Thursday, December 1, 2011

ISTANA KEPRESIDENAN REPUBLIK INDONESIA

--------------------------------------------------------------------------------
Istana Kepresidenan Jakarta
Istana Kepresidenan Bogor
Istana Kepresidenan Cipanas
Istana Kepresidenan Yogyakarta
Istana Kepresidenan Tampaksiring
--------------------------------------------------------------------------------

Istana adalah tempat resmi kediaman dan kantor Presiden, yang terdapat di lima daerah yaitu Istana Negara dan Istana Merdeka yang masing-masing terletak di Jakarta, Istana Kepresidenan Bogor, Istana Kepresidenan Cipanas, Istana Kepresidenan Yogyakarta dan Istana Kepresidenan Tampaksiring Bali.

1    Istana Kepresidenan Jakarta
Komplek Istana Jakarta, yang luasnya 6,8 hektar, terletak diantara Jalan Merdeka Barat dan Jalan Veteran, dekat Taman Monumen Nasional. Di Istana Jakarta ini terdapat 2 (dua) bangunan Istana yaitu Istana Merdeka yang menghadap ke Taman Monumen Nasional dan Istana Negara yang menghadap ke Sungai Ciliwung Jalan Veteran.
a.    Istana Negara
Pada awalnya di komplek Istana Jakarta ini hanya terdapat satu bangunan yaitu Istana Negara. Bangunan ini semula adalah milik pengusaha Belanda J A Van Braam, mulai dibangun pada 1796 (pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Pieter Gerardus Van Overstraten) selesai 1804 (pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Johanes Sieberg). Pada 1816 bangunan ini diambil alih oleh Pemerintah Hindia Belanda dan selanjutnya digunakan sebagai pusat kegiatan pemerintahan serta tempat tinggal para Gubernur Jenderal Belanda.
Beberapa peristiwa penting semasa Pemerintahan Belanda terjadi di Istana Negara yang menjadi saksi ketika sistem tanam paksa atau Cultuur Stelsel ditetapkan Gubernur Jenderal Johanes Van de Bosch, penandatanganan naskah persetujuan Linggarjati pada 25 Maret 1947 dimana pihak Indonesia diwakili oleh Sutan Syahrir dan pihak Belanda diwakili oleh Van Mook.
Pada mulanya bangunan yang berarsitektur gaya Yunani Kuno ini bertingkat dua yang kemudian pada 1848 bagian atasnya dibongkar; bagian depan lantai bawah dibuat lebih besar untuk memberi kesan lebih resmi. Bentuk bangunan hasil perubahan 1848 inilah yang bertahan sampai sekarang, tanpa perubahan yang berarti. Luas bangunan ini + 3.375 m2.
Sebagai pusat kegiatan pemerintahan negara, saat ini Istana Negara menjadi tempat penyelenggaraan acara-acara yang bersifat kenegaraan antara lain pelantikan pejabat-pejabat tinggi negara, pembukaan musyawarah dan rapat kerja nasional, kongres bersifat nasional dan internasional, jamuan kenegaraan dan lain-lain.
(kembali ke atas)
b.    Istana Merdeka
Pada 1873, yakni pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Johan Willem van Landsbarg, dibangun sebuah bangunan yang waktu itu dikenal dengan nama Istana Gambir yang arsiteknya adalah Drossares. Pada masa awal pemerintahan Republik Indonesia, Istana ini menjadi saksi sejarah penandatanganan naskah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia Serikat oleh Pemerintah Belanda pada 27 Desember 1949, Republik Indonesia Serikat diwakili oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX, sedangkan kerajaan Belanda diwakili oleh A H J Lovinnk, wakil tinggi mahkota Belanda di Indonesia. Pada saat itu sang merah putih dikibarkan menggantikan bendera Belanda, bersamaan dengan dinyanyikannya lagu Indonesia Raya. Sejak saat itu Istana Gambir dinamakan Istana Merdeka.
Sehari setelah pengakuan kedaulatan oleh kerajaan Belanda, pada 28 Desember 1949, Presiden Soekarno beserta keluarganya tiba dari Yogyakarta dan untuk pertamakalinya mendiami Istana Merdeka. Peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus di Istana Merdeka pertamakali diadakan pada 1950.
Sejak masa pemerintahan Belanda dan Jepang sampai masa pemerintahan Republik Indonesia, sudah + 20 orang kepala pemerintahan dan kepala negara yang menggunakan Istana Merdeka sebagai kediaman resmi dan pusat kegiatan pemerintahan negara.
Sebagai pusat pemerintahan negara, kini Istana Merdeka digunakan untuk penyelenggaraan acara-acara kenegaraan antara lain Peringatan Detik-detik Proklamasi, upacara penyambutan tamu negara, penyerahan surat-surat kepercayaan duta besar negara sahabat, pelantikan perwira muda (TNI dan POLRI) dan lain-lain.
Luas bangunan Istana Merdeka + 2.400 m2 yang terdiri dari serambi depan Ruang Kredential, Ruang Tamu/Ruang Jamuan, Ruang Resepsi, Ruang Bendera Pusaka dan Teks Proklamasi, Ruang Kerja Presiden, Ruang Tidur, Ruang Keluarga/istirahat dan Pantry.
Selain Istana Negara dan Istana Merdeka, di komplek Istana Jakarta terdapat juga Wisma Negara tempat menginap Tamu Negara, Museum Puri Bhakti Renatama sebagai tempat penyimpanan benda sejarah dan Sanggar Lukisan sebagai tempat penyimpanan dan pameran lukisan koleksi Istana Presiden RI serta kantor Rumah Tangga Kepresidenan.
(kembali ke atas)

2    Istana Kepresidenan Bogor

Istana Bogor terletak di pusat kota Bogor, Jawa Barat, lebih kurang 60 km dari Jakarta. Komplek istana ini terletak di atas tanah seluas sekitar 28 hektar, yang ditumbuhi oleh kira-kira 100 buah pohon besar. Di halaman rumput yang membentang luas hidup bebas ratusan ekor rusa.
Pada 10 Agustus 1744, Gubernur Jendral G W Baron van Imhoff mengadakan inspeksi ke daerah Cianjur, Jawa Barat, yang kemudian menemukan tempat yang dianggap strategis dan cocok untuk beristirahat yaitu di daerah Bogor.

Pada 1745, Gubernur Jenderal tersebut memerintahkan untuk membangun sebuah gedung pesanggrahan dengan arsiteknya meniru bangunan gedung Bleinheim Palace, kediaman Duke of Malborough, dekat Oxford di Inggris, dan bangunan ini diberi nama Buitenzorg, yang artinya "bebas masalah/kesulitan".
Pada 1750-1754 pesanggrahan ini mengalami kerusakan akibat serangan pasukan yang dipimpin oleh Kiai Tapa dan Ratu Bagus Buang yang kemudian diadakan perbaikan dengan tetap mempertahankan bentuknya pada masa Gubernur Jenderal Jacob Mossel.
Pada 1808-1811 Gubernur Jenderal Willem Daendels menambah gedung di sebelah kiri dan kanan gedung induk, sedangkan gedung induk dijadikan dua tingkat. Untuk menghias halaman yang luas itu, didatangkan dan dipelihara enam pasang rusa yang berasal dari perbatasan India dan Nepal. Pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Baron van der Capellen (1817-1826) terjadi penambahan bangunan yaitu dibangunnya sebuah menara di tengah-tengah gedung induk. Pada 10 Oktober 1834 terjadi gempa bumi yang mengakibatkan bangunan ini rusak berat. Pada 1850, pada masa Gubernur Jenderal Duy Mayer van Twist, bangunan lama dirubuhkan dan dibuat bangunan baru satu tingkat dengan gaya bangunan Eropa abad kesembilan belas. Selain itu diadakan penambahan dengan dibangunnya dua buah jembatan penghubung antara gedung induk dan gedung sayap kanan serta sayap kiri, namun pada perkembangannya jembatan penghubung ini dirubah menjadi koridor. Bangunan tersebut sempurna pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Pahud de Montanger (1856-1861). Pada 1870 Istana Buitenzorg ditetapkan sebagai kediaman resmi para Gubernur Jenderal Belanda. Gubernur Jenderal Tjarda van Starkenborgh-Stachower adalah orang terakhir yang menggunakan Istana Buitenzorgh, yang kemudian menyerahkannya kepada pemerintah pendudukan Jepang yang kemudian dikalahkan oleh tentara sekutu pada akhir Perang Dunia II.
Dengan adanya pernyataan kemerdekaan RI, kira-kira 200 pemuda Indonesia yang tergabung dalam Barisan Keamanan Rakyat menduduki Istana Buitenzorg dan mengibarkan bendera merah putih yang kemudian dipaksa meninggalkan istana tersebut oleh tentara Gurkha. Pada akhir 1949 istana Buitenzorg yang kemudian disebut Istana Bogor diserahkan Belanda kepada Pemerintah Republik Indonesia.
Pemerintah Indonesia mulai memakai Istana Bogor pada Januari 1950. Pada 1952 di bagian depan induk ditambahkan bangunan tambahan yang ditopang oleh sepuluh pilar bergaya Ionia, menyatu dengan serambi muka yang ditopang oleh pilar berjumlah enam yang bergaya sama. Anak tangga yang semula berbentuk setengah lingkaran diubah bentuknya menjadi lurus.
Istana Bogor adalah sebagai kantor dan kediaman resmi Presiden. Beberapa peristiwa penting dan bersejarah yang pernah terjadi di Istana ini antara lain Konferensi Lima Negara pada 28-29 Desember 1954, pembahasan masalah konflik Kamboja yang dikenal dengan JIM pada 25-30 Juli 1988 dan pertemuan APEC pada 15 November 1994 serta peristiwa yang sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia adalah penandatanganan Surat Perintah 11 Maret 1966.
Bangunan utama Istana Bogor disebut Gedung Induk, didalamnya terdapat Ruang Teratai, Ruang Garuda, Ruang Film, Ruang Perak, Ruang Kerja, Ruang Makan, Pantri dan beberapa ruang tidur serta ruang induk melengkapi baik disayap kanan dan kiri.
Kecuali bangunan utama terdapat pula bangunan perkantoran, polikklinik, pergudangan, pos jaga, ruang serba guna, museum dan beberapa paviliun.
Di samping mengelola Istana tersebut, Kepala Istana Bogor berkewajiban pula merawat tempat peristirahatan Pesanggrahan Tenjoresmi di tepi laut Selatan, 110 kilometer dari kota Bogor yang terletak didesa Pelabuhan Ratu.
(kembali ke atas)

3    Istana Kepresidenan Cipanas

Istana Cipanas terletak di kaki Gunung Gede, Jawa Barat, lebih kurang 103 km dari Jakarta ke arah Bandung melalui Puncak. Istana ini terletak di Desa Cipanas, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur. Luas areal kompleks istana ini lebih kurang 26 hektar, namun sampai saat ini hanya 7.760 m2 yang digunakan untuk bangunan. Selebihnya dipenuhi dengan tanaman dan kebun tanaman hias yang asri, kebun sayur, tanaman keras yang ditata sebagai hutan kecil.
Cipanas berasal dari bahasa Sunda, yaitu ci atau cai yang berarti "air" dan panas yang berarti "panas". Daerah ini dinamakan Cipanas karena di tempat ini terdapat sumber air panas, yang mengandung belerang, dan yang kebetulan berada di dalam kompleks istana Cipanas.
Bangunan induk istana ini semula milik pribadi seorang tuan tanah Belanda yang dibangun pada 1740. Sejak masa pemerintahan Gubernur Jenderal G W Baron van Imhoff, bangunan ini dijadikan sebagai tempat peristirahan pada Gubernur Jenderal Belanda.
Beberapa bangunan yang terdapat di dalam kompleks ini antara lain Paviliun Yudistira, Paviliun Bima dan Paviliun Arjuna yang dibangun secara bertahap pada 1916. Di bagian belakang agak ke utara terdapat Gedung Bentol, yang dibangun pada 1954 sedangkan dua bangunan terbaru yang dibangun pada 1983 adalah Paviliun Nakula dan Paviliun Sadewa.
Peristiwa penting yang terjadi di istana ini setelah kemerdekaan adalah berlangsungnya sidang kabinet yang dipimpin oleh Presiden Soekarno pada 13 Desember 1965, yang menetapkan perubahan nilai uang dari Rp 1.000,- menjadi Rp 1,-.
Pada masa pendudukan Jepang, gedung ini hanya digunakan sebagai tempat persinggahan pembesar-pembesar Jepang dalam perjalanan mereka dari Jakarta ke Bandung atau sebaliknya.
Gedung ini ditetapkan sebagai Istana Kepresidenan dan digunakan sebagai tempat peristirahatan bagi Presiden atau Wakil Presiden beserta keluarga setelah kemerdekaan.
(kembali ke atas)

4    Istana Kepresidenan Yogyakarta

Istana Yogyakarta yang dikenal dengan nama Gedung Agung terletak di pusat keramaian kota, tepatnya di ujung selatan Jalan Akhmad Yani dahulu dikenal Jalan Malioboro, jantung ibu kota Daerah Istimewa Yogyakarta. Kawasan istana terletak di Kelurahan Ngupasan, Kecamatan Gondomanan, Kotamadya Yogyakarta, dan berada pada ketinggian 120 meter dari permukaan laut. Kompleks istana ini menempati lahan seluas 43,585 m2.
Gedung utama kompleks istana ini mulai dibangun pada Mei 1824 yang diprakarsai oleh Anthony Hendriks Smissaerat, Residen Yogyakarta ke-18 (1823-1825) yang menghendaki adanya "istana" yang berwibawa bagi residen-residen Belanda sedangkan arsiteknya adalah A Payen.
Karena adanya Perang Diponegoro atau Perang Jawa (1825-1830) pembangunan gedung itu tertunda. Pembangunan tersebut diteruskan setelah perang tersebut berakhir yang selesai pada 1832. Pada 10 Juni 1867, kediaman resmi residen Belanda itu ambruk karena gempa bumi. Bangunan baru pun didirikan dan selesai pada 1869. Bangunan inilah yang menjadi gedung utama komplek Istana Kepresidenan Yogyakarta yang sekarang disebut juga Gedung Negara.
Pada 19 Desember 1927, status administratif wilayah Yogyakarta sebagai karesidenan ditingkatkan menjadi provinsi dimana Gubernur menjadi penguasa tertinggi. Dengan demikian gedung utama menjadi kediaman para gubernur Belanda di Yogyakarta sampai masuknya Jepang.
Pada 6 Januari 1946, Kota Gudeg ini menjadi ibu kota baru Republik Indonesia yang masih muda dan istana itu berubah menjadi Istana Kepresidenan, tempat tinggal Presiden Soekarno beserta keluarganya, sedangkan Wakil Presiden Mohammad Hatta tinggal di gedung yang sekarang ditempati Korem 072/Pamungkas. Sejak itu Istana Kepresidenan Yogyakarta menjadi saksi peristiwa penting diantaranya pelantikan Jenderal Sudirman sebagai Panglima Besar TNI pada 3 Juni 1947 dan sebagai pucuk pimpinan angkatan perang Republik Indonesia pada 3 Juli 1947.
Pada 19 Desember 1948, Yogyakarta diserang oleh tentara Belanda dibawah pimpinan Jenderal Spoor, Presiden, Wakil Presiden dan para pembesar lainnya diasingkan ke luar Jawa dan baru kembali ke Istana Yogyakarta pada 6 Juli 1949. Sejak 28 Desember 1949, yaitu dengan berpindahnya Presiden ke Jakarta, istana ini tidak lagi menjadi tempat tinggal sehari-hari Presiden.
Istana Yogyakarta atau Gedung Agung, sama halnya dengan istana Kepresidenan lainnya yaitu sebagai kantor dan kediaman resmi Presiden Republik Indonesia. Selain itu juga sebagai tempat menerima atau menginap tamu-tamu negara. Sejak 17 Agustus 1991, istana ini digunakan sebagai tempat memperingati Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan untuk Daerah Istimewa Yogyakarta dan penyelenggaraan Parade Senja setiap tanggal 17 yang dimulai 17 April 1988.
Istana Yogyakarta terdiri atas enam bangunan utama yaitu Gedung Agung (gedung utama), Wisma Negara, Wisma Indraphrasta, Wisma Sawojajar, Wisma Bumiretawu dan Wisma Saptapratala. Gedung utama yang selesai dibangun pada 1869 sampai sekarang bentuknya tidak mengalami perubahan. Ruangan utama yang disebut dengan Ruang Garuda berfungsi sebagai ruangan resmi untuk menyambut tamu negara atau tamu agung yang lain. Selain wisma-wisma tersebut sejak 20 September 1995 komplek Seni Sono seluas 5.600 meter persegi, yang terletak di sebelah selatan, yang semula milik Departemen Penerangan, menjadi bagian Istana Kepresidenan ini.
Di depan gedung utama, di halaman istana, ada sebuah monumen batu andesit setinggi 3,5 meter yang disebut Dagoba, yang berasal dari Desa Cupuwulatu, di dekat Candi Prambanan.
(kembali ke atas)

5    Istana Kepresidenan Tampaksiring

Istana ini merupakan istana yang dibangun setelah Indonesia merdeka, yang terletak di Desa Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar.
Nama Tampaksiring berasal dari dua buah kata bahasa Bali, yaitu tampak dan siring, yang masing-masing bermakna telapak dan miring. Konon, menurut sebuah legenda yang terekam pada daun lontar Usana Bali, nama itu berasal dari bekas tapak kaki seorang raja yang bernama Mayadenawa. Raja ini pandai dan sakti, namun sayangnya ia bersifat angkara murka. Ia menganggap dirinya dewa serta menyuruh rakyatnya menyembahnya. Akibat dari tabiat Mayadenawa itu, Batara Indra marah dan mengirimkan bala tentaranya. Mayadenawa pun lari masuk hutan. Agar para pengejarnya kehilangan jejak, ia berjalan dengan memiringkan telapak kakinya. Dengan begitu ia berharap para pengejarnya tidak mengenali jejak telapak kakinya.
Namun demikian, ia dapat juga tertangkap oleh para pengejarnya. Sebelumnya, ia dengan sisa kesaktiannya berhasil menciptakan mata air yang beracun yang menyebabkan banyak kematian para pengejarnya setelah mereka meminum air dari mata air tersebut. Batara Indra kemudian menciptakan mata air yang lain sebagai penawar air beracun itu yang kemudian bernama Tirta Empul ("air suci"). Kawasan hutan yang dilalui Raja Mayadenawa dengan berjalan sambil memiringkan telapak kakinya itu terkenal dengan nama Tampaksiring.
Istana ini berdiri atas prakarsa almarhum Presiden Soekarno yang menginginkan adanya tempat peristirahatan yang hawanya sejuk jauh dari keramaian kota, cocok bagi Presiden Republik Indonesia beserta keluarga maupun bagi tamu-tamu negara.
Arsiteknya adalah R.M. Soedarsono dan istana ini dibangun secara bertahap. Komplek Istana Tampaksiring terdiri atas empat gedung utama yaitu Wisma Merdeka seluas 1.200 m dan Wisma Bima seluas 2.000 m dan Ruang Serbaguna. Wisma Merdeka dan Wisma Yudhistira adalah bangunan yang pertama kali dibangun yaitu pada tahun 1957. Pada 1963 semua pembangunan selesai yaitu dengan berdirinya Wisma Negara dan Wisma Bima.
Istana-istana yang tersebut di atas adalah milik negara dan milik seluruh Bangsa Indonesia. Oleh karena itu, kita harus memelihara dan manfaatkan sebaik-baiknya bagi kepentingan negara dan masyarakat.
Adalah menjadi kebijaksanaan pemerintah untuk mengusahakan pemanfaatan Istana-istana tersebut, selain untuk acara-acara resmi kenegaraan dan pemerintahan, juga untuk dapat dikunjungi oleh masyarakat sebagai obyek pariwisata yang bersifat edukatif.
Sebelum mengunjungi Istana-istana tersebut, terlebih dahulu mengajukan permohonan ijin dalam bentuk surat yang ditujukan kepada Kepala Rumah Tangga Kepresidenan. Surat permohonan ijin berkunjung ke Istana-istana tersebut harus melampirkan daftar nama orang yang akan berkunjung. Apabila maksud dan tujuan si pemohon bersifat non edukatif seperti pembuatan klip musik, video, film atau hanya untuk berdiskusi, tentunya hal ini tidak akan diijinkan karena hal ini akan merusak citra dari nilai sejarah yang terkandung dalam bangunan tersebut.


Persyaratan yang harus ditaati apabila berkunjung ke Istana adalah:
    Pakaian sopan dan rapi, bagi wanita tidak diperkenankan memakai celana panjang/pendek (jeans dan kaos);
    Tidak diperkenankan membawa anak dibawah umur 12 (dua belas) tahun;
    Tidak diperkenankan memotret patung, lukisan dan obyek seni lainnya dari jarak dekat/langsung;
    Tidak diperkenankan memakai sandal dan membawa tas.

Artikel Bersangkutan

0 comments:

 
Indonesia dulu dikenal sebagai bangsa yang toleran dan penuh sikap tenggang rasa. Namun, kini penilaian tersebut tidak dapat diamini begitu saja, karena semakin besarnya keragu-raguan dalam hal ini. Kenyataan yang ada menunjukkan, hak-hak kaum minoritas tidak dipertahankan pemerintah, bahkan hingga terjadi proses salah paham yang sangat jauh.
free counters

Blog Archive

Seseorang yang mandiri adalah seseorang yang berhasil membangun nilai dirinya sedemikian sehingga mampu menempatkan perannya dalam alam kehidupan kemanusiaannya dengan penuh manfaat. Kemandirian seseorang dapat terukur misalnya dengan sejauh mana kehadiran dirinya memberikan manfaat kearah kesempurnaan dalam sistemnya yang lebih luas. Salam Kenal Dari Miztalie Buat Shobat Semua.
The Republic of Indonesian Blogger | Garuda di DadakuTopOfBlogs Internet Users Handbook, 2012, 2nd Ed. Avoid the scams while doing business online

Kolom blog tutorial Back Link PickMe Back Link review http://miztalie-poke.blogspot.com on alexa.comblog-indonesia.com

You need install flash player to listen us, click here to download
My Popularity (by popuri.us)

friends

Meta Tag Vs miztalie Poke | Template Ireng Manis © 2010 Free Template Ajah. Distribution by Automotive Cars. Supported by google and Mozila