Seorang pemuda yang sering terlambat ke gereja ditanya oleh pak Pendeta tentang keterlambatannya, dan ia menjawab :
“Itu lho, pak! Adik saya kalo mandi lamaaa banget. Terpaksa deh saya tunggu dia selesai baru bisa mandi. Makanya telat nih ke gereja.”
Lain lagi jawab seorang mahasiswa yang terlambat masuk kelas.
“Maaf, pak. Hari ini saya sibuk banget bantuin orang tua di toko. Lagi banyak pelanggan nih.”
Mahasiswa lainnya berkata tentang alasan keterlambatannya.
“Pembantu saya pulang, pak. Saya harus bantuin ibu ngepel dan nyuci baju dulu.”
Jika dicatat, seberapa banyaknya buku tidak akan bisa memuat semua alasan yang diberikan manusia. Tidak sedikit juga alasan itu datang dari para pemimpin di bidang mereka masing-masing, seperti di pemerintahan atau DPR, di yayasan, di gereja, di kantor, dll.
Iya kalau alasan itu benar adanya. Bagaimana kalau hanya dicari-cari untuk menutupi kemalasan, keengganan atau kesalahan kita?
Seandainya semua alasan diterima begitu saja, maka keadaan akan kacau, tidak ada hukum/peraturan yang dapat ditegakkan. Karena itu, kadang-kadang hukum/peraturan berikut sanksinya perlu diadakan.
NOTE : Orang malas akan selalu mencari alasan dari setiap tindakannya yang kurang bertanggung jawab.
By FANNY
0 comments:
Post a Comment