Cerpen Bening yang berjudul ‘Nyanyian Hati’ sebenarnya sudah bagus dan layak muat di majalah (menurut saya lho!) tetapi….banyak sekali penggunaan tanda baca dan huruf besar yang salah. Misalnya :
“Ada apa sih Bi, tumben.. dandanan kamu rapi, hemmm…. harum banget”.
Yang benar adalah :
“Ada apa sih Bi, tumben.. dandanan kamu rapi, hemmm…. harum banget.”
Akhiri kalimat dengan tanda TITIK baru tanda KUTIP PENUTUP.
Selain itu, Bening banyak membuat kesalahan dalam pemenggalan kalimat. Banyak kalimat yang seharusnya sudah diberi tanda titik, tapi oleh Bening tetap dilanjutkan sehingga mengurangi keindahan cerpennya. Misalnya :
aneh, pikirku tak biasanya Abi meneleponku jam-jam segini dan… ternyata dia menelepon untuk mengajakku keluar, meski tidak jelas kemana tujuannya aku mengiyakan saja.
Seharusnya :
Aneh, pikirku. Tak biasanya Abi meneleponku jam-jam segini. Dan… ternyata dia menelepon untuk mengajakku keluar, meski tidak jelas kemana tujuannya aku mengiyakan saja.
Coba bayangkan dirimu sedang membaca sebuah artikel atau berita dari koran. Kalau kalimat yang ditulis terus bersambung, bukankah itu berarti kamu harus membacanya tanpa jeda. Padahal, ketika sekolah dulu kita pasti pernah belajar mengenai fungsi tanda titik, koma, tanda seru, tanda tanya, dll. Nah, dalam mengarang semua tanda-tanda itu harus digunakan dengan benar agar ‘soul’ dari sebuah karangan semakin jelas. Bila sang tokoh sedang bertanya, gunakan tanda tanya. Bila sedang berteriak, gunakan tanda seru. Atau…..bertanya dengan cara berteriak, gunakan tanda tanya dan tanda seru.
Agar kalian semakin mahir menulis cerpen, sebaiknya sering-sering baca cerpen yang sudah diterbitkan di media cetak. Perhatikan tanda baca, pemenggalan kalimat dan penggunaan huruf besar di cerpen tersebut. Nanti kalian akan semakin mengerti bagaimana menggunakan tanda baca, huruf besar dan cara pemenggalan kalimat.
0 comments:
Post a Comment