Di Thailand terutama di daerah utara, banyak dijual makanan yang terbuat dari kalajengking dan cacing. Maka, tidak heran bila warga Thailand suka memelihara kalajengking sampai beribu-ribu ekor. Salah satunya bernama Suang Puangsri. Suang memelihara kalajengking sampai 4.600 ekor. Dia mengolah binatang-binatang itu menjadi makanan ringan. Tetapi, setelah bertahun-tahun menjalankan usahanya, timbul pikiran yang sangat mengganggu.
“Walau aku senang karena punya uang, tetapi aku merasa sedih karena perbuatanku telah merugikan hewan-hewan tersebut. Aku merasa takut karena telah berbuat dosa.” Kata Suang.
Sejak saat itu, dia memutuskan untuk berteman dengan kalajengking-kalajengking piaraannya. Dia membuatkan kandang dan membelikan satu kilogram jangkrik untuk makanan mereka. Suang bahkan membeli kalajengking dari orang-orang yang hendak menjualnya ke restoran. Apalagi isterinya sangat mendukung tindakan Suang.
Dari sikap dan pandangan Suang tersebut, ada 2 hal yang perlu dicermati yaitu :
1.Suang tidak menyadari bahwa pertobatan untuk menghapus dosa bukan sekedar tindakan balas budi, apalagi hanya kepada hewan. Suang berpikir bahwa dengan berbuat baik kepada kalajengking, dia sudah bertobat dan bisa menghapus ‘dosanya’.
2.Suang tidak konsisten. Dia merasa bertobat karena sudah berbuat baik kepada kalajengking, tetapi dia membunuh banyak jangkrik tiap hari. Bukankah membunuh jangkrik sama saja dengan membunuh kalajengking? Sama-sama hewan.
Sesungguhnya, pertobatan adalah perpalingan 180 derajat dari berhala kepada Tuhan. Bukan sekedar berbuat baik. Sudahkah kamu sungguh-sungguh bertobat?
By :FANNY
0 comments:
Post a Comment