselenggarakan di lembaga sekolah hendaknya dalam proses belajar mengajar melibatkan atau memberi kesempatan pada peserta didik dalam berbagai kegiatan. Proses belajar mengajar dengan berbagai kegiatan tersebut diharapkan peserta didik bersibuk diri dan berperan aktif untuk pengembangan potensi yang ada pada dirinya. Dengan demikian mampu membawa perubahan sikap atau tingkah laku pada peserta didik kearah yang positif dan lebih matang.
Menurut Mc. Guire: "Proses perubahan sikap dari tidak menerima ke sikap menerima berlangsung melalui tiga tahap perubahan sikap. Proses pertama adalah adanya perhatian, kedua adanya pemahaman, dan ketiga adanya penerimaan.
Pertama, Perhatian. Peserta didik kala timbul dan adakalanya hilang sama sekali. Suatu saat anak kurang perhatiannya terhadap penjelasan atau meteri yang diberikan oleh guru di muka kelas, bukan disebabkan dia tidak memiliki minat dalam belajar, boleh jadi ada gangguan dalam dirinya atau perhatian lain yang mengusik ketenangannya di ruang kelas atau guru kurang dapat mengembangkan sumber pembelajaran dan strategi pembelajaran yang bervariasi, sehingga anak menjadi tidak tertarik terhadap apa yang dijelaskan guru tersebut.
Untuk membangkitkan perhatian yang disengaja, guru harus dapat menunjukkan pentingnya bahan pelajaran yang disajikan bagi siswa, Berusaha menghubungkan antara apa yang telah diketahui siswa dengan materi yang akan disajikan, merangsang siswa agar melakukan kompetisi belajar yang sehat, berusaha menghindarkan hukuman, dan dapat memberikan hadiah secara bijaksana. Perhatian spontan dapat dibangkitkan dengan cara mengajar dengan persiapan yang baik, menggunakan alat peraga sebagai media, sedapat mungkin menghindari hal-hal yang dianggap tidak perlu, mengadakan selingan yang sehat.Kedua, Pemahaman. Dalam konteks ini dapat diartikan sebagai suatu kemampuan menangkap makna suatu bahan ajar. Hal ini dapat diperlihatkan dengan cara pertama menerjemahkan bahan dari suatu bentuk ke bentuk lain; kedua menafsirkan bahan (menjelaskan atau meringkas); dan ketiga mengitimasi trend masa depan (seperti memprediksi konsekuensi atau pengaruh). Hasil pembelajaran untuk level ini satu langkah lebih tinggi dari sekedar hafalan.
Ketiga, Penerimaan. Yang dimaksud adalah menunjukkan pada kesediaan peserta didik untuk mengikuti fenomena atau stimulus tertentu, seperti kegiatan di dalam kelas. Dari aspek pengajaran penerimaan (receiving) ini dapat dilihat dalam memperoleh, mempertahankan, dan mengarahkan perhatian peserta didik. Hasil belajar untuk level ini bergerak dari kesadaran yang sederhana sampai pada perhatian tertentu.Dengan demikian pengaruh kelembagaan pendidikan dalam pembentukan jiwa keagamaan pada anak sangat tergantung dari kemampuan para pendidik. Untuk menimbulkan ketiga proses itu, pendidikan agama yang diberikan harus dapat menarik perhatian peserta didik. Untuk menopang pencapaian itu, maka guru agama harus dapat merencanakan materi; metode; alat-alat bantu yang memungkinkan anak-anak memberikan perhatiannya. Di samping itu para guru agama harus mampu memberikan pemahaman kepada anak didik tentang materi pendidikan yang diberikannya dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar diantaranya sebagai berikut :
1. Faktor raw input, (yakni faktor peserta didik) di mana tiap anak memiliki kondisi yang berbeda-beda dalam :
a. Kondisi Fisiologi, seperti : kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani, kondisi panca indra terutama penglihatan dan pendengaran.
b. Kondisi Psikologi, seperti : minat, tingkat kecerdasan, bakat dan sebagainya.
2. Faktor environmental input, (yakni faktor lingkungan) baik itu lingkungan alami maupun lingkungan sosial.
3. Faktor instrumental input, yakni faktor yang keberadaan dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang telah dirancangkan. Faktor-faktor instrumental ini dapat berwujud perangkat keras (hardware), maupun perangkat lunak (software)
E. TEORI TENTANG PRODUK
Produk adalah hasil dari kondisi pribadi dan kondisi lingkungan, yaitu sejauh mana keduanya mendorong "press" seseorang untuk melibatkan dirinya dalam proses (kesibukan, kegiatan) dalam belajar mengajar. Dalam mewujudkan produk (hasil) yang bermutu tinggi salah satu cara yang tepat adalah pembudayaan guru. Pembudayaan guru merupakan hal yang penting, karena peran mereka sangat strategis dalam proses pengajaran dan pembelajaran sebagai inti dari pendidikan.
Untuk meningkatkan mutu dalam pembelajaran, penerapan manajemen mutu terpadu atau Total Quality Management (TQM) oleh guru dirasa penting sekali, karena menajemen peningkatan mutu terpadu sebagai konsep komprehensif dan transformasi budaya dan dukungan oleh filosofi organisasi yang kuat. Penerapan sebuah manajemen yang membuat rencana untuk inovasi dan keunggulan pada segala sesuatu yang dilakukan secara berkelanjutan untuk perbaikan sekolah.
Penerapan manajemen peningkatan mutu dalam pembelajaran dimaksudkan agar tercapai keunggulan proses pembelajaran. Suatu pembelajaran unggul adalah pembelajaran yang mengutamakan hasil dan memberi peluang tinggi bagi guru dan siswa untuk aktif, inovatif, pemanfaatan sarana dan prasarana yang banyak dan memadai.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa makna pendekatan Empat P bagi Guru Pendidikan Agama Islam adalah tercapainya learning objek, materi diterima dengan mudah, meningkatnya bakat dan minat peserta didik dalam belajar, terselesaikannya problem yang dihadapi peserta didik, kepuasan dalam mengajar, terwujudnya produk yang terampil, agamis dan intelektual yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat. Sedangkan makna Pendekatan Empat P bagi siswa adalah aktualisasi diri, berpikir kreatif, mandiri, percaya diri, kepuasan dalam belajar dan meningkatnya kualitas hidup.
0 comments:
Post a Comment