Sunday, April 18, 2010

AKIBAT LALAI (karya Rita Asmaraningsih)

Prakata : Tidak seperti karya sebelumnya, cerpen anak-anak karya Rita Asmaraningsih ini lumayan bagus untuk seorang pemula. Hanya saja, ada satu kata yang harus diperhatikan yaitu ; TAROK. Sebaiknya gunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Kata TAROK bisa diganti dengan TARUH. Tarok itu bahasa sehari-hari. Jadi, sepertinya kurang afdol digunakan dalam cerpen.

Saya temukan 2 kata TAROK di dalam cerpen ini. Kemudian ada kalimat : "Buku ini papa temukan tergeletak di teras di atas meja teras.”

Sebaiknya jangan ada pengulangan kata 'teras'. Bagaimana kalau diganti menjadi : "Buku ini papa temukan tergeletak di atas meja teras.”

Perlu diperhatikan, di dalam sebuah cerpen sebisa mungkin gunakan kata yang bervariasi walaupun artinya sama. Jangan memakai kata yang sama dalam sebaris kalimat.

AKIBAT LALAI

“Owik… ! Mama kan sudah bilang, kalau habis belajar bukunya dirapikan lagi.” seru Mama mengingatkan. Mama tampak jengkel malam itu. Owik kali ini kembali tak mengindahkan nasehat-nasehatnya sebelumnya.

Owik yang lagi asik sms-an dengan Dilla hanya menjawab singkat. “Iya Ma, sebentar lagi Owik rapikan lagi.”

Mama hanya menggeleng-gelengkan kepala dan menarik nafas panjang. “Sampai kapan sih Owik bisa berubah? Masa dari dulu hanya janji-janji melulu?” keluh Mama. Terpaksa Mama Owik yang membereskan buku-buku itu. Mama tak yakin Owik akan merapikan buku-bukunya sesegera mungkin.

Memang Owik sering lalai. Lalai menyimpan dan merapikan barang-barangnya. Seringkali menaruh barang-barangnya di sembarang tempat. Akibatnya, seringkali menyusahkan dirinya sendiri. Seperti dua hari yang lalu saat akan berangkat sekolah, Owik sibuk mencari buku perpustakaan. Buku itu seyogyanya sudah harus dikembalikan pada hari itu.

“Ma, lihat buku perustakaan Owik nggak? Judulnya Petualangan Bocah Ajaib!”

“Lho mana Mama tahu? Kan mestinya Owik sendiri yang tahu? Pasti Owik lupa lagi naruhnya di mana, iya kan?” tanya mama.

Owik tampak kebingungan. Ini sudah yang kesekian kalinya dia terlambat mengembalikan buku perpustakaan. Selain kena denda, Kepala Perpustakaan akan mencatat namanya pada sebuah papan pengumuman. Papan pengumuman itu mencatat nama-nama peminjam yang sering mengembalikan buku tidak tepat waktu.

“Wah, malu dong aku bila namaku ada terpampang di sana!” Owik membatin. Dia nampak kesal. “Pasti nih si Kiky yang pinjam tanpa memberitahuku.!” tuduhnya pada Kiky, adiknya.

“Eit, enak saja Kak Owik nuduh sembarangan.” si Kiky menolak tuduhannya.

Mendengar suara ribut-ribut, papa tiba-tiba nimbrung.”Apa ini buku yang kalian ributkan? Papa sengaja menyimpannya. Buku ini papa temukan tergeletak di atas meja teras.”

“Tuh kan, Kak Owik sendiri yang lupa menyimpannya. Waktu itu kan Kak Owik membacanya di teras bareng Kak Dilla. Ingat nggak?” si Kiky mencoba mengingatkan kakaknya.

Akhirnya, pagi itu Owik ke sekolah dengan perasaan senang karena bukunya sudah ditemukan.
-------

Namun kejadian seperti itu berulang lagi keesokan harinya. Kembali Owik membuat jengkel Mamanya. Sore itu Owik mengaku kehilangan uang bayaran sekolah.

“Lho kenapa bisa hilang? Memangnya Owik taruh di mana uang itu?” Ini sudah kesekian kalinya Owik kehilangan uang.

“Mungkin tercecer, Ma! Saat turun dari mobil antar jemput. Tapi seingat Owik ditaruh dalam kotak pensil.” sahut Owik membela diri.

Mama tampak tidak puas dengan pembelaan diri Owik.

“Selalu saja Owik membela diri tanpa bercermin dari kejadian yang lalu. Kalau selalu hilang begini berarti memang Owik yang lalai!” keluh Mama dengan mimik muka masam. Mama begitu kesal. “Dari mana uangnya untuk mengganti uang bayaran sekolah itu? Mama berjualan kue dan dititipkan ke warung untuk membiayai sekolahmu. Tapi Owik tak pernah bersyukur dengan keadaan kita. Malah menyia-nyiakan ” Sebuah butiran bening jatuh mengalir dari sudut mata ibu muda itu. Nampak sudah habis kesabarannya, tapi Mama pun tak kuasa berbuat bagaimana lagi?

Owik diam tertunduk. Ia tak berani berkata-kata, apalagi menjawab perkataan Mamanya. Dalam hatinya menyesal telah membuat Mamanya sedih. Ini karena penyakit ‘lupa’ yang ia idap! Dalam hatinya Owik membela diri. Kelalaiannya disebabkan oleh penyakit lupa! Ah, masa’ sih kecil-kecil sudah pikun? Atau ini hanya alasan semata?

------
Puncak kekesalan Mama terjadi siang ini. Ketika pulang ke rumah, Owik mengaku kehilangan jam tangan. Jam tangan itu pemberian ayahnya sebagai hadiah ulang tahun, setahun lalu.

Kali ini Mama bertindak tegas. Kalau tidak tegas Owik akan mengulangi kesalahan yang sama. Tak cukup dengan memarahinya. Mungkin sekali ini ketegasan Mama harus diwujudkan dengan bentuk hukuman.

“Barang-barang yang telah hilang sulit untuk ditemukan kembali. Kalau Mama hitung sudah begitu banyak kerugiannya. Karena itu, Owik harus menerima hukumannya!” suara Mama datar tapi terdengar dingin.

“Maksud Mama? Owik dihukum?”

“Ya! Pertama, mulai besok sampai satu bulan ke depan, Mama tidak akan memberi uang jajan! Kedua, tak ada acara jalan-jalan atau makan-makan di luar rumah pada hari Minggu. Ketiga, Bik Murni akan cuti dulu selama satu bulan. Pekerjaannya mencuci piring, mengepel rumah dan menyetrika pakaian akan digantikan kita. Mama tidak punya uang lagi untuk membayar uang jasanya. Uang jasa untuk Bik Murni akan dipakai mengganti uang bayaran sekolahmu!” secara panjang lebar Mama menjelaskan bentuk hukuman yang bakal diterima Owik.

“Bagaimana? Mama kira setimpal kan hukumannya? Ini untuk memberikan pelajaran bahwa mencari uang tak semudah menghilangkannya!”

Akhirnya, Owik hanya dapat pasrah menerima hukuman yang akan dijalaninya mulai esok. Mencuci piring, menyapu lantai, mengepel, mencuci pakaian, menyetrika akan menjadi rutinitas barunya.

Owik mulai membayangkan betapa banyaknya tugas yang akan dilakukannya sebulan ini.! Itu artinya, tak ada lagi waktu untuk bermain sepeda, mengunjungi taman baca, dan berenang seperti yang sering dilakukannya bersama teman-temannya selama ini.

Artikel Bersangkutan

0 comments:

 
Indonesia dulu dikenal sebagai bangsa yang toleran dan penuh sikap tenggang rasa. Namun, kini penilaian tersebut tidak dapat diamini begitu saja, karena semakin besarnya keragu-raguan dalam hal ini. Kenyataan yang ada menunjukkan, hak-hak kaum minoritas tidak dipertahankan pemerintah, bahkan hingga terjadi proses salah paham yang sangat jauh.
free counters

Blog Archive

Seseorang yang mandiri adalah seseorang yang berhasil membangun nilai dirinya sedemikian sehingga mampu menempatkan perannya dalam alam kehidupan kemanusiaannya dengan penuh manfaat. Kemandirian seseorang dapat terukur misalnya dengan sejauh mana kehadiran dirinya memberikan manfaat kearah kesempurnaan dalam sistemnya yang lebih luas. Salam Kenal Dari Miztalie Buat Shobat Semua.
The Republic of Indonesian Blogger | Garuda di DadakuTopOfBlogs Internet Users Handbook, 2012, 2nd Ed. Avoid the scams while doing business online

Kolom blog tutorial Back Link PickMe Back Link review http://miztalie-poke.blogspot.com on alexa.comblog-indonesia.com

You need install flash player to listen us, click here to download
My Popularity (by popuri.us)

friends

Meta Tag Vs miztalie Poke | Template Ireng Manis © 2010 Free Template Ajah. Distribution by Automotive Cars. Supported by google and Mozila